Gerimis tipis kini makin deras, membasahi kaca depan mobil yang dikemudikan Shayna. Wiper bekerja bolak-balik, menyapu tetesan air, tapi hawa dingin tetap merambat masuk, menciptakan suasana yang semakin sunyi dan menegangkan. Billy duduk bersandar, memeluk kedua lengannya sendiri, sesekali melirik ke arah Shayna. Ia ingin bicara, tapi wajah gadis itu benar-benar tidak ramah. Mata Shayna fokus ke jalan, alisnya sedikit mengernyit—pertanda ia sedang menahan banyak hal dalam kepala. “Shay,” panggil Billy akhirnya. “Hm?” Shayna menjawab tanpa menoleh. “Kamu lelah sekali ya? Dari wajahmu sangat terlihat. Bukan cuma lelah bekerja tapi juga pikiran yang penuh." “Ya begitu, capek memikirkan banyak hal,” jawab Shayna datar. Billy terdiam sejenak. “Tentang Tania?” Shayna mengangguk kecil. “Y

