Jessa dan Bos - 1

1026 Words
Moonlight Palace adalah sebuah restoran ternama di Chicago, IL. Restoran ini memiliki lima cabang di beberapa kota yang ada di benua Amerika. Pemiliknya bernama Evan Carrillo, seorang pria dengan tinggi 185 cm, memiliki bulu halus disekitar wajah, dan berusia 40 tahun. Evan adalah seorang duda yang ditinggal pergi oleh istrinya karena saat itu ia masih belum berhasil dalam bisnisnya. Evan memiliki satu anak dari hasil pernikahan pertamanya, anak itu bernama Kiran Carrillo. Wanita berusia 20 tahun, dan sekarang sedang kuliah di Cambrige University. Restoran utama yang ada di Chicago berada tidak jauh jaraknya dari rumah mewah Evan. Di sana, ada seorang wanita bernama Jessa yang bekerja sebagai manager. Evan memilih Jessa karena wanita itu adalah seorang pekerja keras dan juga sangat pandai dalam manajemen restoran. Evan memang sangat jarang berkunjung ke restoran itu. Akan tetapi, setelah pertemuannya dengan Jessa, beberapa waktu terakhir, ia sangat rutin mengecek laporan di sana. Dengan ribuan alasan dibuatnya agar bisa bersama Jessa meski hanya sekedar membahas pekerjaan. Pagi ini terlihat jika restoran masih belum dibuka. Jessa sudah datang sejak pukul delapan pagi, dan ia juga yang membuka pintu restoran untuk karyawan lainnya. “Selamat pagi,” sapa Jessa pada seorang waitress pria. “Nona Jessa, selamat pagi,” balas pria itu. Jessa terlihat mengeluarkan kunci untuk membuka pintu restoran, dan akhirnya setelah terbuka mereka semua masuk ke dalam sana untuk bersiap. “Kalian persiapkan semuanya dengan baik, aku ada di dalam kantor untuk mengerjakan beberapa laporan yang diminta oleh boss kita,” jelas Jessa. “Baik, Nona.” Jessa berjalan masuk ke dalam ruang kantornya yang ada di lantai dua restoran itu. Ia meletakkan tasnya di atas meja, lalu sedikit meregangkan tubuhnya sebelum duduk di kursi kerja itu. “Hari ini pasti akan sangat melelahkan,” gumam Jessa. Wanita itu mulai membuka laptop yang ada di atas meja kerjanya, dan mulai membuka beberapa file laporan mingguan dan bulanan. Semalam Jessa sangat terganggu oleh Evan yang terus meminta laporan dalam minggu ini. Karena tidak biasanya pemilik restoran itu meminta laporan pada malam hari. Tok … Tok … Tok … Ceklek Seorang karyawan kasir datang menemui Jessa di kantornya, ada hitungan minus pada mesin kasir, tentu saja hal itu akan menjadi masalah yang cukup membuat Jessa pusing. Akhirnya Jessa turun ke lantai satu dan mencoba mencari tahu dimana letak kesalahannya. Karena jadwal karyawan semalam bukanlah yang pagi ini datang. “Jenna, apa kau sudah memastikan jika semua hitungan itu benar?” tanya Jessa. “Tentu saja, Nona. Karena semalam bukan aku yang bertugas, maka dari itu aku harus memastikan jika uangnya benar-benar terhitung dengan benar di dalam mesin ini,” jelas Jenna. “Siapa yang bertugas semalam?” tanya Jessa. “Iris, wanita itu yang berjaga semalam,” sahut Romi. “Baiklah, bisakah salah satu dari kalian menghubunginya? Aku sangat sibuk di atas, suruh saja Iris datang memastikan, jika kalian masih kesulitan biar Marcel yang menyelesaikannya, bukankah seharusnya pria itu sudah datang?” tanya Jessa. “Marcel mengalami musibah, Nona. Ia memberitahu aku jika mobilnya mogok, dan harus menggunakan kendaraan umum untuk sampai kemari,” sahut Romi. Jessa nampak menghela napasnya kasar. Ia kini mau tidak mau harus segera menyelesaikan masalah keuangan itu, sebelum restoran dibuka. “Kalian cepat bersihkan restoran ini, kembali ke pekerjaan masing-masing. Jenna, bantu aku dengan terus menghubungi Iris,” ujar Jessa. “Baik, Nona.” Jessa kembali ke ruang kerjanya, ia bekerja dengan cepat kali ini. Karena tidak ingin terkena amukan dari Evan sang pemilik. Jessa menunda laporan untuk minggu ini karena masalah keuangan yang minus. “Nona, Iris tidak mengangkat telepon dariku,” ujar Jenna. “Berapa minus yang ada di dalam alat kasir?” tanya Jessa. “Lima juta, Nona.” “Ya sudah, pakai uang ini. Aku akan menyelidiki kasus ini secepatnya. Sebaiknya kau diam dan jangan memberitahu yang lain mengenai masalah ini. Aku hanya tidak ingin pemilik restoran mengetahui kecerobohan kalian,” jelas Jessa. “Baiklah, Nona. Terima kasih karena sudah membantu aku,” ucap Jenna yang akhirnya kembali ke meja kasir dan memulai pekerjaannya. Sementara itu, Jessa nampak sangat bingung. Uang lima juta itu akan ia gunakan untuk memulai usahanya sendiri, tetapi karena masalah seperti ini tidak bisa diabaikan, hingga membuatnya harus rela. Jessa meraih ponsel miliknya dari dalam tas, lalu ia menekan nomor telepon seseorang. “Halo, Aden. Kau dimana?” tanya Jessa pada seseorang yang ada di seberang telepon. “Apa kau sudah merindukan aku, Sayang?” “Aku sedang dalam masalah, apa kau bisa membantu aku?” tanya Jessa. “Hmm, sepertinya masalah serius. Ada apa?” “Iris, apa kau mengetahui sesuatu tentang wanita itu?” “Apa ia yang berdiri di meja kasir?” “Ya, aku kehilangan lima juta karena dirinya.” “Tunggu lima menit, aku melihatnya beberapa detik lalu.” Tut Aden memutuskan sambungan teleponnya. Dan kini Jessa hanya bisa menunggunya saja. “Semoga Aden bisa mendapatkan wanita itu,” gumam Jessa. Setelah kembali berkutat pada laptop di atas meja kerjanya, Jessa dikejutkan dengan kedatangan Evan yang tiba-tiba. Pria itu masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Jessa, dan membuatnya langsung berdiri menyambut kedatangannya. “Tu-tuan Evan, selamat datang,” sapa Jessa. “Duduklah, jangan sungkan padaku,” ujar Evan. “Baik, Tuan.” Evan duduk di seberang Jessa, lalu tersenyum manis pada wanita itu. Jessa yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya bisa membalasnya dengan senyuman ramah. “Maaf Tuan, untuk laporan minggu ini ada kendala, apa aku bisa memberikannya sore nanti?” tanya Jessa langsung. “Baiklah, untuk bulan lalu berikan padaku sekarang juga,” ujar Evan. Jessa memberikan berkas itu pada Evan, lalu pria itu menerimanya dan membutuhkan waktu beberapa menit untuk membaca. Jessa terlihat sedikit canggung, karena mereka hanya berdua di dalam sana. Tidak biasanya Evan datang seorang diri, karena biasanya ia akan bersama asistennya yang bernama Ulrik. “Baiklah, laporan kerjamu cukup baik, Nona Jessa. Aku memberikan nilai plus pada laporan kali ini. Lalu kendala apa yang kau alami saat ini?” tanya Evan. “Hanya perhitungan kasir yang sedikit mengalami kesalahan, Tuan,” jelas Jessa. “Begitu rupanya.” Evan terdiam sejenak, dan meraih ponsel miliknya dari saku jas untuk menghubungi seseorang. “Ulrik, kau bisa pergi ke kantor sekarang, aku akan berangkat sendiri ke sana,” ujar Evan pada asistennya. Setelah itu sambungan telepon ia putus, lalu Evan menatap mata Jessa dengan tatapan yang tidak bisa di ungkapkan. “Maaf Tuan, apa aku berbuat salah? Karena beberapa hari ini kau selalu meminta laporan restoran padaku,” ujar Jessa. “Tidak, kau tidak salah, Nona Jessa. Aku hanya ingin mendengarkan suaramu saat itu,” ungkap Evan. Jessa terlihat malu mendengar pernyataan Evan kali ini, bagaimana bisa seorang pemilik restoran tertarik pada dirinya. “Maaf, apa maksud ,Tuan?” tanya Jessa. “Jessa, aku menyukaimu. Apa kau mau menjadi kekasihku?” Jessa menelan ludahnya dengan kasar, ia masih terkejut dengan pernyataan cinta dari pria duda yang sedang duduk di hadapannya itu. Suasana di dalam kantor Jessa menjadi hening, bahkan tidak ada suara apapun di sana kecuali hembusan angin dari AC pada ruangan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD