Kisah Dayat Part-2

1441 Words
    Sembari wudhu dalam fikiran Dayat masih mempertanyakan tentang suatu hal yang janggal baginya, melihat Bapak dan Emaknya bisa duduk berduaan di ruang tamu merupakan suatu hal yang jarang terjadi dalam keluarga Dayat, hal tersebut memunculkan banyak pertanyaan-pertanyaan dalam dialektika fikiran Dayat saat itu.                 “Apa jangan-jangan ada perilaku gue yang salah, yang pernah gue lakukan? Sehingga membuat Bapak dan Emak sampai mengobrol dengan instens?” Tanya Dayat dalam fikirannya.                 “Atau jangan-jangan Bapak dan Emak membicarakan tentang masa depan gue setelah lulus sekolah? Kalau benar gue harus siap-siap dengan jawaban yang pas.” Lanjut Dayat bertanya dalam fikirannya. Berbagai pertanyaan tersebut muncul seiring Dayat melihat suatu kejanggalan dalam pola interaksi antara Bapak dan Emaknya, hingga sempat menganggu ke-khusyukan sholatnya kala itu.     Selepas sholat ia lipat sajadah dan sarungnya sembari fikirannya masih bergejolak mempertanyakan perilaku yang tidak lazim dari Bapak dan Emaknya, kemudian ia langkahkan kakinya ke luar kamar, ketika sampai di depan pintu kamar terdengar suara panggilan.                 “Dayat, ayo sini gabung sama Bapak dan Emak ada yang mau kita omongin sama kamu.” Tutur Emak. Saat itu dalam hatinya muncul banyak pertanyaan.                 “Ada apa ini? Enggak biasanya Bapak mengajak gue ngobrol langsung, karena Bapak biasanya cenderung cuek dengan anak-anaknya akibat kesibukan kerjanya, biasanya sepulang kerja Bapak selalu langsung ke kamar, jarang menyapa atau mengajak ngobrol anak-anaknya, Emak yang biasanya justru sering mengajak kita ngobrol jika di rumah. Jadi ini adalah pengalaman pertama gue ngobrol secara intens dengan Bapak”. Ucap Dayat dalam hatinya.                 “Baik Mak…Dayat ke sana.” Jawab Dayat. Langkahnya pelan menuju ruang tamu sembari pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan, rasa heran serta khawatir, ia ambil duduk di kursi yang agak jauh dan berseberangan dengan Bapak, lebih condong berhadapan dengan kursi Emak, sambil kepalanya ditundukkan dalam-dalam takut dimarahi karena barangkali ia pernah berbuat suatu kesalahan, sampai-sampai Dayat tidak sadar Bapak telah menyampaikan sesuatu kepadanya.                 “Ehh…apa Pak? Bapak barusan ngomong sama Dayat? Maaf pak Dayat enggak fokus tadi, bisa diulangi?” Ucap Dayat sembari takut Bapak marah dan berharap Bapak mau mengulangi pertanyaannya.                 “Bapak sama Emak barusan habis ngomongin tentang sekolah kamu nanti, Emak pingin kamu sekolah SMA Negeri yang deket rumah aja supaya kamu enggak kejauhan, sementara kalau Bapak sih terserah baiknya gimana, kalau menurut kamu gimana?” Ucap Bapak mengulang pertanyaannya tadi yang enggak sempat Dayat dengar karena ketakutan.                 “Benar kana pa yang gue fikirkan, Bapak dan Emak habis ngobrol masalah sekolah pilihan gue. Gue harus tenang dan jawab jujur apa adanya sesuai keinginan gue.” Ucap Dayat dalam hatinya ketika mendengar apa yang ditanyakan Bapak olehnya, sembari ia tarik nafas dalam-dalam kemudian dengan terbata ia menjawab pertanyaan Bapak.                 “Ka…kalau Dayat sebenarnya kurang mahir dalam sejarah dan enggak suka bahasa Pak, Dayat lebih suka hal yang praktis lapangan, selama di SMP nilai Bahasa Dayat pas-pasan dan Dayat banyak ikut organisasi sekolah kayak osis dan pramuka di sana Dayat merasa nyaman melakukan hal praktis dibandingkan pelajaran Bahasa, jadi Dayat kurang cocok kayaknya kalau masuk SMA Pak.” Jawab Dayat sembari terbata-bata di awal.                 “Benarkan apa yang gue fikirkan tadi, kalau Bapak dan Emak habis ngomongin tentang gue.” Ucap Dayat sekali lagi dalam hati membenarkan ke khawatirannya.                 “Enggak bisa! pokoknya kamu harus masuk SMA Negeri, supaya kamu bisa masuk perguruan tinggi yang bagus dan jadi PNS ke depannya, kamu lihat tuh Encing (sebutan paman) kamu yang PNS sekarang hidupnya sudah sejahtera semua, Emak ingin kamu bisa seperti mereka supaya kehidupan kamu ke depannya bisa mapan dan bisa bantu pendidikan adik-adik kamu.” Ungkapan Emak dengan nada meninggi langsung menyanggah jawaban Dayat.                 “Tapi…tapi...Mak… Dayat enggak cocok masuk SMA, Dayat lebih cocok masuk SMK yang cenderung lebih praktis pelajarannya.” Jawab Dayat kembali dengan nada memelas sembari membungkukkan kepalanya, khawatir dianggap membantah Emaknya.                 “Pokoknya Enggak! kamu harus ikutin kemauan Emak masuk SMA Negeri Titik!” Ungkap Emak kesal sembari beranjak pergi dari tempat duduknya. Dayat tetap duduk menundukkan kepalanya, ia tidak bisa mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya. Sembari ia tertunduk diam, ada suara pelan terdengar di telinganya.                 “Besok ikut Bapak ya? kita jalan-jalan sebentar.” Ujar Bapak kepada Dayat.                 “Baik pak.” Jawab Dayat lirih. Keesokan harinya Bapak sudah bersiap memanasi mesin motor honda supra miliknya di depan rumah.                 “Dayat! ayo kita berangkat.” Teriak Bapak dari depan rumah.                 “Baik pak.” Jawab Dayat sembari menghampiri Bapak di luar rumah. Diboncenglah Dayat oleh Bapak menaiki motornya, tanpa ia tau hendak menuju kemana, karena rasa penasaran Dayat, di sepanjang perjalanan ia bertanya kepada Bapak.                 “Mau ke mana kita pak?” Ucap Dayat.                 “Kita akan pergi ke tempat masa muda Bapak dulu tinggal dan dibesarkan.” Jawab Bapak sembari tanganya benerin kaca spion motornya.     Kami pergi menaiki motor sudah sekitar 45 menit dari awal keberangkatan. kemudian sampailah kita di suatu tempat bernama desa Sangiang, kita berhenti di Masjid Al-Mustaqim Sangiang, untuk istirahat minum sebentar, Dayat menengok jam tangannya yang menunjukkan pukul 09.30 WIB. Bapak pergi ke luar masjid untuk membeli minum di toko seberang masjid, tak lama setelah itu Bapak kembali dari membeli minum, Bapak menghampiri Dayat sembari membawa 2 botol air mineral dingin.                 “Ini minum dulu Yat.” Ucap Bapak.                 “Iya pak terima kasih… oh iya pak, ini kita di mana?” Tanya Dayat ke Bapak.                 “Dulu waktu Bapak masih muda dan belum menikah dengan Emak kamu, Bapak tinggal di daerah sini, Bapak tinggal di rumah kontrak 500 meter ke kiri dari masjid ini, kamu tau enggak Yat? Di belakang masjid ini ada sekolah SMK LANTERA yang fokusnya di bidang kesehatan, sekolahnya terkenal dan bagus, habis ini kita ke sana ya?” Jawab Bapak yang semakin membingungkan dan mengagetkan Dayat.                 “Hah…apa Pak? Kita mau lihat sekolah SMK? Kita ngapain ke sana Pak? Bapak tau sendiri kan Emak enggak suka Dayat sekolah di SMK.” Jawab Dayat sembari keheranan.                 “Udah enggak apa-apa nanti kalau urusan Emak biar Bapak yang menjelaskan, kalau Bapak sih pinginnya yang terbaik buat kamu aja.” Ucap bapak sembari sesekali meminum air mineral yang ada di tangannya. Suatu hal yang enggak pernah disangka oleh Dayat atas apa yang dilakukan oleh Bapak, mereka enggak pernah se-intens ini ngobrol berdua, baru saat itu Dayat tersadar ternyata di balik sisi cueknya Bapak, Bapak merupakan orang yang sangat pengertian serta peduli dengan anak-anaknya.                 “Udah Yat…ayo kita menuju ke SMKN LANTERA.” Ucap Bapak sembari menaiki motornya.                 “Ayo pak.” Jawab Dayat sembari merekahkan senyum kegirangan.     Sesampainya di sekolah SMKN LANTERA, Dayat dan Bapak melihat-lihat sekeliling sekolah, mengamati setiap sudut ruangan yang ada di sekolah, kemudian mereka melihat-lihat mading yang berada di salah satu sisi sudut tembok gedung sekolah, di dalam mading tersebut berisi penjelasan tentang jurusan yang ada di SMK LANTERA, melihat itu mata Dayat terus menatap tajam setiap kata serta kalimat yang ada, tak lama setelah itu mereka berdua dihampiri oleh salah satu pegawai sekolah yang bertugas untuk menyampaikan informasi sekolah serta menyambut ketika ada tamu datang, Bapak dan Dayat diberikan penjelaskan lebih detail mengenai jurusan yang ada di sekolah, ada jurusan Farmasi industry, ada jurusan Analis kesehatan, ada jurusan keperawatan dan jurusan Farmasi klinis dan komunitas. Dayat dengan khusyuk mendengarkan penjelasan tentang masing-masing jurusannya, hingga awalnya Dayat tertarik dengan jurusan Analis kesehatan dan farmasi karena di sana ada praktikumnya yang menarik buatnya, spontan ia langsung bilang ke Bapak.                 “Pak, Dayat nanti mau masuk jurusan analis kesehatan atau Farmasi ya?” Ucap Dayat ke Bapak dengan riang.                 “Iya enggak papa, kamu tertarik dengan jurusan itu Yat?” Jawab singkat bapak sembari merekahkan senyum kepada Dayat.                 “Iya Pak, Dayat tertarik.” Ujar Dayat sumringah.     Mendengar jawaban dari Bapak, sepanjang perjalanan pulang Dayat tersenyum-senyum sendiri karena bahagia, keinginan pilihan sekolahnya didukung oleh Bapak. Sesampainya di rumah ada Emak sedang duduk-duduk sembari menonton TV di ruang tengah, Bapak langsung menemui Emak, sementara Dayat langsung pergi menuju kamar dan rebahan sembari tersenyum-senyum gembira. Samar-samar terdengar obrolan Emak dengan Bapak membicarakan tentang pilihan sekolah Dayat dari ruang kamarnya, Emak masih tetap kekeh ingin Dayat masuk SMA Negeri, Bapak masih coba membela Dayat untuk bisa masuk SMK, suaranya semakin pelan hingga tak terdengar oleh Dayat di kamar. Tiba-tiba enggak lama setelah itu ada suara panggilan.                 “Dayat! Sini!” Panggilan kencang Bapak menembus dinding kamar Dayat.                 “Iya Pak Dayat ke sana.” Jawab Dayat dari kamar                 “Waduh, ada apalagi ini? Pasti Emak enggak setuju dengan pilihanku.” Ucap Dayat dalam hatinya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD