2. Ketemu Adek Azeil

1161 Words
Sepulang dari café, Shane langsung masuk ke dalam kamar untuk mandi dan mengenakan pakaian yang sudah ia siapkan. Remaja cowok itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Aze, anak dari Oris dan juga Rhea … sahabat Theo dan Vivi saat SMA. Kali ini giliran anak-anak mereka yang menjadi dekat karena seringnya bertemu. Sudah lima belas menit Shane berada di dalam kamar mandi, ia pun segera mengakhiri kegiatan di dalam sana. Tubuhnya yang kini sudah kering karena handuk, mulai satu persatu pakaian yang sudah tersedia di atas ranjangnya ia kenakan. “Gue udah siap, sekarang turun ke lantai satu dan nunggu Mama ama Papa,” gumam Shane. Saat keluar dari dalam kamar, Shane bertemu dengan salah satu adiknya. Ia melihat sang adik mengenakan jumpsuit yang lucu dan membuat Shane gemas. “Mana Ashley?” tanya Shane. “Udah di bawah sama Mama,” jawab Alyssa, kembaran Ashley. Ya … Shane memiliki dua adik kembar cewek. Mereka adalah Ashley dan Alyssa, keduanya masih duduk di bangku kelas satu. jarak kelahiran dengan Shane memang jauh, karena Viana tidak pernah menyangka jika akan memiliki anak lagi setelah kecelakaan. Kini Shane dan juga Alyssa sudah berada di lantai satu rumah itu. Shane melihat jika ke dua orang tuanya telah siap di ruang tamu. “Lama amat sih kamu kalo mandi,” omel Viana. “Itu aja udah cepet, Ma. Mama mau anak paling ganteng ini keliatan buluk?” Pletak! “Sakit, Mama! Main pukul aja sih,” sahut Shane sembari menggosok kepalanya. “Udah-udah … berangkat sekarang! Om sama Tante pasti udah nungguin,” ujar Theo. Akhirnya mereka semua keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil masing-masing. Ya, Theo bersama istri dan satu anak kembarnya berada di mobil BMW milik Theo. Sedangkan Shane berada di mobil sport miliknya sendiri bersama satu adik kembarnya. Ke dua mobil itu melaju menuju ke sebuah restoran keluarga milik Viana. Sampai di tempat area parkir mobil, mereka segera keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk bersama. Mereka disambut oleh seorang waitress cewek dengan ramah, lalu menunjukkan tempat di mana keluarga Auberon menunggu. “Silakan,” ucap waitress itu. “Udah nunggu lama?” tanya Viana yang langsung menghampiri Rhea. Mereka saling menyapa dan berpelukan untuk beberapa detik. “Baru lima menit,” jawab Oris. “Tante, Om … mana adek Shane?” tanya Shane. “Aze masih di toilet, kamu susulin gih,” ujar Rhea. “Oke.” Shane pun berjalan keluar dari ruangan khusus itu menuju ke toilet yang ada di samping. Shane melihat Aze baru saja selesai dengan kegiatannya di dalam sana, dan melihat Shane yang sudah tersenyum bahagia. “Segitunya Bang ketemu sama aku,” ujar anak yang kini berusia tujuh tahun itu. “Cie … yang udah kelas dua SD, gimana? Udah punya cewek belum?” tanya Shane menggoda. “Apaan sih! Abang suka ngaco kalo ngomong, aku aduin Mama sama Tante Pipi nih!” ancam Aze. “Cie sekarang sukanya main adu … gue kepet juga lu!” Shane meraih tubuh kecil Aze dan menggendongnya menuju ke ruangan makan. “Bang, turunin! Aze udah gede! Jangan main gendong dong!” protes Aze yang tidak digubris oleh Shane. Sampai mereka masuk ke ruangan itu, dan melihat semua mata mantapnya tajam. Shane perlahan menurunkan Aze dan membiarkan anak itu berlari menuju ke arah ibunya. “Aze kenapa?” tanya Rhea. “Abang mau banting Aze kalo gak mau digendong,” adu Aze. “CANE! Kamu apain anak orang?” seru Viana dengan berdiri dari posisi duduknya. “Gak Shane apa-apain, Ma … Aze aja yang halu,” jawab Shane. Pletak! Lagi dan lagi … Shane harus menerima pukulan tepat di kepalanya. Wajah Shane merenggut dan ia pun duduk di samping Aze dengan melirik dari ekor matanya. Mereka melakukan kegiatan makan malam dengan santai dan harmonis. Canda tawa diantara ke dua keluarga itu terlihat akrab. “Jadi gimana bisnis yang lagi jalan?” tanya Theo pada Oris. “Cukup lah buat beliin anak gue apartemen,” jawab Oris. “Lu mau beli gedung apa satu unit aja, Bhambang?” tanya Viana. “Alhamdulillah kalo bisa satu gedung, biar kalo punya anak lagi gak bingung kasih rumahnya, udah ada apartemen yang bisa mereka huni,” sahut Oris sambil melirik Rhea yang kini bersiap mencubit pinggangnya. “Ris, cucian di rumah masih banyak, jangan lupa kamu selesaiin ya nanti!” ujar Rhea. “Jangan bongkar aib dong, Rhe. Suka banget aku jadi bahan bully Teh Oreo.” “Hahaha … lu ngapain sih Rhe? Emang Bibi di rumah gak ada? Sampek Oris yang lu suruh nyuci,” sahut Viana yang tidak bisa menahan tawanya. “Itu hukuman karena bikin gue gak bisa jalan tadi pagi!” jawab Rhea dengan nada ketus. Seketika Theo dan Viana tertawa bersama hingga tidak bisa tertahan lagi. Sementara ke empat anak kecil yang ada di sana hanya bisa terdiam melihat orang tuanya lepas kendali. “Mama sama Papa ketawa kenceng gak malu suaranya kedengeran sampek bawah?” timpal Shane. “Maaf sayang … Tante Rhea keterlaluan lucunya, bikin Mama sama Papa gak bisa nahan ketawa,” jawab Viana. “Puasin deh kalo mau ketawa. Yang penting nanti di rumah Oris harus bersihin rumah!” ujar Rhea dengan tegas. “Ma, Shane udah selesai. Shane main sama Aze ya?” pamit Shane. “Mau ke mana?” tanya Rhea. “Mau ke ruang santai yang ada di kantornya Mama, Tante,” jawab Shane. “Ze, kamu mau ikut Abang?” tanya Rhea. Aze yang ragu untuk menjawab kini melirik kea rah Shane. Lalu tidak lama kemudian anak itu menjawab,”iya, mau main sama Abang. Boleh kan?” “Boleh, asal main yang bener,” ujar Rhea. Aze dan Shane tersenyum, mereka akhirnya keluar dari sana dan menuju ke kantor milik Viana yang letaknya tidak jauh dari ruangan itu. “Abang janji mau ajarin Aze buat main ML kan?” tanya Aze. “Siap, udah Abang bikini akun buat lu.” Mereka akhirnya masuk ke sebuah ruangan yang terdapat sofa dan meja. Tenpat untuk Viana menyambut tamu saat sedang berada di sana. Ke duanya duduk berdampingan, dan mereka kini fokus melihat kea rah ponsel yang ada di tangan Shane. “Jadi gini, Ze. Lu masukin ini, di sini, terus … lu liat nih, nah ini sama ini juga, pilih mau yang mana? Terus kalo udah jadinya gini, dah siap buat main deh,” jelas Shane. “Oke sip.” Aze pun berkutat dengan ponsel milik Shane, sampai mereka  cukup lama di sana, dan akhirnya ke dua orang tua mereka menjemput. Ceklek “Cane, Aze … hayuk pulang,” ajak Viana. “Shane, lu ajarin anak gue apaan?” tanya Rhea yang tidak suka jika anaknya menyentuh gadget. “Cuma ajarin Aze cara ML, Tante.” “CANE! Anak orang lu ajarin yang kagak bener, lu mau Mama di gorok ama Tante Rhea?” seru Viana sembari meraih ponsel yang kini sudah berada di tangan Shane. “Mama apaan sih, itu ML … mobile legend, Ma.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD