Chapter 2

2285 Words
Jam istirahat kali ini, Rain ingin seperti biasanya. Pergi ke perpustakaan dan berdiam diri di sana sambil membaca beberapa buku sains yang paling ia sukai. Kali ini ia tak bersama Rena. Karena Rena harus memenuhi panggilan pelatih silatnya untuk datang ke lapangan basket. Kabar yang ia dengan, Rena akan diikutsertakan dalam pertandingan pencak silat se Indonesia. Karena itu Rena akan sangat sibuk sampai hari pertandingan tiba. Rain melirik lurus ke depan. Ia mencoba memberanikan diri untuk berjalan menatap ke arah lurus. Namun entah kenapa ia menjadi sangat gugup, alhasil Rain kembali memilih menunduk saat berjalan. Sembari bersenandung kecil, Rain berjalan sambil melirik ujung sepatinya yang selalu ia lakukan setiap ia berjalan sendirian di koridor. Beruntung saat ini, siswa tak terlalu memadati. Karena mereka semua nyaris memenuhi kantin sekolah. BUUUKKK Suara tabrakan terdengar cukup keras. Khususnya bagi Rain. Saat berjalan, ia tiba-tiba merasakan kepalanya bertubrukan dengan sesuatu, bahkan saking kerasnya tubrukan tersebut, ia sampai terjatuh keras ke belakang. Rain merasakan remuk di tulang pantatnya. Entah apa yang di tabraknya tadi yang jelas dia benar-benar terhempas kuat ke lantai. Bahkan beberapa buku milik perpustakaan yang tadi sekalian ia bawa, berserakan di lantai dengan posisi menggenaskan. Apalagi kaca mata Rain yang selalu bertengger di wajahnya juga ikut menjadi imbasnya. Ia tak bisa melihat jelas lantaran kaca mata miliknya terlepas dari wajahnya. Rain berusaha mencari kaca matanya dengan melirik ke sana kemari. Rasa panik segera menyerang Rain, namun hanya sesaat karena walaupun tak terlalu jelas, ia sudsh menemukan benda itu berada tepat di dekat kaki seseorang. Mungkin ini orang yang tadi dia tabrak. Seorang cowok, Batin Rain saat ia melihat bagian kaki orang tersebut dan dia mengenakan seragam laki-laki. Rain meraih kaca mata itu cepat dan memakainya dengan baik lalu Mendongakkan wajahnya ke atas. emosi Rain langsung naik saat ia hendak melihat siapa yang baru saja menabraknya namun ia urungkan karena wajah yang menjadi idola para gadis ada di depannya. Ini Daren, seorang playboy sekolahan yang tampan. "Lo nggak apa-apa?" Tanya Daren sedikit khawatir. Rain tak menjawab. Cowok tampan dengan wajah bulat namun tegas ini berhasil menghipnotis Rain dalam menahan sakitnya. Pantatnya yang tadi merasa keram mendadak lenyap rasa sakitnya saat wajah Daren terlihat begitu jelas. Ketampanan cowok itu terlihat nyata. Uluran tangan dari Daren membuat Rain terus menengadah keatas dan menatap dengan lamat pahatan wajah yang sempurna itu. Hidung mancung, mata bulat seperti mata kucing, double eyeline nya sangat pas terpahat di kelopak matanya, jangan lupakan pipi cubby nya yang menambah kesan Cute pada cowok yang kini masih berdiri di depannya. "Lo nggak apa-apa kan?"tanya Daren lagi. Wajah khawatir terlihat jelas dari ekspresi Daren. Ia masih mengulurkan tangannya untuk membantu Rain berdiri. Ya Tuhan, mimpi apa ia semalam bisa bercengkrama dengan Daren seperti ini. Dengan sedikit ragu, Rain menggeleng. "Gue nggak apa-apa." jawab Rain mencoba untuk tetap tenang. Ciri khas seorang Rain jika dia malu, telinganya akan memerah. Saat gadis lain malu yang merah adalah pipinya, Rain justru telinganya yang memerah jika ia malu. Daren menatap Rain lamat. Ia tahu Rain sangat malu, Daren tersenyum sedikit sinis. Ternyata pesonanya sebagai seorang yang tertampan di sekolah belum lenyap sama sekali. Karena sekelas Rain saja yang cupunya keterlaluan juga bisa terpesona dengannya.. Daren yang malas dengan situasi seperti ini, langsung mengubah atmosfir menjadi sedikit tegang. "Berat lo berapa sih? Lo yang nabrak gue, Lo yang jatoh!" ledeknya tiba-tiba. Rain terkejut. Ia terperangah mendengar ucapan lelaki yang ada dihadapannya. Terlebih lagi, wajah Daren yang nampak sengak layaknya badboy yang sok kecakepan. Walaupun aslinya memang cakep sih. Dan Lihatlah, Smirk nya itu. Rain sangat ingin meninju wajah itu sampai bonyok. Rasa kagum Rain langsung lenyap seketika. Rain menatap Daren kesal, "Terserah gue! Kalau nggak niat bantuin ya udah! Tapi thanks!" balas Rain rada cuek. Berbeda dengan dirinya yang tadi terpesona dengan seorang Daren, kini ia menjadi infil se ilfill ilfill nya pada Daren. Ternyata semua cowok playboy dan wanted sekolah itu BadBoy. Dan gilanya, ia sudah sempat terpesona dengan si badboy tersebut hanya karena sebuah uluran tangan? Waaahh, sungguh tak bisa dimaafkan. "Hey! Harusnya lo minta makasinya baik-baik." ucap Daren. "Oya? Setelah lo ledek berat gue?" "Gue nggak ledek. Badan lo aja yang emang terlalu ringan.." Rain dibuat semakin kesal. Ia melihat kesekelilingnya. Di sana para siswa menatap mereka dalam diam membuat Rain malu bukan main. Ia yang tak tahan lagi, langsung pergi berlalu Meninggalkan kediaman orang-orang disekitar mereka terkhususnya Daren si the most Wanted sekolah yang tadi ditabrak Rain. Daren menatap punggung Rain yang sudah semakin berlalu menjauh dan menghilang di balik tembok pembelokan menuju kelas. Senyum misterius seketika muncul dari wajah sempurna Daren. Hanya dia yang tahu apa arti dari senyumannya itu...... ***** Taman belakang sekolah memang tempat favorit bagi Rain untuk mengisi jam istirahat. Biasanya ia akan menyantap makanannya di sana atau hanya sekedar duduk-duduk sembari membaca buku atau novel percintaan yang menurut senagian orang, itu hal yang menggelikan. Namum tidak bagi Rain. Bahkan Rain sudah mengoleksi puluhan novel romance. Dia pun sudah punya perpustakaan sendiri di rumahnya dengan isian koleksi semua novel-novel romantis dari puluhan pegarang. Seperti saat ini. Rain tengah asik membaca sebuah novel berjudul Mariposa. Karangan Luhuk yang begitu digandrungi banyak pembaca. Bahkan novel tersebut akan di filmkan. Keren nggak tuh? Rain cukup iri dengan pemeran utama perempuannya yang bernama Acha. Acha punya keberanian super gila hanya demi mendapatkan Iqbal sang gebetan. Dan ia juga ingin memiliki keberanian itu. Sedang asik membaca dan menikmati kebaperan seorang Iqbal, Rain dikejutkan dengan suara seseorang. "Hai, nama Lo Rain kan? Kenalin Gue Daren!" Rain menatap dengan malas cowok didepannya ini. lagi-lagi Daren. Cowok itu malah tengah mengulurkan tangannya kearah Rain. Rain menatap tangan itu lama dan kembali menatap mata Daren. "Ngapain Lo kesini? Mau ngatain berat gue lagi? Mau ngatain gue gendut.? Cupu? " sinis Rain tanpa memperhatikan Daren yang masih setia berdiri di depannya. Bahkan uluran tangan Daren masih setia mengarah pada Rain. "Nggak. Gue ke sini mau kenalan sama Lo." "Gue nggak butuh." balas Rain jutek. Gadis itu memperbaiki letak kacamatanya yang miring dan melanjutkan bacanya. Daren menarik tangannya dan langsung duduk di samping Rain. "Apaan sih. Minggir nggak lo!!" ucap Rain kesal. "Makanya, kenalan." "Lo tadi udah tahu kan nama gue?" "Beda Rain. Kalau itu gue cuma tahu nama lo aja sebagai Rain. Yang lainnya belum." "Dan lo pikir gue peduli? Cabut lo.!" Daren berdecih. Ia menatap Rain yang kembali fokus pada novel di tangannya. Daren mendorong bahu Rain dengan bahunya. "Rain...!" panggil Daren. Rain tak mempedulikan itu. Ia malah semakin larut dalam aksi membacanya. "Rain. Jangan diamin gue dong.." Rain menatap Daren tajam. Yang ditatap hanya senyum manis tak berdosa. "Mau ngapain sih! Ganggu aja!" sinis Rain. Daren tak menjawab. Sreeettt Daren yang kesal diacuhkan menarik novel Rain dan langsung berdiri lalu mengangkat novel itu tinggi-tinggi. "Apaan sih Lo, siniin gak novelnya" Rain mencoba melompat lompat menjangkau bukunya. "Daren!!" teriak Rain kesal. "Ambil kalau sampai. ." "Apaan sih Lo! Siniin novelnya.." teriak Rain semakin geram. Tanpa Rain sendiri sadari kalau sedari tadi tangan kirinya yang masih bebas kini bertengger di bahu Daren dengan tubuh mereka yang menempel. "Siniin bukunya~~resek banget sih Lo!" bentak Rain yang emosi. "Makanya jangan cuekin gue! Gue ngajak ngomongnya baik-baik kan tadi!" "Ya udah iya siniin" rampas gadis itu. "Anak-anak banget sih main lo" lanjutnya kesel. "Nah gitu dong! Kenalin nama gue Daren" ulangnya lagi. "Udah tahu, mau berapa kali sih Lo sebutin nama Lo?" sinisnya. "Sampai Lo mau jawab salam gue dan perkenalin nama Lo ke gue." jawabnya santai. "tadi kan Lo udah sebut nama Gue!" "ya iya, tapi gue maunya mulut Lo sendiri yang sebutin nama Lo!" "Issshhh...ngeselin banget sih Lo jadi cowok."rutuknya tapi tetap menyambut uluran tangan Daren. "Gue Rain". "Salam kenal Rain!" "Ya!" jutek gadis itu berharap Daren pergi dari hadapannya. Tapi sepertinya harapan akan tinggal harapan. Cowok itu masih betah berdiri di hadapan Rain. "Mau apa lagi sih Lo?" "Gue boleh duduk disini?" Bukannya ni orang tadi udah nemplok duduk di sini... "Gak boleh!" ketusnya. Daren mengerutkan keningnya. "Kan udah jadi teman!" "Sejak kapan?" "Barusan! Kan udah kenalan. Gue Daren dan lo juga ngenalin nama Lo sebagai Rain. Itu artinya kita berteman!" tenang Daren yang langsung ditatap sinis oleh Rain. "Itu karena Lo yang maksa! Udah deh sana jangan ganggu gue.." usir Rain lagi mencoba peruntungannya. "Kalau gue maksa untuk kedua kalinya,bakalan lo turutin nggak?" "Mimpi Lo! Sana sana sana! Husshh jauh-jauh dari gue!" Bukannya pergi, Daren justru duduk di sebelah Rain dan meraih buku yang tadi sudah berpindah tangan pada Rain. Rain menatap Daren tajam. Ia mencoba merebut kembali namun selalu dihindari oleh Daren. Alhasil Rain tak lagi merebut. Ia lelah dengan sikap cowok di sebelahnya ini. Rain langsung mengeluarkan ponselnya dari saku seragam dan memilih mengotak-atik ponsel tersebut. "Lo suka baca novel?" tanya Daren. Rain hanya diam. Tak mempedulikan seorang Daren berbicara. Padahal moment seperti ini selalu dinantikan oleh cewek-cewek di sekolah ini. BUUUKK "Aww! Sakit Daren. Apa-apaan sih Lo!" rintih Rain mengusap kepalanya yang nyutnyutan karena timpukan novel dari Daren. "Biar Lo sadar dari lamunan Lo. Kesambet baru tahu rasa! Gue nanya malah nggak di jawab.." ucap Daren. "Tapi nggak gitu juga..kepala gue sakit pe'ak..." gerutu Rain. Daren menatap Rain dalam. "Gue tanya lo suka baca novel?" tanya Daren sambil memutar tubuhnya menghadap Rain. "Kepo banget sih!" Daren menoyor kepala Rain pelan. "Tinggal jawab doang susah amat sih, pengen dikepoin terus ya Lo?" Mulut Rain menganga seketika saat kalimat mutiara itu keluar dari bibir seksi Daren. "Lo ngeselin banget ya! Siniin novel gue!" lagi lagi.. Perang rebutan novel lagi lagi terjadi. Tapi kali ini bukan ke atas arah sembunyian Daren, tapi ke belakang tubuhnya. Rain memasang Alarm siaganya. Kayaknya bakal susah kalau ngambilnya kayak gini, lagian ni cowok resek banget sih! Batin Rain mengumpat. Apa boleh buat, Rain lebih memilih untuk mengalah lagi daripada terus cari ribut sama cowok di sebelahnya ini. "Mau Lo apa sih sebenernya?" tanya Rain menyerah. "Mau gue?" jedanya sebelum melanjutkan kalimat yang mampu memutar balikkan otaknya Rain. "Gue mau Lo jadi pacar Gue..." lanjutnya tepat didepan bibir Rain. Dekat bahkan sangat dekat. Rain belum sadar dengan posisinya. Rain bahkan terdiam seperti gadis bodoh. Apaan tadi? Pacar? Yang benar saja! Geram Rain dalam hati. Seketika Rain yang tadi melamun mengarahkan pandangannya kedepan. Wajah mereka sangat dekat, bahkan tak cukup sejengkal. Rain terpaku menatap wajah Daren dari dekat. Mata kucing itu menghipnotis kesadarannya dengan tak ingin melepaskan pandangannya dari mata Daren. "Mata Lo indah" puji Rain tanpa dia sadari. Daren yang mendengar itu cukup terkejut tapi secepat mungkin dia perbaiki ekspresinya. Ditatapnya mata Rain yang terhalang kaca mata. Dengan perlahan ditariknya lepas kaca mata itu dari wajah Rain. Entah sadar atau tidak, Daren mulai mendekatkan bibirnya yang memang berjarak tak lebih dari sepuluh senti dari wajah Rain. Semakin dekat dan dekat. Selanjutnya hanya sensasi kenyal yang mereka berdua rasakan. Benda kenyal itu menempel sempurna. Hanya menempel tak bergerak. Rain merasakan kepalanya pening seketika. Matanya terbelalak saat bibir cowok itu mulai menekan bibirnya bermaksud melumatnya. kesadaran Rain muncul saat tekanan pada bibirnya menguat, dengan cepat Rain mundur kebelakang. Diraihnya novel yang tadi ada ditangan Daren, setelah itu ia berlari sembari merutuk berniat menjauh dari Daren yang masih terdiam. OH NOOOO MY FIRST KISS... Rain frustasi mendadak. Ia berbalik arah pada Daren yang masih duduk dan melempar novel tersebut kuat mengenai perut Daren, lalu kembali berlari menjauh. Sepeninggalan Rain, Daren menyentuh ujung bibirnya lalu tersenyum misterius. Senyum yang siapa saja melihatnya akan merinding takut. "Kena Lo!"...... ***** Satu minggu sudah insiden ciumannya dengan Daren dan satu minggu pula Rain mengendap-endap menghindari cowok itu. Cukup bahaya jika ia harus bertemu Daren sekarang. Jantungny masih belum siap. Seperti saat ini, Rain lebih memilih atap sekolah untuk tempat berdiam dirinya. Dihirupnya udara disana kuat lalu menghembuskannya tak kalah kuat. "Puas ngehindarin Gue?" ucap seseorang yang membuat Rain telonjak kaget. "Daren?" kagetnya. Seketika suasana hatinya yang tadi agak membaik kembali buruk. Jantungnya berdetak lebih cepat dan itu akan berakibat buruk pada kesehatannya. "Kenapa Lo ngehindar?" tanya Daren tajam. "Ngg..nggak! Nggak ada yang ngehindar" "Bohong! ntar hidungnya panjang Lho kayak Pinokio..." ucap Daren sambil menyentuh ujung hidung Rain. Rona Wajah Rain tak bisa terkontrol. Ia kesulitan dengan semua itu. "Kenapa diam?" lanjutnya sambil mendekatkan wajahnya kearah wajah Rain. Rain yang kaget langsung mundur seketika. Jantungnya berdetak tak normal, sedangkan kepalanya benar-benar terasa pening. "Nggak ada yang ngehindar ! Iiiii apaan sih deket-deket.." semburat merah semakin muncul di wajah putih Rain. Dia malu sangat malu dan Daren tahu itu. Entah kenapa mengerjai gadis didepannya ini sudah menjadi hiburan tersendiri baginya. Melihat wajah pucat Rain atau wajah merah menahan malunya akan menjadi hal yang akan Daren sukai mulai saat ini. "Wajah kamu memerah! Aku suka! What? Aku? Kamu? Sejak kapan panggilan Daren untuk Rain bertukar dari Gue Lo jadi Aku Kamu. "Daren! Apaan sih Lo! Jau...." Cup Kecupan singkat itu menghipnotis Rain untuk membeku. Walaupun singkat tetap bisa membuat jantung Rain kembali dipertanyakan kesehatannya. "Mulai hari ini, jangan panggil Lo Gue lagi, tapi Aku Kamu! Kalau perlu ganti pakai 'Sayang'...." ucap Daren dengan sedikit ancaman. Apa-apaan cowok gila ini... "LO...." Cup Sebuah kecupan kembali mendarat di bibir Angel "Kamu sengaja? Kalau iya, sini biar aku cium sampai kebas bibirnya!" goda Daren yang sebelumnya sudah menggoda Rain dengan kecupan singkat lagi. "Daren...." bentak Rain menatapnya Daren tajam. "Itu cara yang bakal aku lakuin buat ngehukum kamu! Tiap kata 'Lo' atau 'gue' yang kamu ucapin, bakal di bayar dengan satu kecupan" jelas Daren yang membuat Rain bergidik ngeri. Bibir Rain Ya Allaaaah... ******* jangan lupa klik love bagi yang belum ya teman2..^^ bagi yang udah, makasi banyak ya.. pliiisss dukung project aku untuk dua novel ini ya..^^ dengan cara klik lambang love bagi yang belum klik..^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD