bc

All at Once

book_age16+
931
FOLLOW
3.6K
READ
revenge
love-triangle
fated
second chance
counterattack
drama
tragedy
bxg
betrayal
lies
like
intro-logo
Blurb

Mengisahkan perpisahan yang tak diinginkan oleh siapapun, saat rumah tangga baik-baik saja, suami yang sabar mapan dan tampan, namun justru saudara ipar dan ibu mertua yang menjadi duri. Saat buah hati tak kunjung hadir akhirnya penantian itu berakhir sudah, porak pranda, hati yang tersakiti, orang ketiga yang dipaksakan hadir, maka Meliana harus siap mengalah, karena dalam keluarga Bramantyo Dirga Adilaksono, Meliana hanya dianggap Cinderella yang tak tahu diri.

chap-preview
Free preview
1
"Tidak adakah wanita lain selain dia Bram? Sejak awal ibu tak menyukainya, ia tak bisa masuk di kalang kita, dia selalu terlihat canggung." Bramantyo diam saja, melawan ibunya sama saja dengan membunuh ibunya perlahan. Sejak penyakit jantungnya sering kambuh, Bram memilih diam saja tiap ibunya berbicara tentang wanita pilihannya. "Tidak ada yang salah sebenarnya dengan wanita itu, dia cantik, ramah dan aku lihat sabar, tapi lihat saja Bram, dia bekerja sebagai tenaga administrasi di Rutan, orang tuanya juga tidak jelas dan yang pasti kita akan jadi bahan omongan di lingkungan kita." Suara Gayatri semakin meninggi, Bram tetap diam saja, tak lama kakaknya muncul. Kakak perempuan yang juga telah mencurahkan segalanya bagi Bram, yang membantu ibunya membesarkan perusahaan saat ayah mereka meninggal karena penyakit jantung coroner, Bram yang masih SMP saat itu, usianya masih 15 tahun, hanya diberi kewajiban satu oleh ibu dan kakaknya, yaitu belajar lebih giat dan segera menggantikan kakak dan ibunya memegang dua perusahaan yang dikelola oleh dua wanita kuat dalam hidupnya. Hingga Bram yang cerdas berkuliah di luar negeri, ia tetap tak diberi beban apa pun, hanya harus belajar dan belajar dengan giat agar mengulang kesuksesan ayah mereka memimpin perusahaan. Sejak awal Bram sudah diingatkan agar jangan terlalu serius menjalin hubungan dengan wanita manapun karena akan berpengaruh pada keseriusan Bram melanjutkan memegang perusahaan keluarga. "Kau mengenal dari mana wanita seperti itu, jika dibawa ke lingkungan kita apa dia pantas?" tanya Berta dengan nada dingin. "Dia sepupu sahabatku Kak, dan aku pikir tak ada yang salah dengan Meliana, ia memang dari keluarga sederhana tapi aku pikir ia akan bisa masuk ke kalangan kita, aku bisa mengajarinya dan membiasakannya, dan maaf, aku sudah lama menjalin hubungan dengannya, sejak SMA dan saat aku melanjutkan kuliah ke luar negeri dia berjanji mau menungguku dan ternyata dia benar-benar menunggu, sejak kecil ayah mengajarkanku menjadi laki-laki yang teguh memegang janji, aku berjanji akan menikahinya dan aku akan mewujudkan itu, apakah Ibu dan Kakak akan menjadikan aku laki-laki yang ingkar?" Gayatri dan Berta saling pandang. Mereka terlihat marah. Tapi kata-kata dan pertanyaan terakhir Bram seolah menohok hati dan perasaan mereka, seolah mereka akan menjadi salah jika tidak mewujudkan keinginan Bram. "Ibu sudah punya calon untukmu, dia dari kalangan kita, Putri Bapak Anggoro, kau pun sudah kenal sejak kecil, Cherry gadis cerdas, cantik dan akan menggantikan papa juga memegang perusahaan migas yang kau tahu sendiri bagaimana perusahaan keluarga mereka menggurita, ia anak tunggal, kita akan bisa semakin melebarkan sayap jika Cherry jadi istrimu, apalagi kalian pernah berada di negara yang sama saat berkuliah, ibu yakin kalian sangat, sangat saling mengenal." Bram menatap mata ibunya, lalu menunduk sambil menggeleng pelan. "Cherry sudah punya kekasih, kami, Cherry dan pacarnya sering hangout bersama saat di US jika sedang santai, jadi Ibu salah jika menjodohkan Cherry dengan ku." Gayatri menggebrak meja hingga Bram dan Berta terlonjak. Matanya menyiratkan kemarahan. "Tidak mungkin, orang tua mereka mengatakan Cherry siap dijodohkan denganmu." "Tapi kenyataannya demikian, ini aku punya bukti foto-foto saat kami bertiga hangout, dan Cherry mengatakan mereka akan menikah, mereka sudah ... maaf ... tidur berdua, bahkan Cherry sering berhari-hari berada di apartemen Gustav." "CUKUUP ... CUKUP ... Jangan kau lanjutkan, ini ada yang gak benar, akan aku tanya pada istri Anggoro, ini penghinaan padaku, mereka telah sepakat." "Percuma ibu, karena aku dengar Cherry akan segera menikah dengan Gustav karena Cherry hamil." Ibu dan kakaknya kaget, tak lama ibunya segera memegang dadanya dan terlihat sesak napas. Berta segera memapah Ibunya ke kamar. Bram menelepon dokter keluarga yang biasa menangani keluarga mereka. Tak lama datang dokter Laksmi segera memeriksa ibunda Bram. Dan tersenyum pada Berta. Berdua mereka meninggalkan Gayatri yang telah tertidur nyenyak, menuju ruang tamu. "Ibu jangan stres ya Kak Berta, ini tekanan darah Ibu naik lagi, nggak saya kasi obat, ini yang ada lanjutkan saja, satu hal yang itu tadi, jangan sampai ibu berpikir terlalu berat." "Makasih Laksmi, ibu hanya berpikir tentang Bram." "Ada apa dengan Bram?" tanya dokter Laksmi, dokter yang menggantikan Bapaknya menjadi dokter keluarga sejak jaman almarhum ayahanda Bram masih hidup, dua keluarga ini dekat sejak lama. "Wanita pilihannya tidak cocok pada Ibu dan ... aku juga Laksmi." "Memangnya kenapa kak?" "Dia bukan dari kalangan kita." "Oh." "Bagaimana kalau kau saja, eemmm maksudku kau menikah dengan Bram, almarhum suamimu kan sudah setahun lalu meninggal?" Laksmi menghela napas, dan menatap wajah Berta. "Aku belum bisa melupakannya Kak, beri aku waktu, dulu sebenarnya aku sempat suka pada Bram, tapi saat Bram menjaga jarak aku jadi mundur dan Alhamdulillah menemukan laki-laki lain yang aku cinta tapi sayangnya Allah lebih mencintai suamiku." "Kami akan membujuk Bram agar belajar mencintaimu." "Biarlah waktu yang menjawab Kak, aku nggak bisa bilang sekarang," ujar Laksmi dan mulai berkemas untuk meninggalkan kediaman keluarga Bram. Berta menahan lengan Laksmi, berharap ada kepastian dari wanita cantik bertubuh bak model dengan rambut sepunggung di depannya. "Aku akan menerima, tapi beri aku waktu kak," sahut Laksmi seolah mengerti maksud Berta. "Kau kan belum punya anak juga dengan almarhum suamimu lalu apa yang menjadi beban pikiranmu?" "Tak mudah melupakan cinta pada suamiku Kak, sekali pun dia sudah meninggal, dulu aku hanya sekadar suka pada Bram, tapi pada suamiku, aku sangat mencintainya, jadi beri aku waktu, lagi pula aku janda, apa Bram mau?" "Dia pasti mau dan harus mau,"ujar Berta dengan nada pasti. Laksmi menggeleng pelan karena ia tak yakin kata-kata Berta. . . . "Aku nggak yakin kita akan bisa melangkah Mas Bram, beberapa kali aku bertemu ibu dan kakakmu, beliau berdua tak pernah tersenyum padaku, aku takut," ujar Meliana saat Bram kembali mengajaknya menemui ibunya untuk memastikan kapan pernikahan mereka. Bram hanya dia saja, ia tak bisa menampik kata-kata Meliana karena memang benar demikian adanya. "Kali ini aku tak mau ragu lagi Mel, aku tetap pada pendirianku dan pilihanku, aku akan menikahimu apa pun itu halangannya." "Jangan, aku nggak mau Mas jadi durhaka pada orang tua, kalo kita gak bisa terus ya sudah Mas kita ..." "Kau tak mencintaiku?" tanya Bram dengan wajah sedih sambil menyantap mata Meliana yang mulai berkaca-kaca. "Kalau aku tak cinta Mas, mana mungkin aku menunggu selama ini? Sekian tahun?" "Lalu, mengapa kau mau kita mundur?" tanya Bram lagi. "Aku takut, sejak awal hubungan kita ini tak wajar Mas, Mas yang kaya raya, karir bagus sedang aku? Hanya dari keluarga sederhana, aku hanya seorang PNS yang menyekolahkan adikku juga menghidupi ibuku." "Cukup Meli, aku nggak mau tahu, kita menikah secepatnya, terserah ibu mau atau tidak." . . . "Jadi kau tetap pada pendirianmu Bram? Tetap akan menikah dengan wanita itu?" tanya Gayatri lagi, seminggu setelah ia berdebat dengan Bram. Berta yang berada di dekat ibunya juga ikut menatap adiknya dengan tatapan tajam. "Iya Ibu, aku hanya akan menikahi Meliana, atau tidak menikah sama sekali, hanya itu pilihannya." "Jadi kau menentang Ibu?" tanya Berta pada adiknya. "Tidak, aku hanya memberi pilihan, kakak juga belum menikah kan sampai sekarang di usia kakak yang ke 40? Dan ibu tak masalah, maka jika tidak dengan Meliana maka aku juga tidak akan pernah menikah." Akhirnya Bram memberanikan diri meski ia khawatir dengan penyakit ibunya, ternyata benar, tak lama kemudian Bram melihat ibunya yang memegang d**a dan pingsan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook