64. Lebur

1048 Words
Adras saat itu sarapan dengan bubur ayam yang dibuat oleh ibunya. Dia bersyukur Okna tadi malam tak kembali ke sana. Adras ingin sendiri dan lekas memulihkan tubuh. Pria itu beringsut ke sisi tempat tidur dan menurunkan kaki. Dia hendak pergi ke kamar mandi sendiri. Infus sudah dilepas dan besok Adras sudah bolah pulang dari rumah sakit. Hal yang dia syukuri karena bisa melihat Harpa lagi. Saat gadis itu datang menjenguk, Adras bangun setelah Harpa pulang, mereka tak sempat berjumpa. Adras sama sekali tak menyangka. Setelah membuang beban kehidupan dan duduk kembali di tempat tidur, dia iseng membuka ponsel. Namun, dia malah menemukan berita yang membuat pikiran terganggu. "CEO Callir dan Dios Diamond masih berkencan. Beberapa tahun lalu hubungan Dios dan Harpa Kariswana sempat diciduk media, kemudian tenggelam setelah Callir membuat pernyataan kalau mereka hanya sekadar kenalan biasa. Kini isu itu kembali mencuat setelah keduanya tertangkap kamera tengah makan berdua." Jelas saja membacanya membuat Adras langsung meradang. "Ini tak bisa dibiarkan!" tegas Adras. Pria itu lekas berganti pakaian dengan kemeja dan celana drill. Adras berlari di sepanjang lorong rumah sakit dan naik taksi hingga ke gedung Callir. Hujatan langsung jatuh pada mereka berdua. "Dios lebih baik keluar dari Diamond kalau dia ingin pacaran. Pantas saja dia selalu diistimewakan!" hujat salah satu netizen. "Aku sungguh kesal dengan CEOnya. Dia menggunakan kekuasaan agar Dios mau berkencan dengannya," tambah yang lain. Adras sampai memijiti kening. "Harusnya aku masih mengawasi Harpa. Kalau sudah begini, aku harus gimana?" batin Adras. Sampai di perusahaan, Adras lekas pergi ke kantor Harpa. Tak ada siapapun di sana. Dia sembarang bertanya pada staf yang ditemui. "Apa Anda melihat CEO?" "Beliau tengah di ruang rapat. Sepertinya ada pertemuan dadakan," jawab staf itu. Adras sudah menebak alasannya. Adras kembali turun dan tiba di bagian tengah gedung. Isla dan Narvi berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir. Mereka melihat Adras yang lari menghampiri. "Dras, bantu Harpa. Aku mohon. Sekarang semua orang membidiknya. Dia sampai menangis tadi. Bahkan rumahnya dikirim teror," pinta Narvi. Adras mengangguk. Dia tepuk bahu Narvi pelan dan izin masuk ke dalam ruangan. "Saya sekretaris CEO," ungkap Adras. Di dalam ruangan itu tidak hanya ada para petinggi, tapi juga Harpa dan Dios. Terlihat wajah kesal orang-orang di sana. "Dios! Kamu tidak hanya mencoreng nama perusahaan, tapi juga menyalahi kontrak. Perusahaan akan menuntut kamu atas semua kerugian ini! Nama Diamond yang menjadi kebanggan perusahaan rusak karena perbuatan kamu!" Harpa melirik Dios. Dia merasa bersalah pada pria itu. Dios sudah berjuang hingga ke posisi ini. Harpa pun tak berani bicara. Video saat Dios menuntunnya ketika menyeberang viral di media sosial. Adras berjalan mendekati Harpa. Pria itu menepuk bahu Harpa. "Tegakan wajah Anda. Jangan kalah, mereka tak boleh melihat kelemahan Anda," bisik Adras. Harpa mendongak dan melihat Adras di sana. Mata gadis itu berkaca-kaca. "Sekarang bagaimana CEO? Kemarahan fans akan membuat mereka berpaling dari agensi kita. Apalagi boygrup baru belum resmi debut. Mau tidak mau, grup itu harus segera didebutkan untuk menutupi skandal ini. Kita relakan saja Diamond," tegas komisaris. "Jangan! Ini salahku. Dan hanya kesalahpahaman. Kenapa Diamond harus ikut menanggung? Selama ini kita menggantungkan hidup pada mereka! Jangan hancurkan mereka semudah itu! Aku janji akan meredam rumor itu. Benar!" pinta Harpa. "Dengan apa? Anda sudah terbukti memiliki hubungan dengan salah satu membernya. Dengan apa Anda menyangkal?" Salah satu direktur menyerang. Dan hanya Gera yang tersenyum penuh kemenangan. Tidak disangka video dari Okna itu bisa menyelamatkannya. "Aku dan Dios tidak punya hubungan spesial," kilah Harpa. "Nyatanya kalian pernah tertangkap basah juga beberapa tahun lalu," sanggah Direktur lainnya. Harpa tahu dia harus menemukan hal lain yang bisa membuktikan kalau anggapan orang lain tidak benar. "Kalian sudah memintaku menikah, kan? Aku ikut kencan buta, kan? Kalau aku punya pacar, mana mungkin aku mau?" Alasan Harpa. "Tapi semuanya gagal." Harpa mengusap wajah. Dia bingung dengan keadaan ini. "Aku akan melakukan klarifikasi pada media secepat. Aku janji akan meyakinkan mereka." Harpa berdiri dan meninggalkan ruangan. Adras mengikuti gadis itu. Rupanya Harpa kembali ke ruangannya. Begitu Adras mencoba masuk, Harpa menahan. "Tinggalkan aku sendirian dulu. Aku mau menangkan diri," usir Harpa. Namun, Adras akhirnya bisa menarik pintu dan mencegah Harpa untuk menutupnya. "Saya akan tetap menemani Anda. Saya bantu Anda carikan jalannya. Jangan sedih," pinta Adras. Harpa menunduk. Isla dan Narvi berhenti di ujung lorong melihat Harpa dan Adras tengah bicara. "Aku lagi hancur banget, Dras! Aku gak suka orang lihat aku lagi kayak gini. Bodoh banget aku ini! Harusnya aku dengar omongan temanku. Tapi malah teledor dan ketahuan," keluh Harpa. Air matanya menetes. Tangannya memegang daun pintu dengan erat. "Orang-orang pasti gak akan percaya. Diamond akan hancur, aku akan dilengserkan. Dan Gera akan mengusai ini semua. Aku bikin Papaku kecewa lagi." Lirih suara Harpa. Gadis itu menyembunyikan wajah di balik daun pintu. Adras mengusap punggungnya. "Tidak. Ini semua belum berakhir. Usahakan saja dulu. Anda bilang tadi akan melakukan klarifikasi, kan?" saran Adras. Harpa menggeleng. Dia duduk di lantai dengan lemasnya. "Aku gak tahu harus gimana lagi. Aku bingung. Aku takut. Kalau keluargaku hancur, aku harus ke mana?" Isla dan Narvi merasa iba. "Kasihan dia. Harpa sudah berusaha sejauh ini. Dan berakhir hanya karena sebuah video," ucap Narvi kesal. "Kamu harus temukan orang yang menyebarkannya. Kita harus balaskan dendam," saran Isla. Harpa menangis semakin kencang. "Aku gak berani ketemu Papaku. Aku malu karena tidak bisa menjaga keinginan terakhir dia. Aku ini bodoh!" Harpa meratap. Adras tarik lengan gadis itu. Dipegang bahu Harpa. "Dengar! Ke mana anak keras kepala yang suka melakukan sesuatu seenaknya. Kamu bukan sekali atau dua kali teledor. Apa pernah kamu menyesal? Semua masalah yang kamu buat, kamu selesaikan sendiri. Masa kali ini kamu mau nyerah?" omel Adras. "Kamu jangan marahin aku kayak gitu, dong? Aku lagi sedih, malah diomelin!" Harpa balas membentak. Namun, dia masih merengek. "Kalau begitu jangan menangis. Ini perusahaan milik Papamu dan selamanya akan jadi begitu! Gera tidak boleh mengalahkan kamu semudah ini! Mengerti?" tegas Adras. Di ruangannya Gera tengah merayakan kemenangan. "Secepatnya dia akan ditendang dari sini. Kariswana akan bangkrut dan menjual sahamnya. Saham yang akan aku beli untuk menguasai segalanya," ucap Gera. "Tentu saja begitu. Ternyata kita tak perlu mengatur strategi itu. Dia sudah jatuh dengan kebodohannya sendiri," timpal direktur lain sambil tertawa dengan puasnya. "Adik sepupuku yang malang. Sayangnya kemalangan kamu itu, adalah kemenangan bagiku! Chaldan pasti akan sangat terluka melihat aku menghina anaknya seperti dia dulu menghinaku!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD