1. Valentine Day

1745 Words
Pagi ini, Galia's cake telah dipenuhi oleh hiasan balon berbentuk hati yang dipasang di setiap sudut ruangan yang tersedia. Tidak hanya itu, bahkan pernak-pernik yang ditata sedemikian rupa pun seakan dengan sengaja diberi warna dekorasi merah muda sesuai tema hari ini. 14 Februari merupakan hari yang dikenal sebagai hari kasih sayang. Walaupun seharusnya setiap hari pun orang-orang wajib saling menyayangi terhadap satu sama lain atau pun pada mereka yang telah memiliki pasangan masing-masing, tapi tetap saja, rata-rata dari kawula muda zaman sekarang justru seakan enggan melewatkan hari spesial yang dinamakan 'Valentine Day' ini. Gara-gara hal itu juga, seorang wanita berusia 25 tahun yang tak lain adalah pemilik dari galeri kue bernama Galia's cake tersebut pun berinisiatif untuk memberikan diskon berkode kasih sayang pada mereka yang hendak membeli berbagai jenis kue apa saja yang sekiranya diminati oleh pembeli. Tidak hanya untuk yang membeli saja, bahkan siapa pun yang berkunjung ke galeri kue entah itu hanya ikut duduk nongkrong di setiap meja yang disediakan, melihat-lihat kue yang tertata di dalam etalase, dan tentunya untuk yang membeli, mereka semua berhak mendapatkan merchandise yang sudah dibuatkan spesial oleh pihak pemilik galeri kue tersebut khusus di hari ini saja. Si pemilik kue beranggapan, bahwa setidaknya, di hari kasih sayang ini, ia sedang mencoba berbagi kebaikan pada mereka yang berkenan masuk apalagi menjadi pengunjung di galeri kuenya tersebut. "Mbak Mira!" seru sebuah suara yang datang dari arah belakangnya. Sontak, wanita berkemeja hitam salur  yang semula sedang berdiri memantau di tengah ruangan pun lekas menoleh ke arah suara yang memanggilnya barusan. "Rana, ada apa?" tanya wanita itu--yang tak lain adalah Amira--setengah menyernyit. "Aku bawa kabar gembira, Mbak!" seru gadis bernama Rana itu menghampiri Amira. Ya, Amira Galia Utami, sudah sekitar dua tahun lamanya ia mendirikan galeri kue tersebut. Berkat tekad kuat dan kegigihannya yang berkeinginan membuka sebuah kedai cake bertemakan pelangi tanpa dibantu oleh sumbangan harta dan kekayaan yang dimiliki oleh orangtuanya semula, kini Amira pun telah tumbuh menjadi seorang wanita yang sangat mandiri dan dewasa di usianya. Amira sudah bukan lagi anak sekolah yang berkarakter labil. Amira pun bukan sosok yang doyan membuang-buang uang lagi hanya untuk membeli sesuatu yang dirasa tidak penting. Tapi kini ia telah menjadi sosok berkarakter kuat dan tidak mudah digoyahkan pihak mana pun. Ya, Amira telah bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik seiring dengan berjalannya waktu yang begitu cepat berlalu ini. Tidak terasa, Amira pun sudah meninggalkan kenangan masa sekolahnya sejak terakhir kali ia lulus SMA sekitar 8 tahunan yang lalu. "Aku nemuin kabar gembira yang aku rasa bakal bikin Mbak Mira kegirangan setelah liat hal ini," tukas Rana percaya diri. Kemudian, Amira pun menatap Rana semakin tak mengerti. "Kabar gembira apa sih? Plis deh, kalo ngomong tuh jangan setengah-setengah. Kentang banget sih kamu!" tukas Amira mendengkus sebal. Sementara itu, Rana tampak cengengesan di sela Amira yang sedang memutar bola matanya jengah. "Ini loh, Mbak. Rana nemuin artikel ini di sosmed...." ujar gadis itu sembari memperlihatkan gadgetnya ke hadapan Amira. Kontan, Amira pun segera meraih tablet milik Rana guna dilihat secara dekat tentang artikel yang gadis itu sebutkan. Sejenak, Amira tampak fokus meneliti bagian artikel yang saat ini tengah mengisi penuh layar tablet tersebut. Sampai akhirnya, ketika pandangannya turun ke bagian tengah isi artikel, matanya pun refleks membulat kala ia menemukan nama toko kue miliknya telah terpampang jelas bahkan di cetak tebal di bagian yang menurut Amira sangatlah berpengaruh pada kenaikan level yang akan menyebabkan melejitnya toko yang berdiri atas kerja kerasnya tersebut. "Ya ampun, Ran! Ini seriusan?" jerit Amira menatap Rana. "Jadi, toko kita masuk ke dalam nominasi toko kue terlaris dan terlezat?" pekik Amira yang seketika membuat sebagian karyawannya yang semula sedang sibuk bebenah lekas datang mendekat sekaligus mengerumuni Amira dan Rana yang terlihat begitu gembira di pagi yang cerah ini. *** Tok tok tok. Siang itu, sebuah ketukan pintu terdengar dari balik pintu ruangan pribadinya ketika Amira sedang sibuk memisahkan sejumlah berkas lama agar tidak tercampur dengan yang baru. Sebagai pemilik galeri, dia pun mempunyai banyak berkas penting yang menyangkut soal kepentingan kedai Galia's cake-nya. Entah itu surat kepemilikan, atau pun beberapa file tersurat yang patut ia amankan supaya tak tercampur dengan berkas-berkas yang justru sudah tidak penting alias perlu dibuang. Kembali pada bunyi ketukan yang ia dengar. Sembari mengarahkan pandangannya ke arah pintu, wanita itu lantas berseru meminta si pengetuk untuk masuk. "Masuk aja! Pintu gak dikunci, kok...." tukas Amira memberitahu. Tak lama kemudian, pintu pun didorong terbuka oleh seseorang yang tak pernah Amira sangka akan datang mengunjunginya setelah sekian lama ia tak berjumpa dengan sosok tersebut. Bahkan terakhir kali ia mendengar kabar, katanya sosok yang sudah lama tak dijumpainya ini sedang berada di sebuah negara di benua eropa bersama bos tampannya yang selalu ia elu-elukan. "Gue boleh masuk gak?" lontar seorang perempuan lainnya yang kini tengah menyembulkan kepalanya di celah pintu yang ia ciptakan. Beranjak dari posisi duduknya, Amira refleks menjerit, "Emily!!" "Yeah, i am here!" sahut perempuan itu riang. Diiringi dengan senyuman lebar dan binar bahagianya yang terpancar dari mata, kini Amira pun bergegas melangkah menghampiri Emily yang telah melebarkan pintu. Kemudian, setibanya mereka yang sudah saling berhadapan, keduanya pun segera saling berpelukan guna melepas rasa rindu yang sudah sekitar lima tahun lamanya mereka tak bertemu secara langsung layaknya sekarang. "Ya ampun, kangen deh. Udah berapa abad coba kita gak ketemu...." ujar perempuan itu dalam pelukannya. "Gue gak ngitung. Tapi yang jelas, gue juga kangen banget sama si miss rempong ini. Setelah sekian lama, akhirnya lo muncul juga selepas ikut merantau ke belahan bumi lainnya bersama si bos tampan yang entah setampan apa sampe lo bisa tergila-gila sama dia!" cerocos Amira membalas. Seketika, membuat Emily menyudahi pelukannya dan tahu-tahu ia pun mencubit pipi Amira yang sedikit tembam dari terakhir kali mereka sering ke sana kemari bersama-sama. "Aw, sakit!" pekik Amira memelotot. Sigap, ia pun mengusap bagian pipinya yang terkena cubitan sang sahabat. "Lo gendutan deh kayaknya. Mentang-mentang udah buka galeri kue. Terus lo nyemilin mulu kue ya?" lontar Emily terkikik. Sontak, menyebabkan Amira mendecak pelan kemudian menggiring temannya itu menuju sofa panjang yang tersedia di sebelah kiri ruangannya. "Gendut bukan berarti gue doyan ngemil. Tapi setiap orang pantas untuk bahagia, Em. Entah itu gue, maupun lo ... Kita harus bahagia bukan?" tukas Amira sembari menghela Emily untuk duduk. Sejenak, Emily pun mengerling. "I know. Tapi, seinget gue. Dulu pas kuliah lo gak sesemok ini deh. Malah, lo cenderung kurus. Udah gitu, kerjaannya galau mulu lagi. Walaupun gue gak tau cowok b**o mana yang udah bikin lo galau berkepanjangan kayak dulu, tapi gue berani bertaruh, itu cowok pasti udah bikin hidup lo berwarna ya semasa hubungan kalian masih terjalin, " tutur Emily menerka-nerka. Padahal dia baru bertemu sapa lagi dengan Amira, tapi pembahasannya justru malah sudah merapat ke bagian yang justru sedang tidak ingin untuk Amira bahas. "Apaan deh. Gak usah ungkit-ungkit masa lalu bisa gak sih?" hardik Amira mendengkus. Mendengar itu, tentu saja Emily meringis. "I am sorry, Beibi. But, gue cuma mau bernostalgia aja. Soalnya, dulu kan keseharian lo gak jauh-jauh dari galau dan susah move on. Biarpun banyak cowok yang mendekat, tapi lo malah tolak mereka mentah-mentah. Seandainya mereka mau, gue bersedia tuh gantiin lo. Tapi sayang, gue gak semenarik itu. Jangankan dilirik para cowok, gue deketin salah satunya aja dia udah kabur duluan. Dikiranya gue dedemit kali ya," papar Emily yang kemudian tertawa. Lalu Amira, dia pun ikut tertawa karena merasa bahwa kalimat terakhir yang teman karibnya itu lontarkan sangatlah konyol dan membuat dirinya tergelitik. "Jangan merendah gitu, Em! Gue gak pikun kali. Lo kan pernah ditembak sama ketua senat di kampus, tapi gara-gara muka lo lagi jerawatan parah, lo malah langsung tolak dia. Eh ujung-ujungnya lo malah nyesel dan maki-maki si jerawat yang udah bikin lo jadi jones yang abadi!" seru Amira kembali terkikik. Dibanding tersinggung, Emily pun malah tertawa membahana meskipun sebenarnya, hatinya sedang merasa gundah gulana karena kejadian semalam yang belum bisa ia lupakan. *** Amira memijit tengkuknya yang terasa pegal dan kaku. Setelah seharian penuh ia menyibukkan diri di kedai cake miliknya, kini saat hari sudah beranjak petang Amira pun baru tiba di rumah dalam kondisi yang begitu lesu dan wajah yang kusam. "Mbok Tarsih!" panggil Amira sembari menyandarkan punggungnya sekaligus merebahkan kepalanya di kepala sofa. Kemudian, tak lama dari itu yang dipanggil pun datang menghampiri. "Ya, Non. Non Mira manggil Simbok?" sahut wanita paruh baya berdaster cokelat tua tersebut membungkukkan setengah badannya. "Iya, Mbok. Tolong siapin air hangat ya di bathub! Sebentar lagi aku mau mandi. Tuangin juga sabun lavender biar busanya melimpah. Kayaknya, aku perlu rileksasi di dalam air biar tubuhku seger lagi...." ujar Amira meminta. Refleks, Mbok Tarsih pun mengangguk paham. "Siap, Non. Lalu, apa Simbok juga perlu menyiapkan makanan agar bisa Non Mira santap sehabis mandi?" tawari Mbok Tarsih berinisiatif. "Boleh. Tolong bikinin makanan yang berkuah pedas ya, Mbok. Kalo lagi capek gini, enaknya makan yang pedes-pedes biar semangat lagi." "Baik, Non. Selagi Non Mira mandi nanti, Simbok bakal buatin makanan berkuah pedas sesuai yang Non Mira minta. Kalau begitu, Simbok pamit ke kamar Non Mira dulu ya. Kalau ada apa-apa, Non Mira panggil Bibik lagi aja!" tutur Mbok Tarsih undur diri. Amira hanya mengangguk. Lalu sepeninggalnya Mbok Tarsih, ia pun menaikkan kedua kakinya yang kemudian ia selunjurkan di atas meja di hadapannya. "Duh, antara lapar, lelah sama ngantuk menyerang diri secara bersamaan. Ini gara-gara Emi, hari ini dia berhasil bikin aku sibuk mondar mandir di kedaiku sendiri...." gumam wanita itu sembari membuang napas panjang ke atas rambutnya. Apa yang Amira katakan memang tidak salah. Kehadiran Emi di kedainya sepanjang hari tadi sangatlah menguntungkan sekaligus membuat Amira kewalahan dalam melayani para pengunjung yang berdatangan. Gara-gara Emi yang mengadakan demo dadakan di halaman kedai, banyak orang yang menjadi tertarik untuk masuk ke galeri cake milik Amira. Saking banyaknya pengunjung yang berdatangan, bahkan Amira pun harus ikut turun tangan untuk melayani dan membantu seluruh karyawannya yang kebanjiran pembeli. Bukan hanya memenuhi seluruh meja saja, bahkan ada yang rela mengantre hanya untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dari para karyawan kedai berikut pemberian merchandise sesuai yang dijanjikan. "Ayo, ayo! Khusus untuk hari ini. Siapa pun yang membeli jenis kue apapun di kedai Galia's cake ... Maka dia berhak mendapatkan merchandise yang sudah disediakan. Ayo, ayo. Siapa yang cepat ia yang dapat. Merchandise-nya lumayan bermerek loh!" Seperti itulah cara Emily berkoar-koar menggunakan pengeras suara di halaman kedai. Tak lama dari itu, galeri kue tersebut pun langsung diserbu oleh pembeli. Maka, tidak heran jika Amira ikut merasa lelah setelah seharian turut berkutat melayani para pembeli yang tujuannya ingin mendapat merchandise di hari spesial Valentine tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD