Radar

1941 Words
Pria itu lalu menutup teleponnya, lalu menggoyang-goyangkan kursinya ke belakang. Tangannya di belakang kepalanya yang berpikir, sementara kakinya diselonjorkan di atas meja kerja –jika seseorang mengejutkannya dia pasti terjungkal jatuh ke belakang. Seorang wanita yang menghubunginya lewat nomor yang bukan sekali pakai dan meminta pertemuan di Queen Mary Hospital. Jika dia mau, pria itu bisa saja melakukan penyelidikan lima menit untuk mengungkap siapa si peneleponnya barusan. Hanya saja ia tidak mau. Ia menghargai etika profesionalitasnya. “Lebih baik minum kopi,” pria itu menganjurkan pada dirinya sendiri, lantas menyeruput kopinya. *** Masih pada malam yang sama, Ben baru saja selesai mencuci piring makan malamnya. Sudah terlambat memang, sebab ia lembur. Ia menghempaskan tubuh ke sofa, ketika ia kepikiran untuk menelepon Ross. “Mudah-mudahan Sir Ross sedang tidak sibuk,” gumamnya sembari mencari kontak Ross di ponsel. Panggilannya langsung tersambung. “Halo, Sir?” “Ya, Ben?” “Apa Anda sedang sibuk? Saya hanya terpikirkan sesuatu soal investigasi kita.” “Tidak. Katakanlah.” “Sir, bagaimana kalau di akhir pekan nanti kita mendatangi Leona Seymour untuk memastikan dugaan kita itu? Jika memang benar ketiga subjek yang kita bahas adalah Leona yang sama, kita bisa tanyakan apa alasannya mengunjungi Jackie. Mungkin kita juga bisa menanyakan apa dia sudah mengetahui soal hubungan Jackie dan Roger dan apa alasannya bersama Roger,” jelas Ben menggebu-gebu. “Anda seorang polisi, Sir, jadi dia tak akan bisa menolak kedatangan kita saat Anda menunjukkan lencana kepolisian –apalagi pangkat Anda tergolong tinggi. Anda bisa bilang Anda terlibat investigasi kecelakaan itu.” Ross menolak tegas. “Tidak, Ben. Aku tak bisa melakukan itu. Pertama, karena urusan kecelakaan memang bukan urusan divisi saya. Para polisi dari Divisi Lalu Lintas pasti sudah lebih dulu menanyainya dan anggota keluarganya tak lama setelah kecelakaan itu. Dengan cara berpikir sederhana pun, seseorang akan merasa aneh bila ada polisi yang masih menanyakan hal yang sama tiga minggu lebih setelah perkara terjadi, apalagi oleh Inspektur Senior seperti saya. Inspektur Senior biasanya lebih banyak bekerja di belakang meja, bukan aktif di lapangan,” kata Ross dengan agak sedikit bangga. “Lagipula, untuk ukuran Leona Seymour yang notabene pebisnis sukses, ia tentu akan menanyakan itu. Kedatanganku malah akan mencurigakan. Besar kemungkinan ia akan meminta surat perintah diriku untuk mewawancarainya, mungkin akan membawa pengacaranya juga. Leona Seymour pasti akan sangat berhati-hati.” “Betul juga. Tapi, Sir, saya yakin Anda tahu, ‘kan, di mana Leona Seymour dirawat?” “Ya, di Queen Mary Hospital. Mengapa?” “Bagaimana kalau kita datangi dia di sana hanya sebagai pengunjung biasa? Sekedar membesuk?” “Malah lebih tidak mungkin lagi. Apa menurutmu orang sekaliber dia akan membiarkan orang asing dengan gampang masuk ke ruang perawatannya?” “Ah. Betul juga.” “Lebih baik batalkan saja niatmu itu.” “Saya malah terpikirkan untuk tetap melakukannya, Sir,” kekeh Ben. “Saya akan berkunjung ke sana sendiri. Mungkin memang tak berhasil seperti kata Anda, tapi tak ada salahnya mencoba.” “Yah. Terserahmulah.” *** Selasa, 18 Agustus. Awal pagi. Roger bangun dari tidurnya yang nyenyak dengan perasaan segar. Ia menoleh ke arah cermin bertulisan ancaman itu, agak terkejut namun sudah mulai terbiasa dengan apa yang ia lihat. Sekarang di meja depan cermin, muncul banyak tumpahan makanan bayi yang sebelumnya tak ada –bukan dalam bentuk bubuk, namun sudah dicampur dengan air sebagaimana saat akan diberikan pada bayi. Ia lantas beranjak dari kasur langsung menuju kamar mandi, dan benarlah, tumpahan yang sama juga ada di wastafel di bawah cermin. Sebelum gosok gigi ataupun cuci muka, Roger langsung menghubungi petugas hotel mempersoalkan hal itu dan menanyakan soal pemindahan barang-barangnya, dan mereka menjanjikan beberapa petugas yang akan dikirim dalam waktu lima menit. Suasana hati Roger cukup membaik saat ia mengawasi orang-orang yang mulai membawa barangnya, dan dalam kondisi hati yang bagus itu, ia mendadak ingin mengajak seseorang untuk ngopi bersamanya nanti. “Hey, Emma.” Balasan untuk Roger datang secepat ia mengirim pesan. “Hi, Roger.” “Hangout bareng, yuk? Kita makan di luar?” “Boleh. Dimana?” “Di café teras yang populer itu? “Jam berapa?” “Kurasa aku bisa clockout lebih cepat hari ini. Pukul setengah lima. Bagaimana?” “Oke. ❤️” Roger memandang emoji hati itu penuh harap, lalu ia pun kembali mengawasi pemindahan barangnya seraya bersiul. *** Sekitar pukul setengah sembilan pagi, rumah sakit mulai ramai didatangi pasien-pasien rawat jalan dan orang-orang yang mengunjungi anggota keluarganya yang dirawat inap. Ben memandang fasad rumah sakit yang gagah itu, lalu langsung melangkah ke meja informasi. “Saya ingin mengunjungi pasien bernama Leona Seymour. Bisa Anda beritahu saya dimana ruangannya?” “Sebentar,” sahut lelaki muda di konter. Ia mengecek komputer, mengetikkan nama yang disebutkan Ben, lalu diam sejenak. “Anda anggota keluarganya?” “Ehm… tidak.” “Mohon maaf, untuk pasien tertentu, dalam hal ini pasien perawatan VIP, kami tidak bisa memberitahukan nomor ruangannya demi keamanan.” “Tapi--,” sergah Ben, “Saya… saya yakin ia akan membolehkan saya untuk masuk!” Lelaki muda itu menaikkan alis. “Anda kenal dengan pasien?” “Ya, kenal sedikit.” Lelaki itu tak langsung mengiyakan, namun menelepon temannya yang kemungkinan bertugas di lantai tempat Leona dirawat. Ia berbalik memunggungi Ben, berbicara di telepon dengan merendahkan suara. Sesaat kemudian, ia kembali menghadap ke arah Ben dengan panggilan telepon masih aktif. “Maaf, kami harus mengkonfirmasikan pada si pasien itu sendiri atau anggota keluarganya untuk mengetahui apa Anda benar-benar kenalan pasien atau tidak. Siapa nama Anda?” “Benedict Loski.” “Benedict Loski. Oke.” Sementara itu, di lantai khusus VIP, perawat jaga mengunjungi kamar Jackie. Ia membuka pintu mendapati Jackie yang masih tertidur, dengan Anna yang duduk di sampingnya. “Maaf,” kata perawat itu pada Anna, “Apa Anda atau Miss Seymour mengenali seseorang bernama Benedict Loski? Dia mengakui kalau dia mengenal Miss Seymour dan ingin berkunjung.” “Benedict…?” “Benedict Loski,” ulang perawat jaga itu lagi. “Tidak, Sus. Saya tidak kenal, dan sepengetahuan saya, Nona juga tidak punya seorang kenalan bernama itu.” “Baiklah,” tandas perawat itu, yang langsung menuju telepon di pos jaga dan mengabari temannya di lantai satu. Si lelaki muda yang menerima informasi itu manggut-manggut sejenak, lalu setelah semenit berlalu, panggilannya usai. Ia berbalik memandang Ben sekali lagi, namun dengan wajahnya muram dan kaku. “Maaf, anggota keluarga tidak mengenali Anda sebagai kenalan pasien. Jadi kami tidak bisa memberitahu tentang kamar pasien.” “Tapi saya—” “Mohon maaf, Pak. Peraturan kami sudah jelas,” tegas pemuda itu. Ia langsung menyibukkan diri dengan mengklik-klik mouse komputer di depannya. “Haah,” Ben menghela napas. Gagal. Tapi akan ia coba lagi esok. *** Setelah menyelesaikan sarapannya pada pukul sepuluh lebih, Jackie meraih folder di meja samping dipan, hendak melanjutkan pelajarannya tentang riwayat keputusan pengelolaan perusahaan dengan perasaan kenyang yang menenangkan. “Eh, Nona,” Anna memanggil. “Ya, Ann?” “Tadi saat Nona masih tidur, perawat jaga mengatakan ada yang ingin mengunjungi Nona. Dia bilang dia kenal dengan Nona, tapi karena sepengetahuan saya tidak ada orang bernama begitu dan karena tak ingin mengganggu tidur Nona, jadi saya menolaknya. Maaf.” Jackie tersenyum. “Tidak apa. Memangnya siapa orang yang datang tadi?” “Dia bilang namanya Benedict Loski.” Jackie sadar matanya agak membelalak saat mendengar nama itu, tapi cepat-cepat ia kembali ke ekspresi datar ala ‘gadis amnesia’. “Siapa itu?” “Yah, wajar Anda tak mengenalnya sekarang karena Anda hilang ingatan, Nona. Tapi setahu saya Nona memang tidak punya kenalan bernama Benedict Loski. Tidak pula teman dekat.” Jackie mengangguk. “Keputusanmu sudah tepat, Anna. Lebih baik kita waspada, berhati-hati terlebih ketika keadaanku… ya, seperti ini.” Anna mengangguk, lalu kembali pada rajutannya. Ia memang selalu membawa rajutan atau sulaman setiap kali menemani Jackie. Sementara Jackie kembali memandangi halaman-halaman di depannya dengan tatapan kosong. Ada perasaan kerinduannya pada Ben yang mendadak muncul, terlebih karena ia membohongi teman dekatnya itu tentang waktu eksekusinya. Ia tak sanggup memandang Ben di detik-detik terakhirnya itu, walau ia juga tak menyangka bahwa ia akan diberi kesempatan kedua. Tapi kesempatan kedua ini adalah berbeda –ia tak bisa menemui Ben dengan dirinya yang biasa, melainkan sebagai orang lain. Mata Jackie jadi berair. Tidak. Aku tidak punya waktu untuk merasa sedih sekarang. Memang aku ingin bertemu dengannya lagi, tapi ia harus konsentrasi pada tujuannya. Jackie melanjutkan membaca folder pengelolaan Seymour Constructions yang ia mulai pelajari semalam. “Oh, ya, Nona,” Anna menghentikan rajutannya. “Saya teringat soal pertanyaan Nona pada Tom kemarin.” “Soal apa?” “Nama apartemen yang Tuan Roger tempati. Tom lupa, jadi saat pulang ke rumah ia menanyakannya pada saya.” “Jadi kau tahu namanya?” “Ya, Peak Sunset.” “Peak Sunset,” ulang Jackie dalam bisikan. “Terimakasih, Anna.” “Sama-sama, Nona.” Oh, aku kenal nama apartemen itu. Jackie segera kembali ke halaman pertama di folder yang ia baca. Benarlah, tertera di situ bahwa Peak Sunset adalah salah satu proyek yang dikerjakan oleh Seymour Constructions atas dasar kontrak kerjasama dengan sebuah pengembang properti terkenal. Ada lima kompleks apartemen lain yang perusahaan Seymour bangun atas permintaan pengembang itu, yaitu, Silverwood Residence, Oakridge Residence, Peak Spring, Hillview Terrace, dan The Akasia. Di antara kelima kompleks tersebut, hanya Oakridge Residence dan Peak Spring yang memiliki fasilitas serta target pembeli yang sama dengan Peak Sunset, sedangkan sisanya merupakan hunian mewah untuk level elit. Tiba-tiba Jackie mendapatkan ide. “Oh, ya, Ann,” panggil Jackie pada Anna. “Apa menurutmu, begitu aku pulang ke rumah, Roger Wright itu akan membujukku agar bisa kembali tinggal di kediaman Seymour?” Anna memandang dengan wajah tak enak. “Sebenarnya Tom juga berpikiran begitu, Nona. Dan saya juga cukup yakin soal itu.” Jackie mengerucutkan bibir. “Aku masih belum ingat siapa dia. Bagiku dia masih orang asing.” “Nona bisa menolak jika suatu saat Tuan Roger mengatakan permintaannya itu.” “Tapi bukankah kau bilang kami adalah sepasang kekasih?” “Ya…” “Aku merasa tidak enak jika menolaknya mentah-mentah begitu saja. Bagaimana jika Tom minta tolong pada Mr. Branson agar menguruskan tempat tinggalnya di salah satu apartemen yang pernah dikerjakan Seymour Construction saja?” usul Jackie. “Mr. Branson mungkin bisa mempermudah pengurusan dokumen dan administrasinya di sana dan membantu mendapatkan kamar yang jauh lebih baik. Tapi soal biaya sewa, tetap jadi tanggung jawab Roger.” Anna tampak menimbang-nimbang usul itu. “Saya rasa bisa, Nona. Mau saya sampaikan sekarang lewat telepon?” “Biar aku saja,” kata Jackie seraya mengangkat ponselnya. “Aku bisa langsung menghubungi Tom. Sekalian aku juga ingin meminta Tom menguruskan sesuatu yang lain juga pada Mr. Branson.” “Soal apa itu, Nona?” “Aksesku pada akun-akun aset dan rekeningku. Aku ingin minta tolong pada Tom agar meminta Mr. Branson menguruskan semua masalah terkait identifikasi identitas terkait keuangan pribadiku. Yah, aku tak ingat diriku sendiri, jadi tak mungkin aku ingat tanda tangan dan nomor ID. Juga supaya semua username dan password rekening dan email dikirimkan ke kedua ponsel ini.” Jackie mengangkat ponsel pribadi dan ponsel kerjaan milik Leona Seymour. Anna mengangguk paham, melanjutkan pekerjaannya, sementara itu Jackie menelepon Tom soal permintaannya dan menekankan betapa perlunya agar semua urusan itu selesai siang ini, paling lambat sore hari. Dia juga mengatakan usulnya soal hunian Roger. “Anda ingin nanti Tuan Roger menempati hunian yang mana, Nona?” tanya Tom di ujung telepon. “Di Peak Spring, tapi berikan ia kamar yang terbaik,” tukas Jackie. Aku harus tetap menjaga Roger tetap dalam pengawasanku, batin Jackie, dan membuatnya tetap berada di dalam radar keluarga Seymour adalah langkah yang tepat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD