Sepulang dari kantor Shayna menyempatkan diri untuk mampir ke toko kacamata. Karena rasa bersalahnya ia berniat mengganti kacamata Samchon yang hancur karena ulahnya. Shayna mencoba beberapa kacamata di depan cermin yang di sediakan di atas etalase toko.
Setelah melihat dan menjajal beberapa kacamata akhirnya Shayna menemukan kacamata yang pas dengan Samchon meski tidak sama persis. Ia menatap dirinya sendiri di cermin,
" hhmm, yang ini bagus juga. Pasti dia akan menyukainya..." gumam Shayna
Kemudian Shayna melepaskan kacamata tersebut dan melihatnya lagi, ia melihat kertas kecil yang di ikat dengan tali berwarna merah di tengah kacamata. Kertas kecil itu bertuliskan sederet angka
" HAHH!!" Shayna tercengang melihat angka tersebut. Kemudian ia memanggil pelayan toko agar mendekat ke depannya sambil tersenyum,
" maaf, ini harga atau kode produk nya?" tanya Shayna
" itu harganya," jawab pelayan toko
Akhirnya Shayna jadi membeli kacamata itu, meski ia harus mengurangi tabungannya.
Shayna berdiri di stasiun menunggu kereta datang
Shayna memegang kotak kacamata di tangan kiri, sementara tangan kanannya memegang bolpoin. Ia berniat mengikuti cara Nuy dengan menuliskan nomor ponselnya di bawah kotak tersebut, tapi ia ragu untuk menulisnya
' apa ini tidak keterlaluan memberikan nomor ponsel pada pria yang baru dikenal?, apa dia tidak akan berpikir macam macam denganku nanti?' batin Shayna ragu
Setelah berpikir selama beberapa saat, akhirnya Shayna memutuskan untuk menulisnya juga. Dengan hati hati ia menuliskan nomor itu, ia membuat tulisan angka angka itu terlihat begitu rapi.
Ketika kereta datang dan melambat, Shayna menangkap sosok Samchon muncul dari tikungan. Iya bergegas masuk ke dalam kereta sambil merunduk diantara penumpang yang turun. Di dalam gerbong menjadi tampak lengang karena banyak penumpang yang turun di stasiun itu, Shayna berlari di dalam gerbong menghindari agar dirinya tak terlihat Samchon. Ia bermaksud berpura pura seolah ia baru turun dari kereta.
Shayna berlari hingga ke gerbong lainnya yang pintunya bertepatan dengan Samchon berdiri
" Hai" sapa Shayna
" Oh, hai. Shayna, kau baru pulang bekerja?"
" Iya,"
" Ini untukmu" ucapnya to the point, Shayna menyodorkan sebuah paperbag berisi kotak kacamata
Samchon menatap paperbag berlogo toko kacamata mahal itu,
" Tidak perlu. Aku tidak bisa menerimanya" ucap Samchon mengangkat tangan ke udara sambil menggelengkan kepala
Seketika raut wajah Shayna menyendu, melihat itu Samchon merasa tidak enak hati
" Tapi jika kau memaksa, baiklah ' akan aku terima" ucap Samchon akhirnya
Shayna tersenyum lebar, ia sangat senang pria itu mau menerima pemberiannya, karena di bawah kotak terdapat nomor teleponnya
Suara peringatan yang memberitahukan bahwa kereta akan segera berangkat pun berbunyi,
" Baiklah, aku harus pergi sekarang" Samchon masuk ke dalam kereta sambil tersenyum manis, matanya terus menatap Shayna
" Baik, hati hati" balas Shayna tersenyum
Bahkan ketika pintu gerbong tertutup, keduanya masih saling melempar senyum. Samchon melambaikan tangan pada Shayna, dan Shayna pun membalas lambaian tangan Samchon, tanpa shayna sadari tangannya masih menggenggam bolpoin,
" Astaga!" Ucap Shayna refleks menyembunyikan tangannya yang memegang bolpoin ke belakang tubuh.
Hingga kereta benar benar tidak mempertemukan pandangan keduanya.
Di saat menuruni anak tangga, tiba tiba ponsel Shayna berdering nyaring. Ia menghentikan langkahnya lalu tersenyum. Shayna menyangka jika yang menghubunginya adalah Samchon.
' yes! ternyata cara Nuy sangat jitu, seharusnya ini sudah kulakukan sejak usia delapan belas tahun!' Batin Shayna
Ia merogoh ponselnya di dalam tas sambil terus tersenyum.
Shayna melihat ke layar ponsel dan ternyata yang menelepon adalah ibunya.
Raut wajahnya seketika berubah, seperti tidak suka
" Halo, Bu?"
" Cepatlah pulang kita akan makan bersama"
" apa? Makan bersama?, Dalam rangka apa?"
" Nenekmu, yang mengajak kita. Beliau baru memenangkan undian"
" Apa?! Nenek menang undian?!"
" Sudah jangan banyak bertanya begitu!...cepatlah kita akan segera pergi!"
Tut Tut Tut
Ibu memutuskan sambungan telepon begitu saja
***
Ibu menoleh saat Shayna membuka pintu,
" Oh, Shayna kemarilah dan duduklah"
Di meja makan sudah ramai orang tua. Teman nenek mengajak anak, menantu dan cucunya.
Mereka tengah asik makan sambil ngobrol.
Neneknya tampak berbicara dengan temannya tapi menggunakan bahasa lain. Shayna mengerutkan dahinya, selama ini ia mengira neneknya tidak bisa bicara.
Shayna memberi salam kepada para orang tua dan mengangguk pada cucu teman nenek yang seorang pria, lalu Shayna duduk di kursi yang kosong di sebelah ibu
" Shayna, apa kau tak mengenalinya?" Tanya ibu mengendikan dagu ke arah pria cucu teman nenek itu.
Pria itu tersenyum lebar pada Shayna,
" Dia adalah Billy, apa kau ingat sekarang? Kalian dulu sering main petak umpet sewaktu kecil, kalian juga suka sekali main benteng bentengan" ibu mengingatkan Shayna
" Kau mungkin sudah tak ingat lagi, Billy telah banyak berubah. Kau pun banyak berubah Shayna, sekarang kau sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang mandiri dan sangat cantik" ucap nenek Rome memuji, sahabat neneknya Shayna. Nek Rome menepuk pelan bahu Billy,
" Kalian tau?, Semua orang bilang dia mirip sekali dengan artis Korea yang bernama Rain Be, kau pasti tau siapa aktor itu kan, Shayna?" Ucap nek Rome antusias
" Nek, sudahlah, jangan berpromosi seperti itu..." Balas Billy
Pria itu mengenakan kaos tanpa lengan dengan kalung panjang di lehernya. Penampilannya sangat mirip dengan aktor Rain Be. Bahkan model rambutnya pun di buat sama persis dengan aktor tampan itu
Para orang tua yang menggemari serial full house itu mengangguk setuju,
" Iya, benar. Anakku sangat mirip" timpal Diwaya, ibunya Billy
" Tidak, Bu. Kami tidak mirip" sanggah Billyerasa tidak enak hati di puji seperti itu
Shayna hanya diam sama sekali tidak menanggapi mereka
" Tapi sebenarnya, memang banyak yang mengatakan begitu" celetuk Billy sambil merapikan rambutnya
Shayna menutup mulutnya, ia merasa mual dengan kepercayaan diri Billy yang terlalu tinggi
" Huek!"
" Kenapa kau?" Tanya ibu
" Tidak apa apa, Bu" jawab Shayna
" Kau memang sangat mirip dengannya, siapa yang mengatakan tak mirip, hah?" Ucap Diwaya
Billy tersenyum lebar
" Oh ya, Billy. Bagaimana jika kau tunjukkan pada kami gerakan dance yang sama dengan aktor Rain Be itu" Diwaya memberi ide
" Bukankah kau selalu berlatih dance setiap hari" sambung Diwaya
" Tidak, Bu. Aku tidak bisa..." Jawab Billy canggung
" Oh ayolah, sedikit saja...tunjukan pada kami..."
" Di sini banyak orang, Bu"
" Ayo, cepat tunjukan gerakan dance mu sedikit" Diwaya memaksa Billy
Kemudian Billy beranjak dari duduknya lalu melakukan gerakan dance, tubuhnya sedikit membungkuk lalu ia menegakkan kembali sambil tangannya mengangkat kaos sehingga perutnya terlihat. Saat itu baru Shayna menyadari jika Billy juga mengenakan sarung tangan yang sama dengan Rain Be.
Shayna menggelengkan kepala, ia malah menjadi aneh dengan tingkah Billy dan para orang tua ini. Ia berpikir pasti para orang tua itu mempunyai niat terselubung.
Apalagi jika bukan, perjodohan.
Para orang tua bertepuk tangan setelah Billy selesai dengan dancenya.
" Jika ingin sekali menjadi Rain, sekalian saja ganti nama jadi Rain" celetuk Shayna sinis
" Apa apaan, kau ini?!" Ibu menatap shayna tajam
" Bu, aku pamit pulang dulu"
" Jangan pulang dulu!" Bentak ibu pelan sambil terus menatap tajam pada Shayna
" Tetap disini. Kau mengobrol lah dengannya, agar kalian lebih saling mengenal" ucap ibu pelan tapi tegas. Shayna hanya mengangguk lesu
Nenek mengatakan sesuatu pada Billy yang bahasanya tidak dimengerti. Billy hanya mengangguk angguk sambil tersenyum, lalu ia menoleh pada Rome, neneknya.
" Nek, neneknya Shayna bilang apa?"
" Beliau bilang, jadikanlah Shayna istrimu. Usianya sudah dua puluh delapan tahun, tapi masih perawan" jawab nenek Rome memberitahu
Shayna yang tengah meminum teh hangatnya sampai memuncratkan teh dalam mulutnya karena terkejut dengan ucapan nenek Rome.
Shayna yang tengah meminum teh hangatnya sampai memuncratkan teh dalam mulutnya karena terkejut dengan ucapan nenek Rome.
" Jaman sekarang, sulit menemukan gadis seperti dia. Dia mandiri, memiliki karir dan mapan" timpal ibu
" Wajahmu sangat cantik, tapi sayang...dadamu agak kecil, dan sepertinya kau kurang subur, akan sulit memiliki anak" ayah Billy mengutarakan komentarnya dengan mulut penuh makanan, membuat Shayna membolakan matanya. Ia sudah akan bergerak hendak beranjak dari duduknya, namun ayah Billy terus saja mengoceh. Shayna kembali mendengarkan dengan mengerutkan dahinya
" Tapi kau tenang saja, s****a Billy sangat bagus sepertiku, beberapa kali hentakan pinggul dan sedikit semburan s****a pun sudah cukup. Dan kalian akan segera punya anak..." Ayah Billy menjeda ucapannya, ia menelan makanannya terlebih dahulu
" Dadamu yang kecil tidak masalah, tapi bokongmu besar, kan?"
Perkataan ayah Billy sangat menyinggung perasaan Shayna.
Sontak ia berdiri dan berkata,
" Aku ini manusia, bukan anak kucing! Tidak perlu dijodohkan! Aku bisa mencari pria yang baik untukku!"
Shayna keluar dari ruangan itu tanpa pamit setelah berkata demikian.