Dua

605 Words
Alex baru saja keluar dari kamar mandi. Kamarnya terlihat kosong. Dengan masih berbalut handuk, Alex melangkah keluar kamarnya. "Sayang, dimana kamu?" "Aku disini, didapur sayang" balas Wanda dari arah dapur. "Sedang apa kamu?" "Ini udah aku siapin nasi goreng buat kamu. Pasti kamu lapar khan, sayang?" Wanda mengerling. Diakui Alex ia memang lapar setelah permainan barusan. Bau khas nasi goreng menggugah selera makannya. "Oh iya sayang, aku lupa. Deni udah disini loh. Kayaknya tadi itu anak ketiduran. Aku panggil dulu ya. Den...Deniii..." Wanda memanggil Deni yang ada dilantai atas. Deni adalah adik Wanda yang kini mulai beranjak dewasa. Ia masih berumur hampir 17 tahun. "Iya mbak...aku datang" tak beberapa saat terdengar langkah - langkah kaki dari atas. Remaja itu kira-kira lebih tinggi dari Wanda, mungkin 170cm. Dengan wajah tampan khas Tionghoa dengan kulit yang putih bersih dan sedikit langsing. Berbeda dengan Alex yang tegap perkasa karena ia selalu pergi ngegym. Seperti layaknya remaja kebanyakan yang sedang dalam masa pertumbuhan, tubuh Deni memang terlihat langsing dan mungkin lama kelamaan akan berisi dengan berjalannya waktu. Dan disekitar bawah hidungnya ditumbuhi sedikit bulu bulu tipis. Remaja itu jelas sekali mirip dengan Wanda. Hanya paras wajahnya saja yang lebih tegas dan kulitnya lebih sedikit gelap dibandingkan dengan Wanda. Tatapannya jelas terlihat kalau dia seorang yang cerdas dan sedikit introvert. Alex berdiri sambil mengencangkan handuk yang melilitnya dan berusaha untuk tersenyum. Deni memberi senyum balik. "Sayang, ini Deni. Deni ini Alex" ucap Wanda mengawali. Dia menyuruh Deni menjabat tangan Alex dan Deni menurutinya. "Hallo.." sapa balik Alex mengangsurkan tangannya ke arah Deni. "Hallo Mas" balas Deni. Dia tersenyum manis dan membalas jabat tangan Alex dan mengamati Alex dari atas sampai kebawah. "Ayo kalian makan sekarang. Kayaknya kalian terlihat lapar deh" kata Wanda mencairkan suasana sambil mempersiapkan peralatan di meja makan.  Wanda dan Deni duduk berhadapan dengan Alex. "Deni mungkin akan menginap disini selama seminggu. Kebetulan dia sedang liburan sekolah, sayang" "Oh iyah? Baguslah Deni. Disini suasananya sepi dan nggak jauh dari pantai. Ada kolam renang juga dibelakang vila, kalau kamu mau." "Iya mas, aku suka tempat ini" kata Deni malu-malu. "Oh iya Lex, si Deni ini sering juara kelas loh. Dia paling jago soal Matematika, fisika dan kimia." "Wow...itu khan mata pelajaran yang lumayan sulit. Aku paling benci Kimia" Alex tertawa dibarengi senyum Deni. "Dia ini orangnya sedikit pemalu. Maklum masih pubertas ya, Den" Deni cuman tersenyum tipis. "Ngomong-ngomong nanti kalau kamu lulus mau ngelanjutin kuliah dimana, Den?" tanya Alex sambil menyantap nasi gorengnya. Deni masih memperhatikan Alex. Tubuh Alex yang atletis memberikan sensasi tersendiri baginya. "Eh anu mas...aku belum tau. Aku masih belom memikirkannya" ucapnya sedikit gugup. "Papa sih menganjurkan dia melanjutkan keluar negeri, sayang. Diluar negeri dia khan bisa belajar lebih banyak. Begitu lulus ya balik lagi ke Indonesia dan bisa membuat bangga keluarga" "Bagus itu kuliah diluar negeri. Biar masa depan lebih cerah, Den." "Ya, Mas. Saya juga sedang mempertimbangkan itu. We'll see lah. Trus gimana dengan mas Alex sendiri? Gimana pendapat mas Alex tentang mbak Wanda?" "Oh kalau itu mas Alex sudah tahu kualitas mbak Wanda, Den" kelakar Wanda bercanda. Alexpun tergelak. "Ya ya, Wanda. Aku sih sampai saat ini belom ada komplain sama Mbakmu, Den. Mudah-mudahan hubungan ini bisa bertahan lama." "Mudah-mudahan ya, Mas." Setengah jam berikutnya dilalui mereka dengan candaan disela-sela santap siang. Suasana sedikit mencair sedikit demi sedikit. Deni sejatinya anak yang hangat cuman perlu di treatmen saja supaya dia tidak malu untuk bersuara dan mengeluarkan pendapatnya. Alex menangkap sosok Deni adalah anak yang memang cerdas. Terbukti ketika mereka berbicara, Deni selalu memberikan contoh-contoh atau data-data yang bisa dicerna dengan logika. "Sayang, aku mau renang dulu ya, sekalian mau ngendorin otot-ototku dulu" "OK sayang. Aku rebahan aja lagi ya. Rasanya malas hari ini. Den, kamu temenin Alex ya!" "I..iya, Mbak" jawab Deni gugup yang sedari tadi memperhatikan tubuh putih atletis Alex. Dan merekapun bergegas menuju kolam renang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD