Empat

479 Words
"Mmmppf ... mmmppf ...." "Ah ... Ah," Desahan dua orang manusia yang sedang berciuman mesra dilanda gairah menggebu mendominasi ruangan bernuansa putih abu-abu itu. Alex  menyilangkan kedua tangannya di d**a dan mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka, menelan pelan salivanya. "Pelan-pelan, sayang. Pelan-pelan," desis Amara sembari memagut mesra bibir merah Santoso. "Aku sudah nggak tahan lagi." Santoso menciumi balik dengan beringas Amara. Alex memutar bola matanya malas, mengendap-endap dia menuruni tangga lalu berhenti dan berbalik lagi sambil secara sengaja mengeluarkan suara batuk. "Uhuk ... Uhuk!" Amara dan Santoso yang mendengar ada orang yang segera datang segera menyudahi aktivitas mereka. Alex membanting pintu dan berusaha mengatur napasnya. "Pagi-pagi sekali kamu sudah datang, Amara?" sapa Alex melirik jam tangan yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi, lalu menatap tajam ke arah Amara yang sedang membetulkan letak roknya. "I--iya, Pak. Kebetulan aja pengen datang pagi. Kebetulan kemarin jam delapan malem saya sudah ketiduran, jadinya hari ini sudah bangun pagi-pagi sekali." Amara menjelaskan pada Alex yang sudah hendak masuk ke dalam ruang kerjanya. "Selamat pagi, Pak!" sapa Santoso, office boy baru di kantor dimana Alex bekerja. "Pagi Santoso. Ruangan Bapak sudah kamu bersihkan?" "Sudah, Pak. Saya permisi dulu. Mau bersihin ruangan yang lain," pamit Santoso agak takut-takut, lalu melewati Aamara yang sudah kembali di balik mejanya. Pria itu berhenti sejenak lalu menyentuh celananya yang terlihat ada sesuatu yang mengeras di sana. Amara menelan ludahnya dan menatap dengan penuh nafsu. "Nanti jangan pulang dulu yah. Tunggu aku di sini," kata Amara berpura-pura merapikan tumpukan buku-buku di atas mejanya. Santoso mengangguk pelan lalu pergi meninggalkan Amara. Amara merapikan bajunya lagi, menatap dandanannya. Dia tak mau sampai ketahuan dengan karyawan yang lain kalau dia ada main dengan office boy baru mereka. "Kalian dilarang melakukan hubungan s*x di kantor ini! Kalau sampai ketahuan, aku nggak segan-segan mengambil tindakan tegas!" Tak tahu darimana Alex sudah berdiri dihadapan Amara. Gadis itu terkesiap kaget. "Ja--jadi Bapak melihatnya tadi?" kata Amara gugup dengan wajah pucat pasi. "Ya, aku lihat tadi. Kali ini kamu saya ampuni. Mengerti kamu, Amara?" "I--iya. Maafkan saya, Pak." Alex mengangguk pelan lalu masuk lagi ke dalam ruang kerjanya dan memulai aktifitas kerjanya. Sedang Amara masih syok akibat teguran Alex barusan. Sepertinya dia harus membatalkan pertemuannya dengan Santoso nanti sepulang kerja. Dia takut kalau nanti ketahuan, bukan tidak mungkin Alex akan memperingatinya lagi atau bahkan mungkin memecatnya. Santoso, office boy baru, cowok tinggi kurus dengan warna kulit kuning langsat itu memamng menggoda birahi Amara sejak pertama kali cowok itu masuk kerja 4 hari yang lalu. Ciumannya yang dahsyat masih dirasakan hangat di bibir Amara. Kumis tipisnya menyentuh bibir merah Amara menambah rasa geli yang begitu memabukkan. Sungguh Amara ingin sekali menuntaskan pertandingan tadi tapi sayang Alex, bosnya itu keburu datang. Sekarang Amara sedang memutar otak bagaimana ia bisamelampiaskan nafsu bejatnya pada Amara, sedang dia tak mungkin melakukannya di rumahnya karena dia adalah seorang istri dengan dua anak. Mungkin aku bisa sewa hotel atau paling nggak aku dan Santoso bisa melakukannya di rumah Santoso, pikir Amara sambil menatap langit-langit kantornya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD