Nira sudah menjadi tuak. Tak ada yang dapat dilakukan kecuali ditenggak. Terlepas apa rasanya di lidah, manis, asam, sepat, yang bisa kau lakukan hanya berserah. Entah apa alasan pertemuan mereka malam ini. Satu bulan suntuk Kai memikirkannya. Yang terlintas di benaknya hanyalah meminta maaf telah bersikap tidak pantas kepada Anjani. Namun, ucapan Anjani tempo hari ada benarnya. Kai sudah membayar biaya rumah sakit sebagai kompensasi. Kai juga pernah berkata tidak ingin berelasi dengan Anjani dalam konteks apa pun, entah teman atau sekadar kenalan. Tetapi, mengapa rasa bersalah itu tak kunjung pergi? Rasanya seperti ada ganjalan yang tidak tuntas, seperti kau meraba-raba seluruh bagian mulut dengan ujung lidah mencari titik sariawan. Kai juga enggan membatalkan pertemuannya dengan Anjan

