ospek jurusan

2021 Words
Akupun pergi bersama istriku tercinta,dia meletakkan dagu putihnya itu di bahuku seraya berkata,"Sayang, gimana tadi malem aku ngelayanin kamu?enak,kan?" "Enak,kok. Sayang, kamu luar biasa. Aku jadi ga pengen nambah istri kalo kaya gini ceritanya."tukasku padanya. "Jangan gitu sayangku,sekali kamu berkeinginan harus dituntaskan."jawabnya padaku "Baiklah, sayang. Aku cuma tak ingin kamu cemburu."sahutku. "Inget pesanku kemarin,nanti kamu akan tahu maksudku sebenernya"senyumnya padaku. Akupun mencubit hidungnya yang mancung itu dengan mesra dan berkata,"iya,dek. Ayo turun,kita udah sampai nih" "Ga mau sayang, aku masih pengen tidur di bahu kuatmu ini aldi sayangku"manjanya padaku. "ish,kamu ini. Kutungguin kamu sampai puas deh sayangku,apa aja deh buat kamu." ujarku pada Amalia. "Iya,deh. Sayangku, maaf ya aku terlalu manja sama kamu"maafnya padaku. "Gapapa,sayang. Asal kamu jangan manja sama lelaki lain ya,cukup sama aku aja"ingatku padanya. "Itu pasti,sayang"jawabnya menenangkanku. "Oh,iya sayangku. Kamu bisa naik motor,kan?" tanyaku padanya. "Bisa,sayang. Kenapa?"jawabnya. "Jadi gini,aku kemarin bawa motor. Motor aku kemarin ketinggalan di kampus karena kejadian kemarin. Kamu bawa motor ini bisa ,kan?."ujarku. "Baik,sayang. Aku nanti ikutin kamu dari belakang ya kalo pulang"jawabnya. "Sayang,terima kasih ya."ucapku sembari mengecup dahinya yang manis itu. Kulihat mukanya memerah tersipu malu sambil menundukkan mukanya.'sama-sama,sayang'bisiknya padaku. Akupun tersenyum padanya dan kugenggam erat tangannya hingga sampai ke ruang ospek jurusan hari ini. Kulihat banyak orang memandang kami dengan tatapan iri. 'Biarkan saja mereka sayang, cukup bayangkan dunia ini milik kita berdua saja.'bisik Amalia menenangkanku. Akupun mengangguk dan duduk di sampingnya. Kulihat ada lelaki lain yang juga duduk di sampingnya dan menyapanya. "Hai,Amalia. Aku boleh duduk sini,kan?"tanyanya pada Amalia. Amalia diam tak menjawab, dan aku juga mulai kesal terhadap orang ini. "Namaku Ray, aku tahu kemarin kamu habis nikah sama cowo sebelah kamu. Kalau bosan ada aku kok,tenang aja."ujarnya membuat amarahku memuncak. Aku ingin segera bangkit dan menghantam muka lelaki ini sekeras-kerasnya namun Amalia menenangkanku dan berucap, "A'udzubillah" Seketika itu,lelaki ini tampak kebingungan. Akupun menanyainya,"kenapa,Ray?" "Tidak,Aldi. Perasaanku di sebelahmu tadi Amalia, tapi sekarang kulihat tak ada orang."ucapnya, padahal istriku tepat ada di sampingnya. "Mungkin kamu butuh minum, Ray. Ini minumku, habiskan. Jangan duduk di sini karena dekat AC. Mungkin itu yang bikin kamu pusing dan salah lihat"ujarku. "Baiklah,kawan. Kalau kamu bosan, inget aku siap menggantikanmu."ujarnya sambil meminum s**u bekal dari istriku dan mencari tempat duduk lain. Kami berdua hanya bisa menggelengkan kepala,belum satu minggu menikah sudah ada saja yang menggoda istriku ini. 'Maafkan istrimu yang terlalu cantik ini ya, sayang. Aku rela membakar wajahku ini agar tak ada yang lain yang mendekatiku, cukup engkau seorang wahai suamiku tercinta'bisik Amalia padaku. 'Tak perlu sampai seperti itu, sayang. Besok pakailah cadar untuk menutupi wajahmu. Cukup diriku seorang yang bisa menikmati wajah indahmu itu'jawabku padanya. Acara ospekpun dimulai, selama itu pula kulihat Amalia memandangku dengan senyum yang begitu mempesona. "Adek-adek semua, sekarang waktunya pembagian kelompok ya. Aldi, kamu jadi komisaris tertinggi angkatan ini. Ini sudah didiskusikan juga sama temen-temen panitia."Ujar salah satu panitia. "Loh,kak. Tapi,kemarin acara-acaranya pakai sistem voting semua. Kenapa hari ini saya yang langsung ditunjuk?"tanyaku. "Ini keputusan langsung dari ketua ospek jurusan kali ini,dek. Selain itu, kamu kemarin juga bisa memimpin acara di masjid dengan baik jadi kami memandang kamu lebih siap dalam hal ini.Apakah kamu ada masalah dengan keputusan ini?"tanya panitia itu yang kucermati ternyata ialah kak tiara. "Saya khawatir temen-temen ada yang kurang setuju,kak"jawabku. "Hahaha, lihat penampilanmu kemarin. Kakak rasa temen-temenmu bakal setuju semua. Adek-adek semua, setuju kalau Aldi jadi komting angkatan kalian?"tanya kak tiara dengan keras kepada teman-teman seangkatanku. "Setuju,kak" serempak semuanya menjawab seperti itu kecuali satu anak. "Tidak, kak"jawab anak itu. "Siapa kamu?"tanya kak tiara pada anak itu. "Aku Ray, kak. Menurut hemat saya, saya yang lebih pantas. Karena tugas komting ini sangat berat, bukannya bermaksud sombong. Saya dulu ketua osis di sma dan banyak acara sukses di bawah kepemimpinan saya. Lagipula, dia hanyalah anak pondok memang bisa apa. Belum lagi keterlambatannya kemarin, apa kami semua akan dipimpin anak seperti ini?" jelasnya sambil menunjuk kepalaku dan telunjuknya menyentuh dahiku. Temannyapun membenarkannya dan berkata,"memang benar,semenjak dia menjabat ketua osis sekolah kami jadi lebih maju." "Benar, kak.saya rasa saya juga tidak pantas mengemban amanah ini kak. Lebih baik Ray saja yang menjadi komting, karena dia lebih berpengalaman dibandingkan saya yang hanya anak pondok biasa ini"jawabku membela Ray. 'jangan seperti itu, sayang. Kamu suamiku yang luar biasa,bukan anak biasa'bisik Amalia menghiburku. "Hmm, tapi karena ini keputusan sudah didiskusikan seluruh panitia. Kita ambil jalan tengah saja, buat voting diambil dari semua temen-temenmu. Siapa yang lebih pantas, biar teman seangkatan kalian berdua yang menentukan."ujar kak tiara. "Baik, Kak" jawab kami berdua. "Sebelum voting diadakan, apa visi misi kalian berdua?agar teman-teman di sini tidak salah pilih."tanya kak tiara pada kami berdua. "Saya tidak punya visi misi apa-apa,kak"jawabku "Visi saya menjadikan angkatan yang berpendidikan, kreatif, dan rajin menabung serta misi saya meningkatkan rasa kekeluargaan antar mahasiswa,kak"jawab Ray. "Baik, di sini siapa yang setuju Ray menjadi komting kalian?angkat tangan kalian jika setuju."ujar kak tiara dengan keras. Kulihat hampir semua teman-temanku mengangkat tangan mereka. Ray tersenyum dan meludahi wajahku seraya berkata, "sudah jelas kan kakak-kakak panitia, siapa yang lebih pantas." 'Sayang, boleh kuberi dia pelajaran?'bisik Amalia padaku menahan amarahnya. 'Jangan, kasihku. Bersabarlah dan hadapi dengan kelembutan, biarkan dia berkuasa.'batinku menenangkannya. 'Baiklah, sayang. Aku hanya tak ingin suamiku dipermalukan seperti ini.'batinnya. 'Bersabarlah, sayang. Tak perlu dibalas jika memang tak perlu. Maafkan dia ya'batinku. 'Iya,sayang'bisiknya membalasku dan kulihat pipinya yang basah itu. "Baik, karena teman-teman lebih memilih Ray maka dialah komting kalian sekarang."umum kak Tiara sembari menatapku dengan penuh arti. "Minggir kau!"Ucap Ray yang menendangku dan menyingkirkanku dari jalannya. Akupun terjatuh dan kulihat wajahnya yang menoleh padaku seraya bergumam, "dasar,pecundang" lalu meludahi wajahku lagi. Kubersihkan ludah itu seperti yang biasa kulakukan kemarin dan kucoba bangkit. Tapi, Ray melempariku dengan sampah kertas yang dia simpan di kantongnya sambil berteriak, "sudah kamu di situ aja pecundang. Kami lebih menginginkanmu di situ." Kulihat anak-anak yang lain mengikuti Ray melempariku dengan kertas sambil mengejekku. Tampak Amalia menahan tangisnya dan memandangku penuh iba dan berbisik, 'maafkan aku, sayang. Aku tak bisa berbuat apa-apa kali ini.' 'Tak apa, sayangku. Cukup engkau menemaniku sebagai istriku sudah menjadi rasa syukurku'batinku padanya. Setelah itu, acara berlanjut hingga akhirnya aku perlu membentuk kelompok untuk tugas karya seni. Nampaknya semua orang menjauhiku kecuali Amalia, padahal satu kelompok dibutuhkan tiga orang. "Amalia,kamu belum dapet kelompok ya. Sini sama kita aja kurang satu orang lagi." ujar seorang lelaki yang mencoba menggandeng tangan istriku ini. "Maaf,ya. Aku hanya ingin satu kelompok dengan suamiku."Jawab Amalia yang spontan menggandeng tanganku. 'Sayangku,kalau kamu begini nanti kamu susah dapet teman di kampus entar.'batinku sambil menatap matanya yang bengkak dan kemerahan seperti habis menangis itu. 'Cukuplah kamu sebagai temanku, Sayang. Teman sehidup sematiku di kampus ini,di akhirat nanti, atau dimanapun kita berada'bisiknya sambil menggenggam tanganku lebih erat. Kamipun menunggu beberapa saat hingga kak Tiara menghampiriku dan bertanya, "Kalian belum dapat kelompok,dek?" Kami berdua mengangguk dan kak Tiara memanggil temannya, "Milaa,sini bantuin adek-adek ini. Kasihan mereka belum dapet kelompok sendiri." Kulihat wanita yang tersenyum padaku di lorong kemarin menghampiri kami bertiga.Kak Tiarapun mendampingi kami sebagai kakak pembimbing dan Kak Mila sebagai tambahan kelompok melengkapi kekurangan kelompok kami. "Dek, yang tegar ya. Kami sebagai panitia tak bisa berbuat banyak terhadap anak itu. Dia anak kepala rektor di kampus ini, jadi kamu juga jangan bermusuhan dengannya kalau bisa"bisik kak Mila padaku. "Sebenarnya kita berdua juga dulu satu pondok denganmu dek, jadi kami juga menahan rasa sakit di hati ketika Ray berkata seperti itu." tambah kak Tiara dengan berbisik-bisik sambil mengerjakan tugas karya seni kami. "Tak apa kak, memang takdir Tuhan seperti itu. Biarlah aku dipermalukan seperti ini, toh hidup ini juga sementara."jawabku menenangkan mereka berdua. 'sayang,jangan tinggalkanku lagi'batin Amalia padaku, aku tersenyum padanya dan mengangguk sambil mengelus pipinya seraya berbisik, 'Tidak wahai istriku, tenanglah.' "Enak ya kalian sudah nikah, aku iri pada kalian berdua"ujar kak Tiara. "Iya aku juga iri"tambah kak Mila. "Kakak-kakak, tinggi dan berat badan kalian berapa ya kalau boleh tahu,sama ukuran buah da*a kakak-kakak juga gapapa"tanya Amalia tiba-tiba sambil tersipu malu. Aku yang mendengar ini juga menggelengkan kepala sambil menatap lembut Amalia sambil berbisik,'kenapa kamu tanya gitu,sayang?' 'Katanya kemarin kamu ingin poligami, ini kucarikan istri buat kamu lagi. Gimana mereka berdua?Cakep-cakep,kan? Kak Tiara kayaknya dompetnya tebel tuh, tapi kak Mila wajahnya cantik banget sampai aku iri'bisiknya padaku. 'Hahaha, sudahlah sayang. Tidak perlu dibahas itu, apalagi sampai sefrontal ini'batinku padanya. Kak Mila dan Kak Tiara saling menatap dan tertawa kecil, lalu menjawab pertanyaan Amalia" Jangan di sini, dek. Ada suami kamu tuh. Nanti suami kamu kepengen gimana?" "Ya nikah saja kalian berdua dengan suamiku ini. Dia baik kok, cuma kalian mau apa ngga itu aja sih" jawab Amalia. Aku menutup wajahku tak kuat menahan malu mendengar topik pembicaraan kali ini. Kulihat prakarya ini hampir selesai, dan Ray menghampiri kami. Dia meludahi lagi prakarya yang sudah hampir selesai ini, dan menginjaknya hingga hancur lebur seraya berkata, "oh maaf ya, terinjak. kalian buat lagi aja sama kating-kating ini" "Kamu keterlaluan, Ray!" pekik kak Tiara menatap tajam anak ini. Tampak lelaki yang mengajak Amalia tadi tertawa dari kejauhan melihat prakarya kami diinjak begitu saja. Kamipun dihukum membersihkan ruangan ini karena prakarya ini sudah tak sempat lagi dibuat ulang melihat batas waktu yang telah diberikan. Ray melihatku membersihkan ruangan ini dan tertawa sambil meludahi lantai ruangan. Dia juga menginjak lantai itu sehingga tersisa kotoran di sepatunya menempel di situ. Tindakan itu diikuti lelaki yang tertawa tadi dan juga banyak teman-teman seangkatanku yang lain. Aku juga harus membersihkan sampah kertas selain mengepel lantai ruangan yang sudah kotor berat ini. Amalia, kak Mila, dan juga kak Tiara turut membantuku membersihkan ruangan seluas ini. Ray yang melihat inipun terlihat kesal dan menendangku lagi seraya berkata," bersihkan yang bersih,pencundang!" Aku yang mengepel lantai terperosok lagi dan membuat berantakan kursi. "Bereskan kursi itu juga!"bentaknya sambil meludahiku yang sudah terperosok ini. Ketiga orang lain di ruangan juga menatap anak itu dengan tajam. Ray pergi dengan membuang muka dan menginjakkan sepatunya yang penuh lumpur itu ke lantai. 'Sayang, ayo kita bersihkan sama-sama'batin Amalia. 'Yang sabar ya nak'ujar cincin dan tasbih. Kurasakan tasbih putih itu bergetar di kantongku dan aku masih bingung akan fungsi tasbih gelang itu. Suara adzan dhuhur berkumandang dan kulihat kak Tiara menatapku dan berkata, "Sholatlah, Aldi. Biar kami yang membersihkan ruangan ini, seusai sholat kamu bisa kembali ke sini." "Bener, Aldi. Kau harus kembali cepat, ruangan ini terlalu luas untuk kami bertiga bersihkan sendiri."tambah kak Mila. Akupun pergi ke masjid dan aku berpapasan dengan Ray. Dia tampak seperti tak melihatku dan melewatiku begitu saja. Akupun segera mengambil wudhu namun tak terasa ada batu kecil yang mengenai kepalaku. Kulihat asal batu itu dan kulihat Ray melempariku lagi dengan batu kecil. Kutangkap batu itu dan aku meminta maaf pada batu itu karena sudah dibuat melempari orang tanpa hak. 'Tak apa,nak. Bukan kamu yang harusnya minta maaf,melainkan anak itu.'jawab batu itu. Seusai sholat, aku kembali ke ruangan dan kubantu membersihkan ruangan ospek lagi hingga selesai. Aku memberikan kunci motorku pada Amalia yang menatapku tersenyum. 'Ada apa,cintaku?' batinku padanya. 'Aku bersyukur bisa menikahimu,sayang'bisiknya. 'Aku juga'jawabku. 'Ukuran mereka sudah kuketahui, sayang. Tadi mereka cerita padaku.'bisiknya padaku dengan muka memerah. 'Haaa?ukuran apa,sayang?'batinku keheranan. 'Tinggi, berat badan, serta ukuran buah da*a mereka berdua sayang. Kalo kak Tiara 170 cm dengan berat 62 kg,ukurannya cuma 39. Tapi kalau kak Mila tingginya 168 dengan berat 54 ,ukurannya 41 hampir sepertiku.'batin Amalia. Aku menutupi mukaku yang memerah ini dan tak berani melihat kedua orang yang lagi dibicarakan Amalia kali ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD