“Nona… yakin?” tanya Tom dengan wajah ragu. Ia menoleh ke arah istrinya yang sama tak setujunya, lantas keduanya memandang Jackie dengan gurat permintaan kepastian lagi.
“Nona belum terlalu sembuh. Bagaimana nanti jika penyembuhan Nona terhambat karena ini?”
Jackie menggeleng tegas. “Aku perlu mengenali ulang semua orang di sekitarku, Tom. Semua anggota keluarga, orang kepercayaan, dan orang yang bekerja dekat dengan keluarga Seymour. Aku harus kembali hidup normal. Aku bahkan tidak mengenalimu dan Anna sama sekali.”
Suara Leona –yang sebenarnya Jackie—terdengar penuh sesal bagi pasangan Ruskin itu.
“Jadi tolong, kenalkan aku pada mereka sekali lagi.”
Tom menatap Nona Leona-nya dengan penuh simpati. “Baiklah, tapi kita akan mulai perlahan saja, Nona. Saya akan meminta Mr. Branson dan Mr. Gaudin untuk datang ke sini hari ini. Sisanya kita lanjutkan besok. Untuk pekerja kediaman, saya akan mengenalkan mereka pada Nona begitu Nona diizinkan kembali pulang oleh dokter.
Jackie menyetujui ide itu dengan penuh semangat. “Oh, iya, kau pernah bilang padaku bahwa aku dulu kuliah di jurusan apa… Tom?”
“Administrasi Bisnis, Nona. Eh… Nona juga mengambil beberapa kelas Ekonomi.”
“Nah, Tom. Aku ada permintaan. Bisakah kau membawakanku semua buku kuliahku dulu? Aku akan mempelajari semuanya selagi aku punya banyak waktu luang di sini.”
“Tapi—"
“Tom, please,” pinta Jackie bersikeras, “Kau sudah bilang padaku bahwa aku sudah beberapa tahun ini menangani perusahaan Seymour. Aku tidak ingin menyusahkan semua orang terlalu lama. Aku ingin begitu aku sembuh dan perlu kembali ke rutinitas biasa, aku sudah siap dan mengerti tentang apa yang harus kulakukan.”
Tom menggeleng putus asa. “Nona harus istirahat dengan benar, Nona. Saya tidak bisa membiarkan Nona memaksakan tubuh untuk belajar. Aku tidak ingin Nona merasa dalam stres atau tekanan.
“Oh, soal itu tidak usah khawatir. Aku sudah bertanya pada dokter tadi dan menurutnya cedera kepalaku sudah sepenuhnya sembuh. Tenang saja, aku sama sekali tidak merasa tertekan saat ini. Ini adalah kemauanku sendiri. Dan aku ingin memulainya hari ini.”
Anna menggeleng pelan, “Oh, Nona—”
“Anna,” kata Jackie dengan lebih lembut. “Aku ingin beristirahat, sungguh aku ingin. Namun ketika aku tidak melakukan apapun selama berbaring atau duduk seperti sekarang, aku malah jadi lebih ingin menggerakkan tubuhku. Setidaknya dengan belajar dan membaca buku-bukuku, aku bisa duduk dengan tenang tanpa memperparah kondisiku.”
Terdapat keheningan sejenak antara Jackie dan pasangan Ruskin itu.
“Oh, baiklah,” ujar Tom menyerah. Ia mengarahkan pandangan pada Anna. “Saat siang nanti, saya akan pulang bersama Anna dan kembali ke sini untuk membawakan semuanya. Saya izin menggunakan salah satu mobil Nona.”
“Baiklah,” sahut Jackie ringan, namun otaknya mencerna beberapa kata terakhir lebih lambat.
“Oh, tunggu, Tom,” sergahnya. “Apa maksudmu dengan berkata ‘Menggunakan salah satu mobil saya’?”
Wajah putus asa Tom tadi memudar. “Nona bahkan lupa dengan harta Nona sendiri? Nona Leona memiliki koleksi mobil di garasi. Ada lima belas, tujuh di antaranya adalah mobil sport.”
Jackie membelalak, rahangnya membuka terlalu lebar.
“Ah, Nona jangan cemas. Saya hanya akan menggunakan mobil SUV biasa, bukan mobil sport itu,” guyon Tom yang sepertinya salah mengartikan keterkejutan Jackie. “Lagipula, saya mungkin bakal gugup bahkan sebelum saya sempat mengendarai mobil-mobil mewah itu. Setidaknya, saya selalu berkeringat dingin kala saya memanaskan mesin-mesin mobil Nona itu setiap hari.”
Sepertinya sebelum merencanakan apapun, aku harus segera beradaptasi dengan gaya hidup Leona Seymour, pikir Jackie.
***
“Kau terlambat,” tegur Ross. Inspektur itu berpakaian santai, namun sama sekali tidak menyembunyikan auranya sebagai petugas keamanan.
Ben berlarian ke arahnya seraya mengecek ponsel. “Baru lewat satu menit, Sir,” tukasnya terengah-engah.
Ross tidak berkomentar apa-apa lagi, melainkan mengisyaratkan pria muda itu untuk ikut duduk bersamanya di kursi taman. Taman itu masih lengang dan udaranya pun masih dingin–maklum, masih pukul enam pagi. Selain mereka, hanya ada satu-dua orang yang berjogging santai di area tersebut.
Di bangku, terdapat sebuah amplop, termos kopi, dan beberapa cangkir kertas. Ross menuangkan kopi dari termosnya ke dua cangkir, lalu menyodorkan salah satunya pada Ben.
“Minumlah. Kita tidak akan bisa berkonsentrasi kalau masih kedinginan.”
Ben menyambutnya dengan penuh terima kasih. Setelah menikmati beberapa hirup kopi, Ross mengeluarkan kertas-kertas dari amplop.
“Kurasa kau sudah tahu apa yang terjadi pada kasus Jacqueline secara umum, Ben,” Ross memulai sambil membalik-balik kumpulan kertasnya.
Ben bergidik, antara masih kedinginan atau teringat kenangan buruk. “Si kembar, Robbie dan Rossie ditemukan tak sadarkan diri di rumah kontrakan Jackie. Jackie bilang padaku, keduanya sudah tergeletak pucat di kamar mereka ketika bermain, dengan muntah berserakan di sekitar mereka. Saat itu, Jackie sedang sibuk di dapur dan dia baru sadar bahwa tidak ada suara dari arah kamar bayi kembarnya. Jackie langsung melarikan keduanya ke rumah sakit.”
Ross mengangguk. “Lanjutkan.”
“Si kembar sempat dirawat, tapi… esok harinya Robbie dan Rossie ditemukan sudah meninggal dunia. Jackie didakwa atas kelalaian terhadap anak-anaknya, namun ketika Roger Wright meminta kasus diusut lebih jauh dan pengacaranya mendapat izin untuk memasuki area TKP, mereka menemukan bahwa seluruh makanan pendamping ASI yang dibeli Jackie sudah kadaluarsa. Mereka mengajukan tuntutan lebih jauh dengan mendakwa Jackie atas pembunuhan berencana.”
Ross mengangguk lagi mengiyakan. “Kasus ini mereka bawa lebih jauh dengan melibatkan sisi psikologis Jacqueline yang diduga terpengaruh setelah kasus perceraian mereka, bukan? Roger Wright membawa detil sidang perceraian mereka dan pembagian harta, dimana Jacqueline tidak mendapatkan apapun sebab semua aset atas nama Wright. Kekalahan Jacqueline dalam perceraian menyebabkan kesulitan ekonomi yang amat parah baginya, sehingga hal itu dijadikan alasan oleh pihak penuntut –bahwa kondisi emosional Jacqueline sedang tidak stabil dan dia memang berniat mengurangi beban hidupnya.”
“Persis seperti yang diberitakan di media massa,” ucap Ben sendu. “Tapi hakim juri, polisi, media massa, maupun pembaca berita, baik yang menghujat maupun yang bersimpati, tidak tahu siapa Jackie sebenarnya. Dia memang perasa, sensitif. Tapi dia bukan wanita yang akan merencanakan pembunuhan darah dagingnya sendiri.”
Ross membenarkan, lalu memasukkan kembali seluruh kertas ke dalam amplop.
“Nah, sekarang kita sudah sepakat dengan gambaran umum. Pengetahuanmu dan pengetahuanku sama. Dari sinilah kita akan memulai penyelidikan kita,” kata Ross, sejenak ia memandang sinar matahari yang mulai muncul. “Saya tahu sebuah café di sekitar sini. Kita sarapan pagi sebentar. Semua fakta yang meragukan yang ada di sini,” katanya seraya melambaikan amplop tadi, “…Akan jadi titik awal diskusi kita tentang bagaimana penyelidikan ini kita mulai.”