Istri Solehah

1289 Words
"Surga seorang istri Ada pada suami, sehingga ia akan ikut kemana saja suaminya mengajaknya selama itu bersifat positif." ****       Hari ini suaminya pulang ke rumah. Dan mengatakan bahwa ia akan mengajak istrinya itu tinggal di Kota. Walaupun akhirnya, suaminya itu menolak akhirnya ia pun setuju.     "Assalamualaikum," ucap suaminya sambil mengetuk pintunya. Pagi-pagi sekali suaminya sampai di Rumah.     "Waalaikumsalam, mas. Tumben kamu udah pulang, bukannya harusnya akhir bulan ya?" kata istrinya sambil mencium tangan suaminya yang baru datang.    "Aku kangen sama kamu sayang, makanya pengen cepet ketemu sama kamu," jawab suaminya mencium kepala istrinya. Membuat Hilya tersenyum hangat.     "Bisa aja sih kamu. Ayo masuk," ucap Hilya membawa masuk koper suaminya.     "Nak Hamish, kamu udah pulang," ucap Ayahnya yang melihat sang menantu.    "Iya, Yah. Saya kangen sama Hilya makanya saya pengen cepet pulang," jawab Hamish membuat pipi Hilya memerah.     "Penganten baru ya biasa toh, nak," ucap Ayahnya.    "Yaudah kamu istirahat dulu, terus kamu makan. Hilya kamu siapin makan untuk suami mu nak, kasian dia habis perjalanan jauh," kata Ayahnya menyuruh anaknya menyiapkan makan.    "Iya yah," jawab Hilya nurut. "Mas, kamu mandi aja dulu, nanti aku siapin baju kamu di kamar ya. Setelah itu kita makan sama-sama," ucap Hilya kepada Hamish.    "Iya sayang," jawab Hamish. Hilya pun masuk ke kamar mereka meletakan koper dan menyiapkan baju untuk suaminya. Setelah itu dia ke dapur untuk sarapan bersama-sama. ***    Setelah tadi mereka selesai dengan urusan masing-masing. Saat ini mereka baru saja selesai makan dan masih berkumpul di sini. Dan Hamish berniat untuk menjelaskan maksudnya untuk pulang ke rumah dengan cepat.    "Nak, Hamish gimana kerja kamu di sana?" tanya mertuanya itu.    "Waalaikumsalam, Alhamdulillah baik kok, Yah. Justru Hamish diangkat jadi bos di perusahaan baru menggantikan Bos Hamish yang baru saja meninggal," ucap Hamish bangga.   "Wahh, alhamdulillah dong kalau kayak gitu," ucap Ayahnya ikut senang.    "Tapi, Hamish mau nyampein sesuatu sama Ayah dan juga Hilya sekarang," ucap Hamish mulai serius membuat mereka mengerutkan keningnya bingung.    "Ada apa, nak?" kata Ayahnya bertanya sedangkan Hilya mencoba untuk menyimak dulu pembicaraan mereka.   "Kerjaan, Hamish di sana mulai sibuk-sibuknya. Makanya kemungkinan Hamish pulang bakal jarang, jadi niat Hamish kesini mau bawa Hilya ke Kota, Yah," ucapan Hamish barusan sontak membuat Hilya melebarkan matanya terkejut.   "Apa?! Aku nggak mau, Mas ke Kota terus ninggalin Ayah di sini sendiri," ucap Hilya menolak keras keinginan suaminya itu.    "Tapi, aku bakal jarang pulang, Hil. Dan kita kan lagi program kehamilan kamu, kalo jarang ketemu gimana cepet jadinya," ucap Hamish membuat Hilya diam seketika.   "Yaudah, nak Hamish kalau itu memang keputusan kamu. Ayah setuju saja, toh Hilya Kan sudah menjadi tanggung jawab kamu sekarang," ucap Ayahnya bijak.   "Enggak, yah. Nanti Ayah di sini siapa yang ngurusin, nggak mungkin Hilya ninggal Ayah di sini sendiri," ucap Hilya tak terima.    "Hilya, Ayahkan masih sehat. Masih seger masih bisa ngurus diri sendiri. Lagian nggak mungkin Ayah ikut ke Kota nanti kebun siapa yang jaga. Yang gaji mereka siapa?" ucap Ayahnya pengertian.   "Kita bisa transfer uang aja ke mereka, terus Ayah bisa ikut sama Kita," ucap Hilya lagi.   "Ayah tuh kalau nggak kerja rasanya sakit semua,Hil. Lagian di Kota bapak mau sama siapa? Yang Ada Ayah  bosen, nggak bisa ketemu orang-orang. Kalau di sini Kan Ayah bisa main catur, di kebun nyari keringet biar sehat. Sedangkan kalau Ayah di Kota nggak Ada kerjaan cuma makan, tidur, rebahan, badan Ayah malah sakit semua, nak, mending Ayah di sini aja. Udahlah nak, kamu ikutin aja suami kamu. Surgamu itu Ada di suami kamu saat ini. Kalau kamu kangen sama Ayah, Kan bisa video call," ucap Ayahnya mengusir kekhawatiran anaknya itu.   "Nanti yang masakin buat Ayah siapa? Makan Ayah juga gimana?" tanya Hilya lagi.   "Hadeuh, nak. Itu nggak usah kamu fikir, Ayah bisa masak atau makan di luar," jawab Ayahnya.    "Tapi kalau makan di luar terus nggak seharusnya Yah." ucap Hilya kekeh, sedari tadi Hamish memilih diam dulu, supaya mereka bisa saling melepaskan, lagian kalau berbicara ia takut malah salah ucap.    "Sudah-sudah, kamu ikut suami kamu saja. Nggak usah pusing mikirin Ayah. Kamu mau masuk neraka karena tidak nurut dengan perintah suami," Hilya menggeleng tapi rasanya berat meninggalkan Ayahnya sendiri di sini. Tapi apa boleh buat Ayahnya benar, dia kini jadi tanggung jawab suaminya jadi dia harus mengikuti ucapan suaminya.    Melihat suasana mulai reda, Hamish memilih untuk berbicara, "Ayah, beneran nggak mau ikut kami?" tanya Hamish memastikan lagi.    "Ndak nak, Ayah mau tetep di sini aja, jaga kebun, main sama bapak-bapak di sini, malah buat pikiran Ayah plong, nak," jawab Ayahnya membuat Hamish mengangguk.    "Kamu kapan mau balik ke Kota bawa Hilya?" tanya Ayahnya lagi.    "Besok, Yah. Soalnya Hamish nggak bisa lama-lama di sini. Ayah nggak papa kan?" tanya Hamish memastikan.    "Mas, apa nggak kecepetan?" tanya Hilya lagi kesal.    "Maaf, Hil. Aku nggak dapet cuti lama, lagian aku Kan baru diangkat juga jadi nggak enak kalau lama-lama. Setelah agak lumayan lama aku kerja, Kita bakal sering-sering kok jenguk Ayah di sini," ucap Hamish menenangkan istrinya.     "Sudahlah, Nak. Kamu juga harus mengerti kepada suamimu, jangan cuma kamu yang mau di mengerti. Kasian suamimu nak," kata Ayahnya lagi. Sebagai Ayah dia harus menjadi bijak untuk kebahagiaan anaknya.     "Yaudah, mas," jawab Hilya pasrah dengan ucapan dua Lelaki di depannya ini. Setelah ucapan mereka selesai,Ayahnya pamit untuk ke kebun sedangkan Hilya merapihkan bekas makan mereka dan suaminya lebih dulu ke kamar. Setelah Hilya selesai membereskan makan dan cuci piring ia pun menyusul suaminya ke Kamar mereka. Yaiyalah kamar mereka Masa kamar suami orang Hilya masukin, bisa digrebek dia sama Pak Rt.     "Mas...." panggil Hilya masuk ke dalam kamarnya melihat suaminya yang memainkan ponselnya.    "Ya?" jawab Hamish mengalihkan pandangannyan ke istrinya. Lalu Hilya mendekati suaminya itu dan duduk di sampingnya.    "Mas, Kita serius pindah ke Jakarta ninggalin Ayah di sini?" tanya Hilya lagi.    "Iya, Hil. Aku nggak mau jarang ketemu kamu lagian aku mau cepet-cepet punya anak, emang kamu nggak mau punya anak sama aku," tanya suaminya menggenggam tangan istrinya.    "Ya, mau sih mas, yaudah deh. Aku rapihin baju dulu buat besok Kita berangkat," ucap Hilya mengalah.    "Maafin aku ya, harus buat kamu jauh dari Ayah kamu, tapi ini sebenernya buat kebaikan Kita sayang," ucap Hamish mencium kening istrinya.    "Iya nggak papa mas," jawab Hilya. Setelah itu dia bangkit membereskan perlengkapan untuk mereka berangkat besok, takutnya kalau nanti malam terlalu buru-buru. .....     Keesokan harinya, mereka sudah siap untuk berangkat, ke Kota. Hamish menenteng koper mereka bersiap pamit meninggalkan Ayahnya.    "Yah, kalau Ada apa-apa langsung telepon Hilya ya, jangan buat Hilya khawatir, makannya juga di jaga yah, jangan sering makan di luar. Jangan capek-capek juga," nasihat Hilya kepada Ayahnya itu.    "Iya nak. Ayah seperti anak kecil saja yang ditinggal ibunya pergi," ucap Ayahnya. Hilya mengamit tangan Ayahnya itu untuk bersalaman.    "Kami pamit dulu ya yah," ucap Hamish gantian mengamit tangan mertuanya.    "Iya, kaliann hati-hati ya. Nak Hamish, nitip Hilya jaga dia baik-baik di sana," nasihat mertuanya kepada menantunya.    "Baik, Yah Hamish bakal jagain Hilya selalu. Doain kami cepet dapet cucu ya yah," ucap Hamish.    "Aamiin ...." jawab Ayahnya.     "Yaudah, kami berangkat dulu ya. Assalamualaikum," pamit Hamish lalu menarik kopernya sambil menggandeng sang istri untuk masuknke taksi mereka.   "Waalaikumsalam," jawab Ayahnya. Seperti anak yang ditinggalkan Ayahnya Hilya menangis saat harus pergi bersama suaminya Dan meninggalkanya Ayahnya selama ini ia selalu bersama orang tuanya tapi Kali ini suaminya membawanya dan membuat mereka harus pisah. . . . "Ketika Kita sudah menjadi istri Kita harus rela berjauhan dengan orang tua dan ikut dengan keinginan suami." ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD