78

218 Words

Percakapan di radio itu terdengar jelas di teliga ibu tiri, aku dan sopir pribadi. Ibu pun menoleh ke arahku. Aku tidak mau terbawa suasana sedih, aku memang merindukan dua pria itu hingga membuatku harus menoleh ke kaca mobil. Mengalihkan pandangan ke luar jauh lebih baik dari pada harus mendengarkan radio itu. Tak pernah kusangka, ibu membuka mulutnya dan membicarakan tentang di radio itu padaku. “An?” “Ya ada apa?” “Bukankah dia baru saja memanggil namamu?” “Memanggilku? Tidak! Aku rasa itu bukan aku!” “Ah, begitu ya! Kudengar mereka akan mengadakan wawancara publik hari ini. Bagaimana kalau kita kesana?” “Kesana? Bukannya kita tadi harus pergi ke mall?” “Ya, sekalian saja kan. Lagi pula mereka ada di mall kok?” “Oh begitu ya? Ya terserah ibu saja, aku cuman bisa nurut!” “Ya b

New users can unlock 2 chapters for free!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD