ospek fakultas

2004 Words
Helikopter itupun terbang dan kami mengudara begitu lama di langit. Aku tertidur dan kulihat dalam mimpiku berbagai macam makhluk. Dari ular bersayap hingga bola api beterbangan di sekeliling kami. Anehnya tak ada satupun dari mereka yang mendekati kami. 'Nak,tak ada yang mendekat karena kamu sudah terkenal di alam mereka,' tukas cincin. 'Haa?apa yang kuperbuat,wahai cincin, sampai mereka seperti itu?' Tanyaku. 'Jin yang kemarin ternyata raja jin di tempat asalnya. Kamu mengislamkan satu komunitas Aldi. ' sahut tasbih. 'Seperti itu ya, alhamdulillah. Padahal aku hanya menatap dan menyentuhnya. ' batinku. 'Yang kamu lakukan bukan hanya itu, matamu sudah melihat pak kyai selama 3 tahun. Itu ada energi yang tersimpan dan terpancar ketika melihat jin itu. ' tukas cincin. 'Ditambah lagi sentuhanmu, mungkin kamu tak sadar, Nak. Tapi, sentuhan itu juga sentuhan hati. Tidak sembarang orang bisa melakukannya. ' jelas si tasbih. "Tuan,kita sudah sampai kampus. " ujar pak Ramlan membangunkanku dari tidurku. Akupun turun dari helikopter dan melihat banyak orang menatapku dengan pandangan aneh Kulihat Wahyu menghampiriku dan bertanya, "Kamu sebenernya siapa?" "Aku Aldi, kemarin kan sudah kuberitahu kamu." jawabku. "Tapi kamu naik helikopter ke sini,kamu pasti anak orang kaya banget."tukasnya. " Aku cuma anak biasa, tidak lebih dari itu kok." Jawabku menenangkannya. "Enak ya kamu bisa kemana aja pake helikopter.' Selorohnya. 'Hahaha,andai kamu tahu.'batinku. "Biasa aja kok,semoga kamu bisa punya helikopter juga."doaku sembari menengadahkan tangan. "Aamiin. Ayo ke fakultas tempat kita ospek, sepertinya waktunya udah mepet nih." pungkasnya. Kamipun bersegera menuju fakultas dengan berlari agar tidak terlambat. Di lorong ku berpisah dengan Wahyu karena dia berbeda fakultas. Akupun berlari lebih cepat lagi dan kulihat ada kakak yang begitu cantik berjalan di lorong juga. Tak sadar aku menabraknya dan dia terjatuh bersamaku. Sontak dia membentakku, "Lihat pake mata dek! " Akupun bangkit seraya berkata, "iya, kak. maaf." Kakak tingkat itu mukanya terlihat begitu merah karena marah. "Ya,sudah. Cepat masuk! " Bentaknya dengan sorot mata yang tajam itu. "Baik, kak. " Akupun berlari dan berlari hingga sampailah sudah badan ini di ruangan itu. Ternyata aku terlambat dan semuanya melihatku dengan aneh. Salah seorang panitiapun manghardikku, " Dasar bocah tak tahu malu! Kenapa kamu terlambat?! " Akupun menjawab dengan tertunduk malu, " tadi saya menabrak seseorang di lorong, kak" Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan kulihat orang yang tadi kutabrak menatapku dengan sinis. " Ooh, jadi itu yang kamu jadikan alasan terlambat dek? Ambil papan gabus itu dan tali rafia di sebelahnya! " perintahnya padaku. "Baik, kak" kuambil dengan segera barang-barang di pojok ruangan itu. "Cepat! dan ikat talinya di ujung gabus supaya bisa kamu pakai kalung! " bentaknya. Akupun segera melakukannya dan berdiri di tengah ruangan itu. "Nama kamu siapa?" Tanyanya. "Aldi, kak" jawabku. "Baik, Aldi. Sebagai hukumannya kamu harus berdiri di pojok ruangan itu dengan gabus ini." ucapnya sambil menuliskan sesuatu pada gabus ini. "Sekarang baca keras-keras apa yang sudah kakak tulis!" perintahnya. "Namaku Aldi dan aku terlambat hari ini." ucapku. "Kurang keras!" sentaknya memarahiku. "NAMAKU ALDI DAN AKU TERLAMBAT HARI INI" Ucapku dengan lantang. " Temen-temen panitia dan seluruh maba hari ini kalau mau makan siang,ludahi dulu gabus ini ya!" Teriaknya. " Baik, kak! " Serentak semua orang menjawabnya. "Maaf,kak. Saya tidak makan siang kalau begitu hari ini. " Ujar salah satu maba menginterupsi. "Siapa kamu?!Pacarnya ya?" Sentak kating tersebut. "Bukan, kak. Saya Amalia, teman sepondoknya Aldi dulu."jawab gadis cantik itu. "Ooh,temen pondok ya. Ya sudah, kamu bagikan makanan nanti. Temen-temen panitia jangan ada yang bantu ya, cukup adek Amalia saja sendiri. Sanggup,kan?"Tanyanya pada Amalia. " Baik,kak. Siap, kak." jawabnya dengan tegas. 'Andai aku bisa membantu lebih, Aldi. " batin gadis itu padaku. 'Jadi kamu gadis yang kemarin. ' batinku. 'Iya, maaf ya. 'jawabnya. 'Aku yang harus minta maaf. Gara-gara aku kamu dihukum juga' batinku dengan sedih. 'Tak apa, asal sepulang dari sini kita nikah.'tukasnya padaku. 'Haaa? Kenapa? Aku baru tahu kamu hari ini lho, apa tidak terlalu cepat? ' ujarku keheranan. Dia diam tak menjawab lagi. Akupun memandang kating yang kutabrak itu lagi. Wajahnya begitu cantik dan putih seperti Amalia. 'Jangan lirik perempuan lain, Aldi.'bisik gadis itu lagi. 'Kenapa?'batinku padanya. Dia terdiam lagi. Aku merenungi apa yang sudah terjadi saat ini. Terlintas di pikiranku sedekah-sedekah yang kemarin kulakukan. 'Ya Allah, jika ada pahala dari sedekah-sedekahku kemarin kuhadiahkan kepada kakak tingkat tadi Ya Allah. Hanya itu yang bisa kuberikan untuknya karena mengajariku apa artinya sabar. ' batinku. Tiba-tiba kakak tingkat yang tadi menyuruhku menangis keras dan teman-temannya segera berkerumun mengelilinginya sambil kebingungan. "A- aku ga apa-apa, u- udah lanjutin acaranya."ujarnya sambil menangis berlinang air mata dan mengusap pipinya yang basah itu. 'mungkin hatinya bergetar hebat hingga seperti itu.'batinku. "alya,beneran. Kamu gapapa,kan?"ujar salah satu temennya. "iya,tiara. Udah lanjutin acaranya" jawab kak alya menenangkan. "Ya,sudah.kalau ada apa-apa bilang ya alya"ujar kak tiara. . "iya,tiara"jawab kak alya. Waktu makan siangpun tiba, seluruh panitia dan teman-teman seangkatanku meludahiku kecuali Amalia. Dia tersenyum pahit, melihatku diludahi oleh tiap anak yang memandangku dengan sinis. Tak jarang kudengar cacian dan olokan dari ludah mereka. Sungguh kutahan air mata ini dari mengalir dan kubalas dengan senyum tertulusku. Ada juga yang melemparkan tulang sisa makanannya ke arahku. Akupun terdiam dan tak terpikir untuk membalasnya. Ketika Amalia hendak memberikan makanan kepadaku tiba-tiba ada yng menghalanginya. "Kamu tidak perlu makan,itu ada sisa-sia makanan panitia dan temen-temen kamu. Tolong jangan sampai ada secuil nasi, daging, atau sayuran yang tersisa ya. Ini termasuk hukumanmu juga."perintah kak Alya padaku sembari memalingkan matanya menghindari pandanganku. "Baik,kak" jawabku dan kulihat Amalia tak kuasa menahan tangisnya. Setelah istirahat, makan siang dimana aku menghabiskan seluruh sisa makanan yang ada. Aku bergegas ke masjid untuk menunaikan sholat jum'at. Aku banyak bersholawat hingga aku lupa waktu. Tersadar bahwa aku sudah terlambat, aku bergegas melarikan diri ke ruangan ospek. Kulihat di lorong ada seorang wanita yang sangat cantik, tapi karena tergesa-gesa akupun berusaha menghindarinya saat berlari. Diapun melihatku dan tersenyum, memberikanku ruang untuk berlari. Akupun tiba di ruangan, namun kak Alya lagi-lagi bertanya padaku dengan marah, "Habis dari mana saja kamu!?" " Saya habis dari masjid wiridan sholasat terlalu banyak hingga lupa waktu kak,jadinya saya terlambat datang ke sini."jawabku dengan tegas. "Ooh,teruskan sholawatmu kalau gitu. Cepat kembali ke masjid. Oh, iya. Temen-temen panitia, acaranya diganti pembacaan sholawat di masjid ya."Ucapnya pada teman-teman panitianya. Seluruh kakak panitia terheran dengan perubahan acara yang mendadak ini. "Yang nonmuslim bisa dipandu kakak panitia yang nonmuslim untuk bimbingan rohani. Temen-temen di sini ada yang anak pondokan?"Kak alya bertanya dan memandang panitia dan semua temanku. Hanya aku dan Amalia yang mengangkat tangan dan kak Alya berucap, "Dek Aldi pimpin pembacaan sholawatnya ya nanti. Karena panitia di sini ga ada yang anak pondokan juga,kamu siap,kan?" 'kenapa tiba-tiba begini ya?batinku. "siap,kak"jawabku. Semuanya pun bergegas ke masjid untuk acara pembacaan sholawat ini. Aku yang dari tadi berjalan masih merasa bingung, kaget, dan juga gugup. 'bagaimana ya ini, aku rasa aku takkan mampu memimpin acara ini.'batinku sambil melihat cincin. 'Tenanglah,nak. Pak kyai sebentar lagi datang ke sini.'ujar cincin 'Iya,dia datang membawa rombongan dari pondok juga dan sedang dalam perjalanan ke sini.'tambah kalung menjelaskan. 'Haaa? Serius ini? Untuk apa?'batinku. Mereka terdiam, namun ku mendengar suara lain. 'Untuk menikahkan putriku denganmu wahai nak Aldi.' ujar suara kakek tua ini. 'Pak kyai?Kenapa saya?Saya hanya santri biasa,kenapa tidak yang lain saja?'tanyaku. 'Wahai nak Aldi,dalam darahmu mengalir darah kakekmu. Selain itu, kamu juga bisa menerima cincin dan tasbihku. Meski sekarang kamu hanya bisa memakai cincin itu saja.'jawab pak kyai. 'Siapa sebenarnya kakekku?'tanyaku lagi 'Belum waktunya kamu tahu,nak'ujar pak kyai merahasiakannya. 'Pak kyai,saya rasa saya tak bisa memimpin acara sholawatan sebesar ini.'ungkapku pada pak kyai. 'Kamu bisa,nak. Pejamkan matamu nanti dan biarkan ruhaniku menuntunmu dalam pembacaan sholawat.'ujar pak kyai menenangkanku. 'Baik,pak kyai.'Jawabku dengan tertunduk malu. Akupun tiba di masjid,aku berusaha untuk tetap tenang. Ketika acaranya akan dimulai, akupun memejamkan mata dan bibir serta lidah terasa bergerak membaca sholawat yang biasa dibaca pak kyai dulu dengan sendirinya. 'Cincin perkeras suaranya, dan tasbih, perlembut suaranya seperti sutra'perintah pak kyai. 'Siap , pak kyai' jawab mereka . Seketika itu juga suaraku terdengar begitu lantang dan lembut bagai sutra. Kudengar banyak orang terlarut dalam tangis sembari mengikuti bacaan sholawatnya.Terutama kak Alya, tangisnya begitu dahsyat bercampur dengan alunan nada sholawat yangvia baca. Sampailah aku pada waktu berdiri, aku bangkit dari dudukku seraya terus memejamkan mata dan membaca sholawat. Tiba-tiba dalam kegelapan karena mataku yang terpejam itu,berubah menjadi cahaya terang benderang. Aku merasa amat sangat tenang, ku berusaha meneruskan bacaan sholawat itu meski hati ini terasa getaran yang begitu kencang. Alhamdulillah akhirnya aku bisa menuntaskan pembacaan sholawat ini,namun aku masih terngiang cahaya terang yang menyelimutiku meski mataku terpejam tadi. Kulihat pak kyai tiba dengan rombongannya di pintu masjid. Pak kyai pun menghampiriku sembari menarik anaknya Amalia. "Sudahkah waktunya,ayah?" tanya Amalia "Sudah ,anakku" jawab pak kyai. Akupun tertunduk malu mengetahui apa yang akan terjadi setelah ini. Pak kyai pun menepuk pundakku dan bertanya, 'boleh pak kyai lihat dompetmu?untuk uang mahar putriku nak Aldi' 'Baik,ini pak kyai'batinku sembari memberikan dompet berisikan uang sejumlah 20 ribu itu saja. Saat kulihat lagi isinya ternyata 40 ribu, dan kulihat pak kyai tersenyum. 'Aku tambahkan uang 20 ribu untuk menambah uang maharmu, jaga putriku baik-baik ya nak Aldi.'bisik pak kyai menenangkanku. 'Baik, pak kyai. saya akan menjaga Amalia sebaik mungkin' jawabku. "Alhamdulillah kita semua bisa berkumpul di sini, mungkin kalian semua heran kenapa saya di sini." ucap pak kyai "Saya berada di sini untuk menikahkan putri saya dengan anak ini" tegas pak kyai sambil memegang pundakku. " Nak Aldi, maukah engkau menjadi suami putriku yang tercinta?"ujar pak kyai. "Alhamdulillah kalau Amalia berkenan, saya akan sangat bahagia pak kyai" jawabku. "Anakku,maukah engkau menjadi suami salah satu santriku ini nak?" tanyanya pada Amalia. Kulihat Amalia hanya bisa tertunduk malu dengan muka yang merah padam. " Baik kalau begitu akan segera dilaksanakan pernikahan ini."tegas pak kyai. kulihat senyum Amalia merekah begitu mendengarnya. "Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Amalia binti Thoha alal mahri arbaein 'alf rubiatan hallan"ujar pak kyai padaku. "Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq"jawabku dengan tenang. "Baiklah, bagaimana para hadirin,apakah sah?"tanya pak kyai pada semua orang di masjid. "Sah"Serentak mereka semua menjawab. Aku melihat mata Amalia tak kuasa menahan linangan air mata harunya. Kuusap pipinya tuk menenangkan sembari kukecup dahinya. 'YaAllah kuharap kebaikannya,dan jauhkan aku dari keburukannya YaAllah' batinku. 'Sayang, akhirnya aku bisa memanggilmu dengan panggilan ini wahai sayangku.'bisiknya padaku. Aku tersenyum pahit khawatir akan ambisiku yang bisa menyakiti hatinya. 'Tak apa, wahai sayangku. Aku rela engkau madu, meski tubuh yang indah ini telah kujaga hanya untukmu. Asal satu syarat ini kau penuhi,sayang'bisiknya. 'Apa wahai istriku tercinta'batinku padanya. 'Jangan pernah kau ceraikan aku,biarlah hanya maut saja yang memisahkan kita berdua. Meski kelak akan banyak yang lebih muda dan lebih cantik dariku,jangan pernah tinggalkan diriku'bisiknya padaku sembari memeluk ayahnya. Aku tak kuasa menahan tangisku terharu akan perasaannya yang begitu dalam ini, dan kujawab,'takkan pernah wahai sayangku, aku sudah berjanji pada Ayahmu tuk selalu menjagamu sebaik yang kubisa' 'Jangan,sayang. Jaga aku karena engkau mencintaiku,bukan karena janji itu atau yang lainnya.' bisiknya padaku. 'Baiklah, Sayangku.'jawabku. Kulihat pak kyai begitu bahagia dan memeluk putrinya begitu erat dan berkata, " sebagai wujud rasa syukur pada Allah,kuhadiahkan pada suamimu sebuah ruko di dekat pondok. Bantulah dia berjualan kitab kuning untuk para santri nanti sehabis dari sini. Untuk masalah stok buku atau yang lainnya, nanti akan ayah persiapkan semuanya." "Terima kasih, Ayah. Semoga Allah membalas kebaikan Ayah dengan cintaNya." jawab Amalia dengan berlinang air mata kebahagiaan. Akupun mengangguk menyetujui itu semua, namun terdengar suara helikopter dari kejauhan. Kami semuapun segera keluar untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya. Aku melihat ayah turun dari helikopter dengan tangga kayu. Dia tampak menodongkan pistolnya ke arahku. Akupun melihat semuanya begitu lambat, dan kulihat peluru itu menembus leherku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD