Tiga

1059 Words
Pertunangan Aida dan Kim Ye-Jun pun berjalan baik hari ini. Pesta pertunangannya hanya di lakukan di rumah keluarga besar Kim, yang hanya di hadiri keluarga dekat dari kedua belah pihak, mengingat sang putra ingin merahasiakan dulu pertunangannya.  Setelah cukup alot menentukan tanggal pernikahan Aida dan Ye-Jun, akhirnya di sepakati 2 bulan lagi pernikahan itu di gelar dan tante Hana suda mengultimatum putranya untuk mengurus pihak Manajemennya.  Awalnya Ye-Jun menolak tetapi melihat sang ibu keras kepala dan tidak mau tau, Ye-Jun hanya bisa pasrah.  Sorenya tante Hana pun menyuruh Ye-Jun untuk mengajak Aida berkeliling di sekitar rumahnya. Ye-Jun membawa Aida ke taman samping rumah, tempat sang bunda menanam bunga-bunga kesayangannya.  Aida menatap takjub pada keindahan taman itu. Tidak hanya di hiasi bunga, di tengah tamannya pun terdapat gazebo kecil dan di sampingnya tedapat kolam ikan.  Lalu di belakang gazebo itu terdapat pohon mapel yang pasti indah saat berguguran. Melihat Aida yang terpana melihat taman rumahnya, Ye-Jun pun berdeham untuk menarik perhatian wanita itu. "Ada yang mau aku sampaikan." Aida menoleh kesamping dan mengerutkan keningnya, "Apa?" "Setelah Menikah nanti aku ingin kau tidak mempublish hubungan kita ke publik. Baik itu sosial media atau apapun." "Maksudnya?" tanya Aida semakin bingung "Rahasiakan kalau kau menikah dengan ku," "Tapi-", belum selesai Aida bertanya lagi, Ye-Jun menaruh telunjuknya ke bibir Aida lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Aida.  Refleks Aida mundur selangkah. Ye-Jun menyunggingkan senyum miring. "Aku akan atur semuanya. Aku akan bilang pada Eomma kalau kau menginginkan perayaan pernikahan yang lebih privasi tanpa ada media sama sekali.  Setelah menikah kita juga tidak akan tidur di kamar yang sama, bahkan aku akan jarang pulang karena akan ada tour untuk mempromosikan album baru." Ye-Jun melirik Aida yang masih diam, ia berjalan mendekati kolam ikan dan melanjutkan perkataannya, "Kau boleh mengatur semua yang ada di rumah kita nanti.  Mau kau hias atau cat terserah kau. Aku juga akan memberikan kartu kredit ku untuk membeli semua yang kau butuhkan. Tapi dengan syarat jangan pernah menganggu privasi ku, aku juga tidak akan mengganggu privasi mu." Lanjutnya.  Ye-Jun berbalik menghadap Aida yang ada di belakangnya. Ia menunduk dan sekali lagi mendekatkan wajahnya "Dan satu lagi. Jangan jatuh cinta padaku." *** Sejak pulang dari rumah keluarga Ye-Jun. Aida langsung mandi, dan berganti pakaian. Aida mengambil buku kosong, lalu mendaratkan bokongnya di kasur empuk miliknya, mencoret-coret sesuatu di bukunya.  Begitu Aida lelah, ia membaringkan dirinya dikasur dan menatap langit-tangit kamarnya.  Nggak nyangka! Aida nggak senyangka itu kalau Ye-Jun akan berkata seperti itu.  Tapi setelah dipikir-pikir lagi, tidak mungkin juga kan pria itu menerima lamaran ini karena 'cinta'. Toh Aida pun awalnya sama.  Aida memukul-mukul bantal ke kepalanya menyadari kebodohannya langsung berkata IYA hanya karena mengetahui pria itu adalah salah satu mamber grup boyband 3Nite yang sedang naik daun.  Bahkan karirnya di dunia akting pun sedang di puncak karirnya. Tapi bukannya lebih baik kalau Ye-Jun menolak perjodohan sejak awal? "Haahh, Aida pikir Aida bisa pamer. Ya Tuhan maafin Aida ya udah sombong." Aida kembali ke posisi duduk dan melirik kertas hasil coretannya menghitung untung rugi dari ide konyol pria itu.  "Hmmm...kalau tiba-tiba dia naksir cewek lain gimana ya? Apa Aida akan di ceraikan?? Aida nggak mau!" Aida mengambil ponselnya yang berada di sampingnya, mencari kontak nomor Ye-Jun.  Buat Aida pernikahan itu harus sekali seumur hidup, walaupun mungkin tanpa cinta tapi ia tidak ingin ada kata cerai dalam pernikahannya nanti. Ia menempelkan ponsel ke telinganya, menunggu panggilan itu di angkat. Namun sampai panggilan ke-10 tidak juga di angkat.  Aida membanting ponselnya kesal "Emang segitu susahnya ya angkat telepon? Ish!" sungutnya kesal. Aida kembali mengambil ponselnya lalu mengirim voice note tentang perjanjiannya dan pertanyaanya tentang orang ketiga.  *** Ketukan terdengar di pintu kamarnya. Aida yang sedang serius mengerjakan desain baju yang harus ia selesaikan dua jam lagi mengabaikan ketukan itu.  Tapi ketukan itu tidak juga tidak berhenti malah semakin intens ketukannya, Aida yang kesal langsung berteriak "Masuk aja kenapa sih?!" Ia mendengar pintu kamarnya terbuka tapi masih enggan untuk melihat siapa yang datang karena kertas-kertas di depannya jauh lebih berharga.  "Pasti kak Jo." batinnya. Lagi pula biasanya yang masuk tanpa suara pasti kakak laki-lakinya itu.  Mamah? Enggak mungkin karena pasti akan langsung ngomel dari depan pintu. Tanpa Aida sadari pria itu sudah berdiri di belakangnya, sedang menatap kertas berisi gambar-gambar baju dari atas kepala Aida.  Aida yang mulai risih dengan kehadiran di belakangnya langsung menghentakan kursinya memutar "Apa sih kak Jo?! Ganggu deh...,"Aida langsung membelalakan matanya melihat pria yang berada di belakangnya sedari tadi bukanlah kakanya melainkan Ye-Jun. Calon suaminya. Ye-Jun berdeham "Jadi gitu kelakuan calon istri aku? Hmm?" tanyanya.  Aida masih tidak percaya pria itu ada di sini sekarang. Di kamarnya pula. Ye-Jun melambaikan tangannya di depan wajah Aida.  Aida yang sadar langsung melirik jam di tangannya. Jam menunjukan angka 11 malam.  Aida kembali menatap Ye-Jun yang justru sedang asik mengamati ruangannya ralat KAMARNYA! "Kamu ngapain malam-malam kesini?" tanya Aida.  Ye-Jun menoleh pada Aida dan berjalan kembali kedepannya "Saat mendengar voice note mu, aku langsung kemari setelah pemotretan selesai. Tadinya aku pikir akan sia-sia karena sudah terlalu malam.  Tapi saat melewati 7eleven aku bertemu dengan kakakmu dan meminta ijin menenuimu jika kau masih bangun. Dan kakak mu tidak keberatan, jadi aku di sini." jelasnya.  Aida mengerutkan keningnya, kakaknya sebodoh apa sih? Kenapa dia dengan enteng membiarkan seorang pria masuk kedalam kamar adik perempuannya?  Ok pria di hadapannya ini bukan orang asing melainkan calon suaminya. Tapi tetap saja dia laki-laki kaaan?!  Ye-Jun mendekatkan wajahnya ke wajah Aida, refleks Aida mundur selangkah  "A-apa? Mau apa kamu?" Ye-Jun tidak menjawab pertanyaan Aida.  Pria itu malah semakin mendekatkan wajahnya pada Aida. Bahkan hembus nafas pria itu sudah Aida rasakan pada wajahnya.  Aida terus melangkah mundur namun ia menabrak meja kerjanya, Ye-Jun terus mendekatkan wajahnya.  Tahu ia sudah tidak bisa mundur, Aida langsung memejamkan matanya erat. Sedetik kemudian Aida mendengar suara tawa yang di tahan, ia membuka sebelah matanya perlahan dan melihat Ye-Jun tengah menahan tawanya.  Begitu pria itu melihat kearah Aida yang syok, ia langsung menyemburkan tawanya keras.  "Hahaha! Lihat muka kamu! Pffttt...hahahaha!" Ye-Jun terus tertawa sambil menunjuk muka Aida. Aida yang sadar kalau dia hanya sedang di kerjai, raut wajahnya berubah merah menahan malu dan kesal.  Ia langsung memukul pria itu sekuat tenaga, bukannya berhenti tertawa.  Tawa Ye-Jun malah semakin keras sampai memegang perutnya karena terlalu banyak tertawa. Ye-Jun menatap Aida lurus lalu tersenyum dan meletakan kedua tangannya di bahu Aida "hm! Kamu lulus!"  "Hah? Lulus apa?" tanya Aida bingung Ye-Jun hanya mengedikan bahunya lalu berjalan keluar ruangan. Tapi sebelum menutup pintu, pria itu menoleh sekali lagi pada Aida dan berkata "Tidak akan ada orang ketiga. Tapi ingat, jangan pernah jatuh cinta padaku" setelah menyelesaikan kalimatnya Ye-Jun menutup pintu kamar Aida. Aida langsung jatuh terduduk ke lantai dan memegangi jantungnya yang sedari tadi berdetak cepat. Bagaimana caranya untuk tidak jatuh cinta?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD