Tepat pukul empat pagi Shayna terbangun. Tangannya meraba meja kecil di samping ranjang dan menyalakan lampu.
Cetek.
Ia mengerjapkan mata ketika lampu menyala, lalu Shayna melihat jam di pergelangan tangannya. " Jam empat" gumamnya
Ketika hendak beranjak dari ranjang ia memindai sekeliling, merasa itu bukan ranjangnya, ia mengerutkan dahinya mencoba mengingat apa yang terjadi meski kepalanya terasa berat dan pusing. Shayna menoleh dan mendapati Yola juga suaminya tengah terlelap berhimpitan di atas sofa. Dandi memeluk tubuh Yola dari belakang. Shayna beranjak, melangkah perlahan mendekati sofa, ia menatap sahabatnya yang tampak sangat pulas sambil tersenyum tipis.
" Semoga bahagia, sekarang kau akan menemukan segala hal baru dalam rumah tangga, aku bahagia untukmu. Aku takkan melupakan hari ini bahkan sampai aku mati.
Sampai bertemu lagi, sahabat" ucap Shayna dengan suara pelan, takut membangunkan Yola. Tangan Shayna bergerak menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, kemudian melangkah keluar gedung apartemen.
***
' sahabat tidak akan pernah meninggalkan kita, tak peduli sejauh apapun kita mengejar impian, kapanpun kau terjatuh, sahabat akan selalu ada untukmu.'
Shayna mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, ia menatap ke arah luar jendela, hari masih gelap. Ia melihat tampak dua orang sedang berjalan bersama dalam keadaan mabuk, Shayna menangis mengingat para sahabatnya. ' tak seorangpun bisa mengerti. Tak seorang pun akan memberikan kasih sayang tulus seperti sahabat sejati'
Tangan kanan Shayna memegang setir dan sebelah kiri menutup mulutnya, ia berusaha meredam suara tangisnya, ia merasa sendirian. Shayna menginjak pedal gas sambil semakin terisak tangis dengan kepala tertunduk.
Ia tidak melihat ke depan jalan, dan ketika mendongak ia terkejut dan panik seketika melihat mobilnya sangat dekat dengan pembatas jalan.
" Aaaaa!" Shayna berteriak tidak bisa mengendalikan mobil, ia menginjak rem sambil memutar setir agar mobilnya mengarah ke tengah, namun karena Shayna mengemudikannya terlalu kencang ia tidak bisa mengendalikannya
Cciiiiiit..
Brak!
Shayna menabrak pembatas jalan yang bersebrangan dengan trotoar dimana terdapat pedagang makanan kaki lima yang sudah bersiap akan tutup.
" Lihat ada kecelakaan!" ujar seorang pedagang.
Tok
Tok
Tok
Shayna menoleh ke kaca jendela tepat disebelahnya
" Nona"
Shayna terpaku menatap pria yang mengetuk kaca jendela mobilnya.
" Nona" pria itu memanggil lagi
Tok
Tok
Pria itu kembali mengetuk membuat Shayna mengerjap beberapa kali
' Wah, dia tampan sekali' batin Shayna
" Hei, nona" pria itu mengulang panggilannya karena Shayna terus menatapnya dan tidak menjawab atau membuka kaca jendela mobilnya
Setelah sadar, Shayna bergegas melepas seatbelt dan membuka pintu mobil
Pria itu memindai penampilan Shayna dari atas sampai bawah. Saat itu Shayna memang mengenakan pakaian seksi dan indah karena baru pulang menghadiri sekaligus menjadi pendamping pengantin sahabatnya. Tapi makeupnya sudah terlihat sangat berantakan, maskara yang luntur tercampur air matanya tadi membuat mata Shayna tampak hitam. Shayna tersenyum canggung di tatap seperti itu.
Pria itu menunduk mendekatkan wajahnya pada Shayna
" Sekarang kau aman" ucap pria itu
" Eehhmm, kau habis minum rupanya" ucap pria itu memalingkan wajah, ia bisa mencium aromanya yang pekat dari mulut Shayna, lalu tersenyum tipis
" Apa kau baik baik saja?"
" Biasanya aku sangat cantik lebih dari ini" jawab Shayna canggung sambil merapikan rambutnya. Shayna kembali masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin. Namun mesin mobilnya tidak bisa menyala. Ia mencoba menstarter berulang kali namun hasilnya nihil.
Pria itu membungkuk dan mengetuk kaca jendela lagi,
" Boleh aku periksa mobilmu?" Tanya pria itu
Shayna masih gugup, ia hanya mengangguk ragu sambil terus menatap wajah pria tampan itu
" Biar aku lihat di bawahmu. Emm..maksudku bawah kap mobilmu, bukan bawah dirimu. Bukalah kap nya"
Pria tampan itu memeriksa mesin setelah Shayna membuka kap mobil, namun ia tidak berhasil memperbaikinya. Ia pun meminta tolong pada beberapa orang pedagang makanan kaki lima untuk membantu mendorong mobil Shayna.
" Ini kaca spionmu yang patah, nona" ucap pria tampan itu memegang kaca spion sambil berjalan di sebelah mobil Shayna, sedangkan Shayna berada di dalam mobil, di kursi kemudi. Mesin mobil masih menyala meskipun orang orang mendorongnya
" Untukmu saja, anggap itu hadiah. Terima kasih sudah membantuku. Sampai ketemu lagi..."
Setelah mereka mendorong mobil Shayna sekitar dua meter akhirnya Shayna bisa menjalankan mobilnya tanpa di dorong
" Terima kasih" ucapnya. Pria tampan itu mengangguk, lalu mobil Shayna perlahan menjauh.
Shayna melajukan mobilnya dengan sangat pelan, ia menoleh melihat bagian kaca spion yang patah. Kemudian ia beralih menatap spion tengah, masih terlihat orang orang dan pria tampan itu melambaikan tangan padanya. Namun, karena Shayna terlalu fokus pada spion tengah, membuat Shayna tidak memperhatikan jalan didepannya. Dan,
Brak!
Shayna kembali menabrak pembatas jalan yang posisinya berbelok
Pria tampan itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ia dan para pedagang itu menghampiri Shayna, kembali mendorong mobil Shayna sampai hari hampir subuh. Akhirnya, mobil Shayna bisa menyala dan ia kembali mengucapkan terima kasih.
***
Shayna Amandita, seorang wanita lajang yang usianya sudah dua puluh delapan tahun. Di usianya yang sudah sangat matang untuk berumah tangga, ia belum juga mempunyai seorang kekasih apalagi calon suami. Sementara itu , ke tiga sahabatnya sudah berumah tangga bahkan salah satu dari mereka sudah memiliki satu orang anak. Keadaan itu membuat kedua orang tua Shayna resah, mereka terus saja mendesak Shayna untuk segera menikah.
Shayna turun dari mobil, ia membuka gerbang lebar lebar lalu kembali ke dalam mobil. Ia mematikan mesin mobil setelah memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah. Perlahan Shayna membuka pintu utama dan seketika mendapati ayahnya sudah berdiri disana, Shayna menatap ayahnya beberapa detik lalu menutup pintu kembali, ia tidak jadi masuk. Ia berusaha menetralisir detak jantung terlebih dahulu
" Huh! Sedang apa dia disitu?" Gumam Shayna. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka pintu kembali. Kali ini ia membukanya dengan lebar. Kini tampaklah ibu juga neneknya juga sudah berdiri disana
" Kenapa kau tidak mengangkat telepon ku?!" Bentakan pertama keluar dari mulut ibunya.
" Aku sudah meneleponmu lebih dari lima puluh kali, kau tau?!" Ibunya menatap tajam
" Ibu hampir saja menghubungi polisi! Apa kau tidak tau bagaimana kami mengkhawatirkan dirimu?!,"
" Kau selalu mengulangi kesalahanmu! Pulang pagi dan tidak memberi kabar!"
" Maaf, baterai ponselku habis" jawab Shayna memberi alasan, ia mengucapkannya sambil menunduk
" Kau pasti mabuk lagi lalu mengemudi?" Kali ini ayahnya yang bertanya sinis
" Tidak, aku tidur di apartemen Yola, agar aku tidak ikut mabuk bersama mereka, dan agar aku tidak mengantuk saat mengemudi " Shayna masih memberi alasan
Ayahnya menengok ke belakang, melihat keadaan mobil yang hancur bagian depannya juga bagian samping mobil yang tergores dalam
" Jika kau tidak mabuk, lalu kenapa mobilmu rusak parah?" Ayahnya bertanya
Kemudian shayna menoleh ke belakang
" Kau tau nenek sangat cemas sampai tak bisa tidur?!"
Nenek Shayna membuang pandangan ke sembarang arah, malas melihat cucunya yang pulang dalam keadaan berantakan juga mobil yang rusak
" Nenek!" Panggil Shayna pelan
Neneknya marah tampak sangat geram tapi tidak mengeluarkan suara, kemudian pergi masuk ke dalam rumah
Nenek Shayna memang tidak bisa bicara, sudah lama sekali.
Shayna bingung tidak mengerti apa yang di ucapkan neneknya lalu bertanya pada ibunya
" Bu, apa yang dikatakan nenek?"
" Kau mau tau apa yang di katakan nenekmu?" Tanya ibu
Shayna mengangguk cepat
" Katanya dadamu kecil, tidak seksi sama sekali, tapi kenapa kau pakai baju menggoda begitu?!"
Shayna menunduk sambil memegang tali pakaian di bahunya
" Memalukan!" Bentak ayah sambil menyilangkan tangannya ke belakang
" Berikan kunci mobilmu!" Ayah menengadahkan tangan di hadapan Shayna
Shayna mengulurkan tangannya ragu memberikan kunci mobil pada ayah
" Apa ayah akan memperbaiki mobilku?"
Gerakan Shayna sangat lambat membuat ayah menarik kunci itu depan kasar
Ayah tidak menjawab
" Apa aku boleh pinjam mobil ayah?" Tanya Shayna sangat ragu
Ayah masih tidak menjawab, malah pergi meninggalkan Shayna masuk ke dalam rumah
Kini tinggal Shayna dan ibunya di depan pintu
Tak lama setelah ayah masuk, ibu pun menyusul ayah dan mengabaikan Shayna.
" Ayah, kantorku jauh sekali?" Teriak Shayna segera menyusul ayah ibunya ke dalam rumah
Ayah berbalik menatap Shayna sejenak dengan raut wajah geram. Di dalam, lampu belum dinyalakan, hanya ada satu lampu di satu ruangan yang menyala.
" Ayah, bagaimana caraku ke kantor nanti..." Shayna masih berusaha membujuk ayahnya agar mau meminjamkan mobil
" Ayaaahhh.."
Brak!
Ayah menutup pintu kamar dengan kencang tidak menggubris Shayna
Shayna tertunduk lalu menghembuskan nafas panjang.