ONE

3990 Words
TOK TOK TOK Kiara masuk ke sebuah ruangan yang berada tepat di depan meja kerjanya. “Pa, jika sudah tidak ada lagi yang perlu saya kerjakan. Saya pamit untuk pulang ya.” Katanya begitu berdiri di hadapan bossnya yang sedang membereskan beberapa map untuk ia masukkan ke dalam tasnya. “Kamu boleh pulang, Ra.” Katanya tersenyum. Kiara membalas senyuman Ben lalu berbalik menuju ruangannya. Namun belum keluar dari ruangan Ben, laki-laki itu sudah memanggilnya lagi. “Ra, kalau kamu tidak ada acara. Gimana, kalau kamu temenin abang makan malam?” tanya Ben dengan ramah. “Sekarang, Bang?” tanya Kiara bingung. “Iya. Abang bingung mau kemana.” Katanya memulai berbicara unformal dengan sekertarisnya itu. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang masuk ke ruangan itu dan mendengarkan pembicaraan mereka. “Ga bisa, Bang. Kiara hari ini mau gw ajak ke ulang tahunnya Astrid. Lo ikut aja, Bang.” Ajak seorang laki-laki yang berdiri di belakang Kiara. “Astrid ulang tahun? Kok gw bisa lupa, ya.” Jawab Ben menepuk jidatnya pelan. “Gw maklum kalo lo lupa. Namanya juga boss. Ngapain ngingetin ulang tahun cewe. Kamu memangnya ga kasih tau Bang Ben, Sayang?” tanya Hito kali ini melihat ke arah tunangannya itu. “Bang Ben hari ini sibuk banget, Ay. Jadi aku ga sempet kasih tau ataupun ingetin dia.” Menggedikkan bahunya sambil tersenyum tipis. “Ok-ok. Sekarang gw tanya Bang. Lo mau ikut ga?” tanya Hito mengkonfirmasi kepada kaka sulungnya itu. “Iya. Tapi gw gw bingung mau kasih apaan.” Jawab Ben seadanya. “Bang, kita kan masih ada waktu nih beberapa jam gimana kalau kita mampir sebentar ke mall dan kita juga bisa ganti baju dulu kan. Sekalian kita cari kado kecillah buat ci Astrid.” Kata Kiara berbicara. “Wah bagus juga ide kamu Ra.” Kata Ben menyetujui ide sekertaris sekaligus calon adik iparnya itu. ** Kemudian mereka bergegas pergi kesalah satu mall yang tak jauh dari lokasi kantor Kiara dan Ben berada. Memilih toko baju yang pas untuk membeli baju yang akan mereka kenakan ke acara makan malam untuk merayakan ulang tahun Astrid. Setelah memilih mengganti baju kerjanya dengan midi dress berwarna tosca di kamar ganti dan memilihkan kemeja putih dengan garis Tosca untuk Hito mereka berdua sepakat untuk menemui Ben di toko perhiasan di deket toko baju yang mereka datangi. Setelah sampai Kiara mulai melihat dengan seksama apa yang harus ia pilihkan untuk kado Astrid yang akan ia berikan nanti. Setelah setengah jam memilih Kiara dan Hito memilih gelang dengan beberapa swarovski cantik dibalut dengan rantai berwarna rose gold yang sedang ngetrend saat ini. Kiara mendatangi Ben yang masih juga belom memutuskan yang mana yang akan ia berikan untuk Astrid. Kiara memilihkan kalung dengan bandul inisial A juga dengan rantai rose gold. Kemudian mereka meminta sales dari toko perhiasan tersebut untuk mempersiapkannya. ** Astrid memilih makan malam di sebuah resto makanan Korea untuk merayakan ulang tahunnya hari ini. Kiara dan Hito masuk dengan bergandengan tangan diikuti dengan Ben yang berjalan sendirian di belakang mereka. Sudah ada beberapa orang yang dikenal oleh mereka bertiga berkumpul bersama di satu meja yang sudah dipesan dari kemarin. “Bang, jalan duluan!” perintah Hito kepada Ben, kakanya sebelum akhirnya benar-benar masuk ke dalam resto dan menemui Astrid. “Lah kok gw? Gw kan cuma tim hore doang.” Jawabnya gugup. “Udah buruan Bang! Gw udah laper nih.” Kata Kiara pura-pura meminta Ben mempercepat langkahnya. “Iya, Adekku.” Jawab Ben patuh pada permintaan Kiara. “Giliran kamu yang suruh langsung nurut. Heran aku, yang sebenernya adenya tuh, aku apa kamu sih?” gerutu Hito setelah Ben berjalan di depan mereka berdua. “Gitu aja cemburu.” Jawab Kiara sambil cengar-cengir lalu mengamit tangan tunangannya itu. Astrid tengah berbincang dengan sepupu-sepupunya di salah satu meja yang digabung menjadi meja berbentuk panjang. Astrid terlihat cantik dengan dress turtle neck berwarna hijau daun dengan panjang diatas paha. Tak lupa ia juga mengenakan beberapa aksesoris agar terlihat makin cantik di hari spesialnya. “Hai, Trid.” Sapa Ben gugup. “Ben!” Kata Astrid kemudian berdiri sambil tersenyum malu, “aku seneng banget kamu dateng,” tambahnya. “Maaf ya, aku dateng tanpa diundang begini.” kata Ben sambil tersenyum. “Kata siapa ga diundang? Aku yang suruh kamu dateng kesini. Walaupun aku ga ngundang secara langsung.” Sambil melirik Hito dan Kiara yang sedang cengar cengir di belakang Ben. “Btw, selamat ulang tahun ya, Trid.” Katanya sambil mengulurkan tangan dan memberikan paper bag kecil dari toko perhiasan ternama itu. “Terima kasih banyak Ben,” sambil menerima jabatan tangan Ben, tersipu malu dan saling pandang untuk beberapa saat. “Eheemmmm!” deheman Hito membuat Astrid dan Ben tersadar dari pandangan mereka satu sama lainnya. “Ih lo mah gangguin aja,” protes Astrid kepada sahabatnya itu. “Happy birthday ya sahabatku yang paling jelek, semoga panjang umur sehat selalu dan … “ kemudian Hito membisikan suatu ke Astrid yang sukses membuat pipinya merah merona. “Aminnnnn! Thanks yaaa.” Kata Astrid membalas pelukan Hito. “Selamat ya Ci, semoga semuanya terkabul tahun ini. Termasuk sama ehmmm … ” ucap Kiara lalu melirik Ben. Ben yang merasa diperhatikan Astrid langsung salting dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kemudian mereka dipersilahkan duduk dan menikmati makan malam itu. Di tengah acara Hito sudah mempersiapkan kue ulang tahun untuk diberikan kepada sahabatnya itu. Dan mereka semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan Astrid memberikan kue potongan pertamanya kepada Ben. Semuanya langsung bersorak sorai. Pipi dua sejoli itu langsung merah merona karna semua orang meneriaki mereka dengan candaan dan sorakan – sorakan kecil untuk menggoda mereka berdua. ** Kiara dan Hito memang bertunangan baru-baru ini. Setelah memendam perasaan cukup lama pada Kiara karna dirinya sempat berpacaran selama 3 tahun dengan kaka angkat Hito yang bernama Dean. Semenjak kejadian Dean dan Kiara harus putus, akhirnya Hito memberanikan diri untuk bisa menyatakan perasaannya walaupun ia takut sebenarnya akan ditolak karna Kiara sudah terbiasa bersahabat dengannya. Kiara mengenal Hito di sekolah ketika mereka sama-sama duduk di bangku sekolah dasar. Hito ternyata senior Kiara. Walaupun hanya berbeda 2 tahun, tapi lelaki itu sangat menyayangi Kiara kecil seperti adiknya. Setelah lulus dan sudah tidak pernah berhubungan lagi. Akhirnya Kiara menempuh pendidikan di salah satu Universitas bisnis terbaik di Indonesia. Siapa sangka akhirnya Hito bertemu dengan adik masa kecilnya, si cinta pertamanya. Kemudian mereka berdua menjalin komunikasi lagi. Hingga pada suatu ketika Hito memperkenalkan Kiara dan Dean. Tapi sayangnya dari perkenalan itu, Kiara dan Dean akhirnya saling jatuh cinta dan memutuskan untuk berhubungan yang lebih serius. Hito lagi-lagi harus mengalah demi kebahagiaan kakak angkat sekaligus sahabatnya itu. Kiara dan Dean berhubungan serius, tapi sayangnya keluarga Dean tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang serius. Sampai akhirnya mereka berdua harus rela berpisah karna kedua orang tua Dean telah menjodohkan Dean dengan seorang wanita yang berprofesi sebagai pengacara. Anak dari salah satu sahabat ibunya. Di situ hito merasa sangat senang karna akhirnya Kiara bisa lepas dari hubungannya dengan Dean. Hito kemudian mencoba mendekati Kiara dan menjadi pendengar yang baik untuk Kiara dimasa-masa terpuruknya karna hubungannya dengan Dean tak berjalan seperti keiinginannya. Hingga akhirnya Hito memutuskan untuk menyatakan perasaannya lalu mengajaknya langsung bertunangan setelah mereka berdua berpacaran selama 2 bulan. Setelah lulus kuliah dan berusaha mencari pekerjaan, akhirnya Kiara diterima di perusahaan Ben. Walaupun sebenarnya Kiara tidak mengetahui jika perusahaan itu milik keluarga Hito juga. Setelah beberapa bulan bekerja barulah ia mengetahui jika perusahaan itu milik Ben. Dan Kiara kemudian diangkat menjadi sekertaris kaka dari Hito. Hal ini juga bukan sengaja dilakukan oleh Ben. Karna memang Kiara juga memiliki kemampuan yang baik, jadi Ben memutuskan untuk mengangkat Kiara sebagai karyawan tetapnya sekaligus sekretarisnya. Bukan juga campur tangan dari Hito ya. Dan mereka bertiga sudah berjanji untuk bisa bersikap professional ketika sedang berada di kantor. Jika sudah berada di luar lingkungan kantor mereka akan kembali menggunakan sapaan unformal dan menunjukkan kedekatan mereka. Tapi jika mereka berada di dalam lingkungan kantor, mereka akan tetap menggunakan bahasa formal dan memisahkan masalah pribadi dengan status kedekatan mereka. ** Dean sudah sampai apartemennya dan kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tiba-tiba perutnya terasa lapar tapi ia enggan untuk pergi ke dapur untuk memasak beberapa masakan yang harus disantapnya. Entah mengapa setelah proses perceraiannya dengan Mischa ada rasa yang hilang tapi entah apa. Mungkin di saat itulah dia merasa kebersamaannya dengan Mischa beberapa tahun ini membuat dirinya nyaman. Karna tidak dibisa disanggah, pernikahan mereka memang didasarkan atas perjodohan yang orangtua mereka inginkan. Tapi dirinya dan Mischa berusaha untuk saling sayang dan cinta, membangun rumah tangga yang sesungguhnya walaupun tak bisa. Tak dipungkiri Dean juga masih menyimpan satu nama di hatinya dan mungkin tidak bisa dilupakan hingga detik ini. Dean dan mantan kekasihnya itu sebenarnya sudah menjalin hubungan 3 tahun sebelum pernikahannya dengan Mischa diselenggarakan. Tapi orang tua Dean terutama ibunya tidak mengizinkan mereka untuk bersama bahkan untuk menikah. Alasannya karna alm. ibu Dean dan alm. ayah Mischa adalah sahabat. Ibu Dean, ayah Mischa dan Nadya adalah sahabat di bangku SMA. Hingga pada suatu hari kesepakatan perjodohan antara Dean dan Mischa terjadi. Mereka bertiga berhasil membangun keluarga masing-masing. Ibu Dean menderita kanker rahim yang mengakibatkan rahimnya harus diangkat dan menjadikan Dean anak tunggal dari keluarganya. Dan permintaan terakhir dari sang ibu adalah menikahkan Dean dengan anak dari sahabatnya itu yang bernama Mischa. Nadya menjadi ibu angkat Dean setelah Dean lahir. Beruntungnya Nadya sangat menyayangi Dean seperti anaknya sendiri. Mischa juga bukannya tidak berusaha untuk tetap mempertahankan pernikahannya sayangnya Mischa sudah tidak bisa menyembunyikan perasaannya kepada kekasihnya, teman seprofesinya yang juga seorang pengacara. Akhirnya Mischa memutuskan untuk menggugat cerai suaminya itu. Hanya saja mereka sudah berusaha untuk mempertahankan dan akhirnya mereka menyerah. Rumah yang telah mereka beli dan tempati bersama selama mereka menikah akan dijual dan dibagi rata hasilnya sebagai harta gono gini yang mereka daftarkan dari hasil pernikahan mereka. ** Di resto kepunyaan Ben, Mereka sedang asik mempersiapkan makan malam untuk acara lamaran Ben dan Astrid. Sejak pertemuan mereka lagi d iacara ulang tahun Astrid waktu itu. Mereka akhirnya memutuskan untuk menjalin asmara lagi yang sempat terputus. Ben kemudian memutuskan untuk segera melangsungkan pernikahan. Karna sudah merasa yakin dengan Ben, Astrid akhirnya menyetujui keinginan Ben untuk melamarnya. Dan malam ini akan menjadi saksi untuk mereka menuju jenjang yang lebih serius lagi. Ya, Hito dan Kiara dilangkahin dong. Padahal kan mereka sudah tunangan lebih dulu hehehe … Pesta lamaran Ben dan Astrid ditata dengan sangat simple. Hanya beberapa kerabat saja yang diundang. Keluarga besar rencananya akan bersedia datang pada saat pesta mereka, bulan depan. Astrid sudah datang ke Resto tempat dilangsungkannya rencana pertunangan mereka sekaligus lamaran tersebut. Sedangkan Ben dan keluarganya masih belum hadir di sana. “Halo Adeku,” Sapa Astrid begitu memulai video callnya dengan Kiara. “Hai, Ciciku. Gimana, Udah siap?” tanyanya tersenyum melihat kaka angkatnya sedang di mabuk asmara. “Udah, De. Aku tinggal ganti baju nih. Kamu masih lama ke sininya? Nanti kalo udah sampe jangan lupa, keruang makeup dulu ya sayangku.” “Sayang! hayuk berangkat.” Panggil Hito dari belakang Kiara yang sedari tadi asyik video call dengan Astrid yang sudah siap di resto milik kekasihnya itu. “Iya, Sayang. Ci aku berangkat dulu ya. See you, Ci.” Katanya melambaikan tangan ke kamera. “Iya Sayang, hati-hati ya, De.” Kemudian memutuskan sambungan video callnya. ** Begitu sampai di Resto tempat acara dilangsungkan, Ben dan keluarganya dipersilahkan masuk ke Resto. Kemudian keluarga Ben menempati area tempat duduk yang sudah disiapkan. Ben duduk berdampingan dengan kedua orang tuanya. Kiara yang sudah masuk sedari tadi langsung bergegas ke ruang make up tempat dimana Astrid bersembunyi. Nuansa ruangan tempat acara bernuasa soft pink, seperti keinginan Astrid. Sekitar 100 orang hadir di sana untuk menghadiri pesta lamaran tersebut. Di luar ekspektasi kerabat yang diundang hampir semuanya datang dalam acara lamaran Ben dan Astrid. Diluar pembawa acara menyambut kehadiran keluarga Ben yang baru saja datang. Keluarga Ben sangat senang karna penyambutannya sangat ramah. Setalah perwakilan dari keluarga Ben memberitahukan maksud dan tujuan mereka dan dijawab dengan sangat ramah oleh keluarga Astrid yang menerima dengan baik. Tiba saatnya mengeluarkan Astrid dari persembunyiannya. Tapi tidak semudah itu. Hehehe … Ben harus menebak yang mana Astrid. Di depannya kini sudah berjejer 2 orang wanita. Ben harus meraba tangan yang mana yang milik Astrid. Hingga beberapa orang berganti-gantian menguji jawaban Ben dan jawabannya selalu benar. Tiba saatnya Astrid dan Kiara yang bersebelahan untuk mengecoh Ben. Namun lagi-lagi tebakan Ben benar. Kiara membuka Kain yang menutupi mereka berdua. Dan Ben terlihat sumringah dengan tebakannya yang selalu benar. Kemudian Ben membawa Astrid ke depan orang tua dan keluarganya. “Ok setelah tadi sudah ada gamesnya biar ga tegang-tegang amat ya Bang Ben. Sekarang Kita ke acara inti. Dengan penyampaian maksud dari Ben kepada pujaan hatinya nih yaitu Astrid. Kepada Ben dan Astrid dipersilahkan,” kata Pembawa acaranya ramah sambil tersenyum. “Selamat malam semuanya. Terima kasih banyak terutama kepada orang tua dan keluarga saya dan Astrid yang telah datang malam hari ini. Mudah-mudahan tidak mengecewakan Astrid dan keluarga besar kami. Malam ini, Mohon izin kepada kedua orang tua saya dan kedua orang tua Astrid saya untuk melamar Astrid.“ Kata Ben memulai, “Trid, Will you marry me?” Sambungnya kemudian berlutut di depan Astrid dan memberikan sebuah cincin berlian yang ia khususkan untuk kekasihnya itu. “Dengan seizin orang tuaku dan keluarga besar.” Katanya kemudian berhenti sebentar dan menjawab “Yes, i do Ben!” yang disusul tangisan harunya kemudian memeluk sang pujaan hati. Tepuk tangan riuh di ruangan tersebut melihat keromantisan mereka berdua. “Terima kasih Sayang!” bisik Ben seraya melepaskan pelukannya sambil tersenyum sumringah. “Silahkan, kepada Ben untuk memasangkan cincin di jari manis Astrid.” Kemudian Astrid memamerkan kepada semuanya Cincin yang telah dipasangkan Ben di jari manisnya, Begitu juga dengan Ben. Dan merekapun foto bersama. Setelah pemasangan cincin mereka menyepakati tanggal yang akan dijadikan tanggal pernikahan mereka berdua. Di sisi lain, Dean baru saja datang setelah seluruh keluarga Ben masuk ke dalam venue ruangan dan mulai menikmati acara pertunangan dan lamaran. Karna acara sudah dimulai ketika dirinya datang. Dean memutuskan untuk duduk dibangku paling belakang di barisan keluarga Ben. Beberapa orang mengenali dirinya dan berusaha menyapanya. Tapi ada seorang wanita yang membuat matanya tak bisa berpaling dan membuat dirinya terpesona dengan kecantikannya. Wanita itu tengah duduk di samping Hito dan sedang memandang lurus ke arah Astrid dan Ben yang sedang berdiri di depan. Memasangkan cincin satu sama lainnya dan membagi kebahagiaan mereka kepada tetamu yang telah datang. Tak lupa juga wanita itu memegang tangan kekasihnya, Hito. Ia terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya yang dikenakannya. Serasi dengan kemeja batik yang dikenakan oleh Hito dan juga keluarganya. Tak lupa wanita itu memasangkan senyuman di bibir tipisnya yang sangat ranum dan menggoda. Kiara, wanita yang sangat Dean rindukan dan cintai kini duduk beberapa meter darinya dan terlihat bahagia di samping Hito yang kini berstatus sebagai tunangannya itu. Dean, melihat wanita itu dengan tatapan penuh kerinduan. Namun sayang, Dean enggan untuk menyapanya duluan di sana. Ia masih belum siap untuk menceritakan yang terjadi dengannya saat ini. ** Sesampainya di rumah Kiara langsung membersihkan diri dan make up yang ia kenakan tadi. Kemudian bersiap untuk tidur. Tiba-tiba saja bayangan Dean ketika memberikan selamat kepada Astrid dan Ben tadi muncul kembali dalam ingatannya. Walaupun, tak menyapanya secara langsung. Tapi ia tau betul yang ia lihat tadi di resto itu adalah Dean, mantan kekasihnya. Tiba-tiba memory tentang masa lalu dengan Dean berputar memenuhi kepalanya. Tanpa terasa ingatan tentang keputusannya untuk menikahi wanita yang dijodohkan alm. Ibunya juga kembali muncul begitu saja. Tanpa terasa bulir-bulir kristal dari sudut matanya berdesakan keluar dan iapun menyesali kejadian itu. Smartphone Kiara berdering dan mengagetkannya. Ia mengusap air matanya dan meraih smartphonenya yang ia sengaja taruh di nakas sebelah ranjangnya. Nomor tak dikenal muncul di layar LCDnya. ‘Siapa ya ini?’ gumamnya dalam hati. Dengan rasa penasaran, ia kemudian menjawab telpon itu. “Halo!” Kata Kiara memulai pembicaraan. Namun tak ada jawaban. “Haloo.” Katanya lagi, Namun masih tak ada jawaban. “Dean! Apa ini kamu?” Lelaki itu hanya tersentak mendengar namanya dipanggil. Namun, ia tak berani bersuara. Kiara memutuskan untuk mematikan panggilan telpon itu karna tak kunjung mendapat jawaban dari si penelpon. Sekaligus mematikan smartphonenya itu dan menaruhnya kembali di nakas sebelah ranjangnya. Berusaha memejamkan matanya dan mengistirahatkan otaknya. Di sisi lain, Dean mencoba mendengarkan suara wanita yang sangat ia rindukan itu. Ia masih belum bisa melupakan suara lembut yang membuatnya sangat tergila-gila itu. Tapi, sayangnya ketika mendengar suara wanita itu, Dean tak berani menjawab kata-kata Kiara dan memilih untuk diam sambil berusaha menahan air mata kerinduannya. Ia ingin sekali membuat Kiara kembali kedalam pelukannya. Ia benar-benar merindukan mantannya kekasihnya itu. Karna Dean tak juga berbicara pada sambungan telponnya. Akhirnya Kiara memutuskan sambungan telponnya itu. Ada kekecewaan di hatinya, kenapa ia bisa menjadi orang yang pengecut dan tak berani menjawab Kiara barusan. Ia meletakkan kembali benda pipih yang sedari tadi ia pegang dan mencoba untuk meredam kesedihannya. ** Ibu Nadya berkunjung ke ruang praktik Dean pagi itu. Wanita paruh baya itu, ingin menyapa anak angkatnya dan mengajaknya makan malam bersama hari ini bersama dengan kedua anaknya. Dean langsung menyetujui keinginan ibu angkatnya itu dan kemudian melanjutkan pratiknya. Sedangkan bu Nadya kembali ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya. Di sisi lain, Kiara sedang asyik memainkan jari-jari manisnya di atas keyboard ruang kerjanya. Kiara sedang menyelesaikan beberapa pekerjaannya dan membalas em@!l dari beberapa klien Ben yang sedari tadi banyak sekali yang minta untuk melakukan pertemuan. Kiara harus fokus dengan menjadwalkan beberapa pertemuan dengan klien yang dianggap sangat perlu. Bep Benda pipih yang sengaja ia letakkan dekat dengan monitor pcnya berdering tanda pesan singkat masuk. Ia buru-buru membuka w******p di layar pc yang sengaja ia hubungkan di sana agar lebih memudahkan dirinya untuk melihat pesan yang masuk dan tidak bolak balik menyentuh smartphonenya yang membuatnya tidak fokus pada pekerjaannya. [Apa kabar Aikko?] Kata Dean singkat tanpa meninggalkan nama pengirimnya di sana. Kiara membulatkan matanya tak percaya. Ternyata pesan itu dari nomor telpon yang sama sekali tidak pernah ia tau sebelumnya. Dan ternyata nomor itu sama persis seperti yang semalam menelponnya tapi tak menjawab pertanyaannya. Dan benar saja, sesuai feelingnya. Itu adalah nomor orang yang sejak semalam mengganggu fikirannya. Karna hanya ada 1 orang di dunia ini yang memanggilnya dengan nama ‘Aikko’. Nama itu diambil dari bahasa Jepang yang berarti Yang tercinta / Yang tersayang. Kiara tak langsung membalas pesan tersebut. Kiara bersandar pada kursinya dan mencoba untuk fokus kembali dengan schedulle meeting Ben yang sudah padat untuk seminggu ke depan. Beberapa saat kemudian, Wanda salah satu sahabatnya menelpon dari line telpon. Wanda adalah seorang single parents yang sudah ia anggap seperti kakanya sendiri. Kiara mengenal Wanda ketika pertama kali masuk kerja di kantornya itu dan kebetulan memang Wanda yang menjadi SPV di divisi keuangan pada saat ini. Kemudian Wanda harus rela melepaskan Kiara yang ditarik oleh Ben sebagai sekretarisnya karna sekretarisnya mengundurkan diri di tengah-tengah kesibukan Ben. Untunglah Kiara cepat tanggap dan mudah belajar hal baru yang padahal belum pernah dilakukan sebelumnya. Jadi Kiara cepat beradaptasi dengan pekerjaan sekretaris Ben yang super sibuk. “Kenapa Mba?” jawab Kiara begitu menjawab telpon dari sahabatnya itu. “Ra, sudah mau istirahat nih. Mau makan apa siang ini? Aku mau makan siang di depan gedung ini. Ada tempat baru. Menunya kesukaan kamu loh,” katanya nyerocos di balik sambungan telponnya. “Boleh, Mba. Aku ikut aja,” katanya sedikit lemas. “Kamu kenapa? Lagi ada masalah?” tanyanya begitu mendengar suara Kiara yang tak seceria biasanya. “Nanti aja aku ceritanya, Mba. Sekalian kita makan siang.” Jawabnya sambil mengulaskan senyuman tipis agar Wanda tak semakin cemas. “Ok. Ya, udah kalo gitu. Aku tunggu di lobby ya Cantik,” ucapnya dengan nada kelembutan. “Ya udah aku siap-siap dulu, Mba.” “Ok ku tunggu.” Memutuskan sambungan telponnya. ** Mereka sampai di tempat makan yang baru saja buka di food court gedung milik salah satu konglomerat Indonesia. Di sana berjajar gerai-gerai makanan yang bisa dinikmati oleh siapapun yang datang kesana. Ada satu gerai yang menawarkan makanan khas Indonesia yang membuat Kiara dan Wanda tertarik. Gerai ini menyediakan makanan kesukaan Kiara dan salah satu teman mereka sudah membuktikan kelezatan makanan di sana. Wanda dan Kiara penasaran dengan rasa ayam bakar dan bakso yang diberitahukan salah satu teman mereka itu. Beberapa orang terlihat mengantri pada salah satu kasir untuk bisa mendapatkan makanan yang mereka inginkan. Setelah memesan menu makanan untuk makan siang mereka berdua. Kiara dan Wanda mencari tempat yang kosong. Kemudian mereka memilih duduk tepat di bawah kipas angin yang digantung di langit-langit tempat itu. Kiara langsung kegirangan mendaptkan tempat strategis itu, Karna jarang sekali tempat di sekitaran kantor yang tempatnya nyaman seperti itu. Tak lama seorang pelayan menghampiri Kiara dan Wanda dengan ramah dan memasang senyumnya. “Silahkan Mba, dinikmati makananya.” Kata laki-laki itu dengan ramah menghidangkan makanan untuk Wanda dan Kiara. “Terima kasih, Mas.” Jawab mereka berdua berbarengan “Loh, Mba Kiara? Kok disini?” Tanya Mas-mas pelayan tadi, setelah memperhatikan wajah Kiara. “Wah Mas Bejo. Udah lama ya kita ga ketemu. Aku kerja di gedung depan itu Mas. Mas Bejo baru pindah kesini?” Kata Kiara tak kalah ramah. “Alhamdulillah Mba, Aku dapet modal dari salah satu bank. Dan aku membuka kedai makananku di tempat ini.” Ujar lelaki itu. “Wah, Ternyata ini tempatnya Mas Bejo toh. Oiya kenalin ini kaka angkat aku namanya Mba Wanda, Mba ini Mas Bejo.” Kata Kiara takjub kemudian memperkenalkan Wanda kepada Mas Bejo. “Wanda.” Kata Wanda ramah kemudian mengulurkan tangannya dan tersenyum. “Bejo, Mba.” Kemudian membalas uluran tangannya. “Iya mba. Udah lama banget ga ketemu. Apa kabarnya mas dokter?” lanjutnya berbasa basi. “Saya udah ga sama mas Dean, Mas. Udah lama, Mungkin kurang lebih 4 tahunan.” Raut wajahnya langsung berubah ketika mendengar pertanyaan dari mas Bejo. “Oalah, maaf Mba saya ga tau. Ya sudah kalau gitu saya ke belakang dulu ya. Kalau butuh apa-apa panggil saya aja ya. Semoga suka dengan menu di sini.” Sahut Mas Bejo tidak enak dengan pertanyaannya tadi. “Siap, Makasih Mas.” Kiara tersenyum membalas mas Bejo. Bejo kemudian meninggalkan Kiara dan Wanda untuk menyantap makan siang mereka. Mereka kemudian menyantap makan siang mereka dengan tenang. Mereka berdua selalu makan siang bersama dan jarang sekali mengobrol ketika sedang menyantap makanan mereka. Setelah selesai dengan makanan mereka, barulah mereka mengobrol dan menghabiskan waktu istirahat mereka diselingi dengan curhatan-curhatan kecil. “Mba, liat deh” kata Kiara memperlihatkan layar smartphonenya ke Wanda. “Dean? Dia WA kamu? Wow baru beberapa jam yang lalu.” Kata Wanda sambil mengerjabkan matanya tak percaya. “Iya,Mba. Dan sudah beberapa hari ini aku kangen Dean. Gak tau kenapa tiba-tiba aja. Semenjak Acara lamaran Bang Ben. Aku lihat dia sekilas, tapi dia ga samperin bahkan ga negor aku. Tau deh. Mungkin udah ga mau kenal aku lagi.” Jawabnya lirih. “Kamu kangen?” tanya Wanda dengan tatapan selidiknya “Iya sih, Mba. Tapi …” Jawabnya gugup. “Ya ga masalah sih kalo lagi kangen, namanya juga sama mantan. Wajar aja. Asal jangan keterusan ya. Inget Hito. Hito tuh sayang banget loh sama kamu. Jangan sampe kamu ngecewain dia.” Kata Wanda mencoba bersikap netral. “Ga tau lah … Aku bingung, Mba. Aku ga ngerti aja kenapa dia tiba-tiba WA padahal kemarin kami saling lihat satu sama lainnya. Tapi dia ga ada tuh tegur aku sama sekali.” Ada nada kekecewaan di sana. “Mungkin karna ga enak tegur kamu pas kamu lagi sama Hito dan keluarga besarnya. Menurutku, wajar sih.” Wanda memaklumi. “Duh, ngapain sih dia pake segala nongol dilamarannya bang Ben.” Keluhnya sambil menyesap es jeruk yang dipesannya tadi. “Kiara-Kiara! Ya wajarlah, Ben itukan sahabatnya Dean. Memangnya ga boleh datang ke hari bahagia sahabatnya?” Wanda geleng-geleng kepala sambil tersenyum mendengar ucapan Kiara. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD