Sebuah Persyaratan (Ajeng's POV)

1365 Words

Mas Dimas sering kali memancingku untuk mau berbicara dengannya selagi perjalanan menuju kantor mas Barga. Ia menanyakan ini, menanyakan itu, aku tidak terlalu bertenaga untuk menanggapinya. Hanya diam dan pikiran tertuju pada kebahagiaan yang tercipta tadi pagi di meja makan karena kedatangan sang pujaan keluarga mas Barga. “Ajeng, kenapa kamu diam terus?” “Tidak ada apa-apa, mas” “Ajeng, jawab aku dengan jujur. Tadi malam mas Barga menamparmu kan? Aku melihat dengan jelas bekas tamparan itu di pipimu. Aku tidak mungkin salah lihat” Pertanyaan itu lagi. Dengan malas, aku menjawab “Begini mas, dalam rumah tangga tidak selamanya kita akan bahagia terus. Ada kalanya kita akan berbeda pendapat. Aku tahu kalau mas Dimas sangat peduli denganku, tapi aku juga meminta sama mas untuk jangan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD