Netra kami saling bertemu. Mata Angga menatapku begitu tajam penuh dengan kemarahan. Bibirku terkunci karena aku menyadari bahwa Angga sepertinya telah mengetahui kebohonganku dan Kayla. Sesungguhnya aku masih ingin membela diriku. Mengatakan pada Angga aku adalah Kanaya, dan sama sekali tidak mengenalnya. Jemari Angga menekan kedua pipiku dengan begitu keras. Aku membuang mata agar tak bertatapan lagi dengannya. Dulu mata itu begitu indah meski dalam kegelapan. Tapi kini mata itu seperti elang dan ingin mencengkram mangsanya. "Angga aku gak ngerti ya apa maksud kamu ! Lepasin!" Aku berusaha meronta dan meminta Angga melepas tangannya dari wajahku. Angga semakin mendekatkan wajahnya padaku. Aku merasa takut padanya. Entah kenapa tangan Angga yang kuat mencengkeram wajahku tiba-tiba

