Kesempatan

1052 Words
"Iya ma, Amora yang itu. Entahlah dia tak mau ikut denganku. Dia justru membenciku." Sahut Alex. "Membencimu?! Kenapa?!! Apa kalian bertengkar?" Tanya mama Alex. "Entahlah." Sahut Alex datar. "Bagaimana reaksi mama bila melihat Amora yang sekarang?" Batinku tak terucap. "Ma...apakah mama setuju bila aku masih mengejar Amora?" Tanya Alex pada mamanya. "Sayang, mama juga sayang sama Amora nak, tentu mama setuju. Tapi bagaimana dengan Alisha? Dia juga sudah setia menunggumu bertahun-tahun Alex, apa kau tidak akan menyakiti perasaan Alisha?" Ucap mama Alex, mengingatkan Alex akan sosok gadis yang sudah 8 tahun ini terus menemani Alex dalam suka dan duka merintis bisnisnya meskipun cintanya tak pernah dibalas oleh Alex. "Aku tak pernah mencintai Alisha ma, dia sudah seperti adik bagiku. Alisha juga dari awal sudah tahu ma, kalau dalam hati Alex hanya ada Amora." Sahut Alex memberi pengertian pada mamanya. " Alex apapun pilihanmu yang terbaik mama pasti mendukungmu sayang. Pertemukan mama dengan Amora dong nak...apa kau melihat Tante Moana juga bersama Amora? Bagaimana kabarnya?" Tanya mama Alex memburu kabar dari sahabat lamanya yang sudah bertahun-tahun tak bertemu. "Tidak ma, entahlah dimana Tante Moana dan Johanna berada, Amora tak mau mengatakannya." Ucap Alex sambil berdiri melangkah naik tangga ke arah kamarnya. *** "Uh...hhh..." Amora menggeliatkan badannya, matanya panas terasa bengkak. Amora menangis sampai ketiduran di sofa, dan malam ini dia terbangun melihat sisa emosi yang berantakan di ruang tamunya. Hhhh...huhhh..Amora menghela nafas lelah karena dia sendiri yang harus membersihkan pecahan barang dan merapikan ruang tamunya. "Fuuuhhh...akhirnya rapi lagi.." ucap Amora pada diri sendiri dan kembali duduk di sofa. Drrttt...drrttt.. Smartphone Amora berbunyi dan tertulis Luke memanggil "Halo Luke, ada apa?" Jawab Amora menerima panggilan telepon Luke. "Kau dimana? Bagaimana dengan Alex?" Tanya Luke penasaran. Seperti biasa Luke senang jika artisnya bisa menyenangkan hati para produser sehingga aliran dana mereka mengalir deras ke film Luke. "Aku mengecewakan Alex, maaf Luke, kali ini aku tak berhasil membuatnya senang." Sahut Amora. "Tak apa sayang, tapi sepertinya kau berhasil lho...Alex menanyakan nomor telepon mu baru saja, dan kau tahu dia sudah mentransfer dana yang dia janjikan seluruhnya satu jam yang lalu, se.lu.ruh.nya..dalam 1x transfer...kau memang amazing Amora...terima kasih ya, mulai sekarang berbaiklah pada Alex." Pesan akhir Luke sebelum mengakhiri panggilan teleponnya. "Fuuuhhh.....aku ini memang alatmu Luke, syukurlah kalau kau senang dengan hasil kerjaku, itu brarti tabunganku akan bertambah bonus lagi." Ucap Amora pada dirinya sendiri. Ketenaran Amora ini memang tidak sepenuhnya hasil kerja nyata, namun juga hasil dari tubuh Amora yang molek yang mampu menyenangkan para produser dan investor dalam setiap proyek Amora. Perjuangan Amora di dunia selebriti ini pasti masih panjang untuk sampai di puncak ketenaran seperti ini, jika harus jadi artis baik-baik yang sok suci. Amora butuh cepat, tepatnya butuh uang dengan cepat mengalir deras di rekening Amora  untuk mama dan adiknya, bagaimanapun caranya. Drrrttt....drrrttt... Smartphone Amora kembali berbunyi, namun dari nomor tak dikenal. "Halo..disini Amora Sandjay, ada yang bisa kubantu?" Sapa Amora di telepon "Hai aku Alex, apa kau sudah makan malam Amora?" Sahut Alex dari seberang line. Degh! Amora hampir terkena serangan jantung mendengar suara Alex. "hmmm maaf Alex aku sungguh tak bisa." Sahut Amora. "Amora, aku hanya tanya apa kau sudah makan malam? Karena ada sopirku di depan pintu apartemenmu mengantarkan makanan untukmu. Jangan biarkan dia seperti orang hukuman berdiri di depan pintumu dengan sangat lama Amora. Makanlah! jangan menangis terus sayang, sepertinya kebiasaan lama mu masih sama kalau sudah menangis pasti malas makan." Ucap Alex dan langsung memutuskan hubungan telepon. Tok...tok...tok.. Pintu apartemen Amora diketuk dari luar.  Ceklek. Pintu dibuka oleh Amora, dan benar saja ada seorang pria berpenampilan rapi memegang kemasan makanan. "Permisi, saya disuruh pak Alex mengantar ini untuk ibu Amora."kata pria itu sambil menyerahkan bawaannya. "Terima kasih pak..saya Amora jadi tolong jangan dipanggil ibu ya..." Sahut Amora dengan tersenyum. "Maaf nona, saya hanya menuruti perintah pak Alex. Kalau begitu saya permisi nona." Pamit pria itu dan Amora hanya mengangguk lalu kembali masuk dan menutup pintu. "Nasi goreng seafood pak Tyo dengan level pedas tingkat 15... Alex masih mengingat kesukaanku.." ucap Amora sambil tersenyum. Lalu mengambil ponselnya dan memanggil nomor yang baru saja menghubunginya. "Terima kasih mbul...kau masih mengingatnya.." Ucap Amora tersenyum saat panggilannya tersambung dengan Alex. "Sama-sama Amora. Makanlah...aku tak akan mengganggu kesenanganmu dengan makanan favoritmu itu...besok aku akan jemput saat makan siang, kau bersiaplah..." ucap Alex lalu langsung memutuskan line telepon. "Kebiasaan deh! Selalu memutus telepon seenaknya! Huuh!!!" Kesal Amora namun kembali tersenyum. "Semoga kau masih gembul yang dulu Alex..." Ucap Amora pada diri sendiri lalu menikmati nasi goreng kesukaannya. **** Alex akan menjemput Amora saat makan siang. Amora pikir itu jam 12.00 WIB tepat, sehingga dia sudah rapi dan wangi dari setengah 12, namun kini sudah 2jam berlalu dan tak ada kabar dari Alex. Amora sudah mondar-mandir kesana kemari mengitari ruang tamunya yang kecil, mencoba menghubungi Alex tapi tak diangkat oleh si empunya. Amora mulai kesal dan meradang, perutnya juga mulai protes kelaparan. "Sial!!! Kemana dia?! Apakah dia hanya mengerjai diriku saja?!" Batin Amora kesal. Kling..klung.. Nada chat masuk ke smartphone Amora. Alex : aku otw ya, kau sudah siap? Amora : Aku sudah pingsan menunggumu hampir 3jam Alex : sorry...ini aku sudah di lobby. Amora segera turun menuju lobby menemui Alex. Amora segera naik ke mobil Alex yang sudah berhenti di depan pintu lobby. "Sial!!! Kemana aja sih? Lama banget?!" Gerutu Amora kesal. "Kenapa kau menungguku dari 3jam yang lalu?" Tanya Alex bingung. "Kau bilang akan menjemputku saat makan siang, kau pikir sekarang jam makan siang di daerah mana hah? Di Indonesia jam makan siang itu jam 12 siang Alex...bukan jam 3!!!" Amora benar-benar kesal. "Oops...sorry Amora, aku bertahun-tahun diet jadi lupa jam makan siang standart Indonesia. Karena program dietku mengaturku untuk makan siang setelah jam 2 siang, maaf ya Amora cantik....sudah donk marahnya jelek dech mukanya." Goda Alex tersenyum melihat Amora yang terus manyun. "Alex, kenapa kau harus diet ketat seperti itu? Apa kau tidak tersiksa? Kau kan...tak bisa menahan lapar meski hanya 1jam.."tanya Amora mulai reda kekesalannya. "Entertainment Amora...dunia ini yang menuntut penampilan kita selalu perfect, benar kan?" Sahut Alex tersenyum menoleh ke Amora sesaat lalu kembali fokus pada setirnya. "Iya juga sih...ku pikir kau dituntut oleh gadismu untuk tampil seperti ini..." ucap Amora sengaja menyelidik apakah Alex sudah punya pacar atau belum. "Amora...Amora...gadisku baru kutemukan kemarin, bagaimana mungkin dia menuntutku macam-macam." Ucap Alex tertawa namun Amora kebingungan. Alex fokus kembali pada setirnya. Hari ini Alex sengaja menyetir mobil sendiri, dia ingin bersama Amora berdua saja. Bebas mengungkapkan kalimat apapun. " Amora, masihkah aku punya kesempatan untuk menepati janjiku?" Tanya Alex namun tetap fokus pada setirnya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD