Nenek dan ibu menggelengkan kepala
" Mana orang tuamu?!" Bentak ayah pada pemuda yang bersama Tania.
" Lama sekali mereka datang! Aku tak mau menunggu lebih lama lagi!"
Saat ini, semua keluarga berada di ruang keluarga, menunggu orang tua dari si pemuda datang. Tania dan pemuda itu tampak sangat ketakutan dengan kemarahan ayah yang meluap. Tania dan pacarnya duduk bersimpuh di lantai.
" Jika mereka tidak datang juga, aku akan melaporkanmu pada polisi!" Bentak ayah mengancam
" Tenang om, mereka pasti datang. Aku mohon jangan laporkan aku pada polisi" jawab pemuda itu. Sedangkan Tania menunduk dalam dalam hingga bahunya terangkat
" Aku sudah menelepon paman. Dia bilang akan kemari sebentar lagi karena dia baru keluar dari kantor waktu aku meneleponnya"
Ting
Tong
Tak lama bel berbunyi,
" Itu, itu mungkin pamanku datang, tolong jangan laporkan aku pada polisi " ucap pemuda itu ketakutan
" Shayna!, cepat bukakan pintu!" Perintah ayah tegas. Shayna beranjak dari duduknya melangkah menuju pintu.
Ceklek
Shayna membelalakkan mata terkejut ketika membuka pintu mendapati pria tampan yang menolongnya saat kecelakaan kemarin, sontak saja menutup pintu kembali.
Brak.
Shayna menutup pintu dengan kencang membuat pria tampan mengerjap terkejut hingga mundur selangkah menjauhi pintu
" Duh, mau apa pria itu kemari? Dari mana dia tau rumahku?" Gumam Shayna mengerutkan dahinya. Shayna meremas jari jarinya sambil mondar-mandir di depan pintu . Panik akan dimarahi oleh ayahnya, karena ketika pria itu menolongnya tercium bau minuman beralkohol sangat pekat dari mulutnya.
" Shaynaaa! Siapa yang datang?!" Teriak ayah
" Iyaaa, sebentar " sahut Shayna tidak menjawab ayahnya
Shayna membuka pintu lagi,
" Hai, apa kabar?. Eemmm maksudku, sedang apa kau di sini?" Tanya Shayna gugup
Pria tampan itu tersenyum tipis
" Joan memintaku datang kemari,"
" Oh, apa kau pamannya?"
" Joan itu pelayan di wisma yang aku sewa"
" Ow, aku kira kau kakak ayahnya"
" Bukan, namaku Samchon. Itu artinya ' paman' "
' mana ada nama orang mempunyai arti ' paman'?' batin Shayna
Shayna terpaku pada ketampanan Samchon. Pria itu mendekatkan wajahnya pada wajah Shayna lalu melambaikan tangan menyadarkan Shayna dari lamunannya
Shayna mengerjap beberapa kali
" Apa kau mabuk lagi?" Samchon bertanya
Karena Shayna tampak tidak fokus
Shayna bergeser ke samping sambil menggerakkan tangannya mempersilahkan Samchon masuk.
Pria itu masuk kemudian menghadap ayah
" Keponakanmu itu manusia atau cicak, hah?! Dia menyelinap ke atas, dan...dan..." Ayah terengah engah tidak sanggup mengatakannya
Samchon mengerutkan dahinya tidak mengerti
" Apa yang dia lakukan?"
" Dia...dia melakukan itu di atas atap"
Ayah meraih kasar kaleng bir di atas nakas
" Dia bahkan membawa bir"
Shayna yang tengah bersandar pada dinding sontak menegakkan tubuhnya, karena kaleng bir itu adalah miliknya
" Aku sangat membenci pemabuk!" Ucap ayah geram
" Bu-- bukan, pak. Aku bersumpah itu bukan bir ku" balas Joan
" diam kau! jangan membantahku!"
tangan Shayna terangkat ke udara menahan makian ayahnya pada Joan
" ayah, cukup. Sepertinya dia malu mengakui pada dirinya sendiri" Shayna mencoba menjadikan Joan sebagai alibi atas kaleng bir miliknya
Kemudian nenek berdiri lalu mendekatkan wajahnya pada Joan, beliau mengatakan sesuatu sambil tersenyum sinis, Joan tidak mengerti apa yang nenek ucapkan
ibu pun juga ikut berdiri,
" kalian benar benar tidak memiliki otak! bagaimana kalian bisa melakukannya?!" ibu memberitau apa yang di ucapkan nenek barusan
" kami melakukannya dengan gaya misionaris, Bu" jawab Joan jujur dengan raut wajah takut
Shayna dan Samchon sontak menutup mulut secara bersamaan
" APAAA?!!" teriak ayah memekakkan telinga
Joan mengangguk polos
" tap-- tapi itu benar...apa ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Joan bodoh
" hei! jangan bicara kotor disini, ya!" bentak ayah keras
Joan dan Tania saling menoleh dan saling sikut
" kau mau aku laporkan kepada polisi?!" ancam ayah sambil mendekat hendak melayangkan tamparan ke wajah Joan
ibu mulai ikut panik melihat kemarahan ayah yang meluap
" tenang, ayah. Jangan di besar besarkan, ingat anak kita perempuan " ibu memohon sambil memegang lengan ayah menariknya agar mundur
" tenangkan dirimu, tekanan darahmu bisa naik" ucap ibu tampak khawatir dengan kesehatan ayah
" Shayna, tolong kau urus mereka" perintah ibu membuat Shayna menoleh ke arah ibu karena terkejut.
" aku??" gumam Shayna menunjuk dirinya sendiri
Kemudian ibu membawa ayah pergi dari ruangan itu bersama dengan nenek
***
Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi. Shayna menghampiri kedua sejoli itu. Tangan Samchon dan Shayna sama sama bersedekap di depan d**a
" jadi, apa kalian berdua melakukan itu?" Shayna mengajukan pertanyaan yang sudah jelas ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Samchon tertawa pelan mendengarnya membuat Shayna menoleh ke arah Samchon
" alasan kau memanggilku kemari, karena kau melihat mereka melakukannya, kan?" Samchon bertanya sambil menunjuk ke arah Joan dan Tania. Shayna menyatukan kedua alisnya, gugup karena bingung cara untuk mengungkapkan dan menyelesaikan masalah adiknya.
" ya, aku melihat Joan berbaring menindih tubuh Tania dan dia tampak seperti..." Shayna menggerak-gerakan kedua telapak tangannya bergesekan, berusaha mencontohkan apa yang dilihatnya tadi
" ya, seperti...bergerak naik turun. Jadi, apa kalian melakukannya? " Shayna bertanya lagi
" jawablah, apa benar yang di lihatnya itu?" Samchon ikut bertanya
Joan cengengesan sambil mengusap lengannya
" ya, kita benar benar melakukannya, kan?" Joan malah bertanya pada Tania
" kita memang benar benar melakukannya, bodoh! kenapa masih bertanya?!"
" baik. kalau begitu kau harus pulang, Joan. Dan bahas pernikahan dengan orang tuamu" ucap Samchon lalu mengalihkan pandangannya ke arah Shayna
" dia akan kembali untuk meminang, Tania"
" kau setuju?" tanya Samchon menatap Shayna
Shayna mengangguk,
" baiklah"
setelah menemukan penyelesaian, akhirnya Samchon pamit pulang
Kemudian Shayna mengantarkan Samchon dan Joan keluar dari rumah. mereka beriringan menuruni anak tangga yang gelap.
Rumah orang tua Shayna berlantai tiga. Lantai paling bawah di jadikan bengkel mobil dan motor milik ayahnya. Ayah Shayna juga memiliki beberapa cabang bengkel.
" kenapa gelap sekali?" tanya Samchon
" ya, ayahku suka mematikan lampu jika sudah malam" jawab Shayna
" aku akan menyalakan lampunya. duh...dimana steker lampu ini?" Shayna meraba dinding
cetek.
Sedetik kemudian lampu menyala, Samchon mengerjapkan mata sedikit terkejut hingga menabrak Shayna dan menjatuhkan beberapa buku yang lolos dari kantung plastik. Shayna menundukkan kepala melihat buku yang jatuh di lantai. Buku seperti majalah porno dan buku cerita tentang seks, tampak jelas dari covernya. Shayna mengerutkan dahinya lalu mendongak menatap Samchon. Samchon gugup lalu berkata,
" Joan, itu buku bukumu, kan? cepat ambil dan bawalah sendiri bukumu"
Joan yang kebingungan bergegas memungut buku buku itu. ' haah, ini kan bukunya, kenapa dia malah mengatakan ini milikku?' batin Joan mengesah
" baiklah, kami pamit pulang" Samchon mengalihkan. Ia tersenyum menatap Shayna dari dekat. Shayna yang di tatap seperti itu lalu mengangguk gugup
Setelah Samchon dan Joan melangkah keluar pintu, Shayna melipat bibirnya kedalam mengulum senyum. Samchon menoleh ke belakang melambaikan tangan pada Shayna sambil tersenyum, dan mendapat balasan lambaian tangan dari Shayna.
Shayna menutup pintu sambil senyum senyum sendiri.