Bertemu Tante

1006 Words
Aeris merasa tidak nyaman karena Daniel menatapnya dengan penuh minat seolah-olah ingin menelanjangi tubuhnya. "Bagaimana kalau kita berdansa? "Dengan senang hati." Anne menyambut uluran tangan Liam dan pergi ke lantai dansa. Mereka begitu asyik menikmati musik yang dimainkan DJ. Anne bahkan sampai lupa jika mengajak Aeris ke kelab malam untuk menemaninya. "Kamu tidak turun?" "Tidak," jawab Aeris sambil memperhatikan Anne yang sedang berciuman dengan Liam. Sahabatnya itu mudah sekali jatuh cinta. Daniel menyeringai sambil menelusuri tubuh Aeris dari atas sampai bawah. Dia merasa sangat beruntung bertemu dengan gadis polos seperti Aeris. "Untukmu." Kening Aeris berkerut dalam menatap segelas minuman berwarna merah yang Daniel ulurkan. Dia takut minuman tersebut mengandung alkohol. "Minuman ini tidak mengandung alkohol," ucap Daniel saat melihat keraguan di wajah Aeris. "Sungguh?" tanya Aeris memastikan. "Iya." Aeris pun menerimanya dan meminumnya hingga tandas. Tanpa dia sadari Daniel menyeringai penuh kemenangan. Minuman tersebut sebenarnya mengandung alkohol yang cukup tinggi. Hanya saja aromanya tersamarkan oleh buah stroberi. Orang yang tidak pernah minum seperti Aeris bisa dipastikan akan langsung mabuk. *** Putus cinta sejak tiga tahun lalu belum bisa membuat Leon melupakan mantan kekasihnya. Alea Kristiana—cinta pertamanya. Leon tidak pernah tahu alasan apa yang membuat Alea tiba-tiba meminta putus. Padahal dia dan Alea mempunyai impian untuk menikah dan hidup bersama sampai maut memisahkan. Apa cinta yang dia berikan untuk Alea belum cukup? Apa Alea sudah tidak tahan menghadapi sifat dinginnya? Entahlah, Leon tidak tahu. Memikirkan Alea malah membuat d**a Leon semakin terasa sesak. Gadis itu mendadak hilang seperti ditelan bumi setelah meminta putus darinya. Di mana Alea sekarang? Apa gadis itu baik-baik saja? Leon kembali meneguk segelas wine yang di tangannya karena malam ini dia ingin berhenti sejenak memikirkan Alea. "Gadis itu cantik sekali." Leon pun mengikuti arah pandang sahabatnya yang bernama Brian, melihat seorang gadis yang memakai mini dress berwarna merah maroon yang memperlihatkan jelas lekuk tubuhnya. Kedua mata Leon sontak membulat saat menyadari siapa gadis itu. "Tante?" gumamnya pelan. "Kamu bilang apa?" tanya Brian karena tidak mendengar suara Leon dengan jelas. "Bukan apa-apa." Kedua mata Leon terus memperhatikan Aeris. Untuk apa tantenya pergi ke tempat seperti ini? Apa lagi memakai mini dress seperti itu? Apa Aeris tidak sadar jika banyak lelaki yang menatapnya lapar? Aeris terlihat seperti anak kelinci yang tersesat di kandang serigala. "Aku tidak pernah melihat gadis itu di kelab ini. Sepertinya dia orang baru." Leon hanya diam mendengar ucapan Brian barusan. Dia tidak pernah menyangka tante yang dikenal polos berani pergi ke tempat hiburan malam. "Dia cantik, ya?" "Biasa saja," jawab Leon malas. Baginya gadis paling cantik di dunia hanya Alea. Brian terkekeh karena tahu jika Leon belum bisa melupakan Alea. "Siapa cowok bule itu? Apa dia pacarnya?" Leon memperhatikan lelaki berwajah kebarat-baratan yang sedang minum bersama Aeris. Pacar? Tidak mungkin. Setahu Leon tantenya itu tidak pernah memiliki pacar. "Sepertinya gadis itu mabuk." Brian kembali bersuara. Leon menyipitkan kedua matanya agar penglihatannya jelas. Aeris terus saja minum minuman pemberian Daniel. Dasar bodoh! Sepertinya Aeris tidak tahu kalau minuman itu memabukkan. "Cowok bule itu menang banyak. Lihatlah, Le, tangannya mulai berani membelai pipi gadis itu." Leon kembali menuang wine ke gelas hingga penuh, berusaha tidak memedulikan apa yang Brian katakan. Jika Aeris mabuk dan ingin menghabiskan malam bersama Daniel itu bukan urusannya. Brian berdecak. "Gadis itu polos banget. Kenapa dia diam saja pahanya dibelai-belai seperti itu?" Brian menarik napas panjang, berusaha meredam amarahnya agar tidak memaki Leon karena membuat wajahnya lengket. "Mau pergi ke mana kamu?" tanya Brian karena Leon tiba-tiba berdiri. Leon berjalan dengan cepat menghampiri Aeris dan Daniel mengabaikan pertanyaan Brian karena tantenya itu sudah sangat mabuk hingga tidak menyadari jika Daniel berbuat kurang ajar. "Singkirkan tangan kotormu itu darinya." Leon menahan tangan Daniel yang ingin menyentuh Aeris, kedua matanya menatap Daniel tajam. "Memangnya siapa kamu?" "Aku keponakannya." Daniel malah tertawa. "Kamu pikir aku percaya? Mana mungkin Aeris punya keponakan yang sudah besar seperti kamu. Sebaiknya kamu cari wanita lain karena malam ini dia milikku." Daniel menarik tubuh Aeris ke dalam dekapan, lalu mengecup pipi gadis itu singkat. Wajah Leon mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Leon sangat membenci lelaki hidung belang yang suka merendahkan wanita. Bugh! Leon melayangkan sebuah pukulan tepat di pipi Daniel hingga membuat lelaki itu jatuh tersungkur. Dia segera meraih tubuh Aeris dalam dekapan agar tidak ikut jatuh. "Sudah aku bilag kalau dia tanteku," tandasnya terdengar dingin. Daniel mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Pipi kanannya terasa nyeri karena pukulan Leon sangat keras. Keributan yang terjadi di antara mereka berhasil menarik perhatian pengunjung kelab hingga berkumpul mengelilingi mereka. "Ada apa ini? Astaga, Aeris?!" pekik Anne saat melihat Aeris tidak sadarkan diri dalam gendongan Leon. "Jadi kamu yang membawa tante Aeris ke sini?" Anne melirik Leon dengan takut-takut karena keponakan Aeris itu terlihat sangat menyeramkan saat marah. "Bilang ke Si Berengsek itu kalau aku memang keponakan tante Aeris." Daniel sontak menatap Anne, meminta penjelasan. "Di-dia memang keponakan Aeris," ucap Anne takut-takut. Daniel tercengang mendengar ucapan Anne barusan. Ternyata Leon berkata jujur jika Aeris adalah tantenya. Leon membetulkan posisi Aeris dalam gendongannya. "Minggir!" perintahnya agar pengunjung kelab memberi jalan. Dia akan mengantar gadis itu pulang. "Tante ...?" gumam Brian saat punggung Leon sudah menjauh dari pandangannya. Dia baru tahu jika Leon memiliki tante yang terlihat lebih muda darinya. "Dasar merepotkan," gumam Leon sambil mendudukkan Aeris di kursi samping kemudi. Tanpa sadar dia menelan ludah saat melihat penampilan Aeris. Pantas saja Daniel ingin sekali menyeret Aeris ke ranjang karena tantenya itu terlihat sangat seksi malam ini. Leon berani bersumpah, Aeris pasti bisa membangkitkan gairah siapa pun lelaki yang melihatnya. Dia pun melepas jas yang dipakainya untuk menutupi tubuh Aeris. "Papa jangan, Aeris takut. Jangan, Pa ...." Leon menatap Aeris dengan lekat. Air mata menetes dari sudut mata gadis itu. Apa Aeris sedang mimpi buruk? Entahlah, Leon tidak tahu. Lebih baik dia segera mengantar Aeris pulang. "Berapa nomor kunci apartemen, Tante?" tanya Leon saat tiba di apartemen Aeris. Aeris malah memejamkan kedua matanya erat-erat karena kepalanya terasa pusing. Pikiran gadis itu mendadak kosong. Aeris lupa berapa nomor kunci apartemennya. "Berapa, Tante?" desah Leon tidak sabar karena Aeris tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD