2. Opening

931 Words
It started with love. Pertama kali Clara melewati pintu rumah ini, dia sudah memiliki perasaan bahwa dia tidak akan mampu keluar. Clara membuka matanya beberapa saat yang lalu dan mendapati dirinya di sebuah ruangan gelap dengan udara dingin. Tubuhnya terlentang diatas sebuah tempat tidur bangsal, ketika dia mencoba begerak, semuanya terasa kaku. Dia baru menyadari bahwa kedua tangannya terikat keatas, rasa takut kelewat menguasainya kali ini, mencapai ubun-ubun, akan tetapi ketika dia mencoba berteriak meminta tolong, hanya ringisan tidak seberapa yang keluar karena mulutnya tertutup lakban. Ringisan itu semakin menjadi ketika dia mendengar pintu ruangan ini terbuka, memasukkan sedikit cahaya dari arah sana dan sesosok lelaki yang tidak bisa dia lihat dengan jelas. Clara menggerakkan tubuhnya sekuat yang ia bisa, berharap mampu melepaskan ikatan pada tangannya. Sayangnya, usahanya tidak membuat perubahan yang signifikan. Lelaki yang baru masuk membawa sebuah lilin itu tersenyum menyeringai. Dia ingin tertawa melihat hal yang bisa gadis itu lakukan hanyalah menunjukkan rasa takutnya yang luar biasa dengan mata terbelalak, teriakkan yang tidak bisa ia tumpahkan dan tubuh yang meronta sekuat mungkin tetapi tak bisa bergerak banyak. "Kau tertidur lebih lama dari dugaanku. Mimpi indah, eh?" Clara menggeleng-gelengkan kepalanya, ketakutan karena pria itu semakin mendekat dan memohon dalam hati agar pria itu segera bebaskan dia dari sini. Akan tetapi, yang dilakukan pria itu adalah menyentuh tubuhnya. Clara semakin bergidik saat dia membuka beberapa kancing teratas dengan paksa, membuat pemerontakkan dan takut gadis itu semakin menjadi. Demi apapun, dia tidak pernah rasakan hal yang lebih menakutkan dari ini. Teror yang terus berlalu-lalang di benaknya begitu menyiksa dirinya ditambah keadaan sekarang yang begitu memungkinkan hal-hal yang ia takutkan bisa terjadi. "Kenapa? Kau kedinginan?" tanyanya dengan nada suara yang begitu lembut, seperti sama sekali tidak berniat jahat. Clara mengangguk, akan tetapi pria itu memberikan dirinya senyuman yang begitu menakutkan. Yang dilakukan pria itu selanjutnya sama sekali tidak terduga olehnya. Pria itu menumpahkan carian lilin panas itu ke bagian d**a Clara yang terekpos. Membuatnya reflek mengeluarkan pekikan yang sekali lagi hanya berupa ringisan. Pria itu kemudian mengusap airmata Clara yang telah membanjiri wajahnya sedari tadi, "Kau sudah melupakanku, Clara?" Clara menatap ngeri kearahnya, mencoba perhatikan. Dengan pandangan yang dihalangi air mata, dia dapat melihat pria ini mengenakan kemeja hitam, rambutnya bewarna gelap, dan wajahnya sama sekali tidak semengerikan wajah-wajah penjahat sinting yang terbayang oleh Clara sebelumnya. Dalam hati ia berteriak, "Kai? Mana mungkin!" "Kau sepertinya benar-benar sudah lupa." Dia mengelus lembut rambut Clara, bagaikan penuh kasih sayang. Tapi kemudian dia menjambaknya kuat sembari berkata, "Kuharap kau tetap sama. w************n yang tidak tahu diri." Clara sadar bahwa tebakkannya tidak salah. Pria ini benar Malachai Kim, dia dapat mengetahui itu dari melihat mata sayunya yang gelap. Tetapi yang tidak ia mengerti adalah, bagaimana dia bisa berada disini? Apa yang diinginkannya? Kenapa Kai melakukan ini kepadanya? Kenapa Kai tidak lain seperti seorang pria psikopat? Dan lagi, Clara sama sekali tidak mengerti dengan ucapan terakhir yang keluar dari bibir pria itu. terlihat jelas bahwa Kai begitu membencinya. "Kau hanya boleh bertanya satu pertanyaan." Kai melepaskan lakban pada mulut Clara dengan tarikkan paksa, membuat nyeri tertinggal pada kulit sekitar bibirnya disertai dengan teriakkan yang sedari tadi tertahan keluar begitu saja. Kai kemudian mencengkram kuat mulut gadis itu dengan tangannya, "aku tidak menyuruhmu berteriak!" desisnya tajam. Sebelum suaranya melunak, "What's your question?" Clara berpikir sebentar. Kai memperingatinya hanya ada satu pertanyaan. Sedangkan yang ingin dia ketahui jawabannya begitu banyak, ditambah insting untuk menyelamatkan dirinya membuat dia terdesak. "Keluarkan aku dari sini, Kai!" dia bersuara frustasi, nyaris memohon. Kai mengeluarkan seringainya, ternyata gadis itu mampu mengingat dirinya pada akhirnya. "Kau gila!" dan setelah Clara mengeluarkan serapahnya itu, dia mendapati tamparan kuat pada pipinya. "That's for your stupidity." Tamparan itu tidak berlangsung hanya sekali, Kai melakukannya lagi hingga sudut bibir gadis itu mengeluarkan sedikit darah, "and this is what will you get if you talk back to me." Napas Clara semakin memburu, dia mengap-mengap mencari udara, tamparan Kai yang kasar betul-betul membuatnya tersiksa dan kesulitan bernapas. Airmatanya yang terlalu banyak ia habiskan nyaris tak bisa keluar lagi. "For your information, Clara. From now on you are mine. I have the rights to do whatever I want. To destroy you, to hurt you, to make you do something I want, to trash you. So, you have to know that from now on, you can not do anything without my permission. Understand?" Clara menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar kalimat demi kalimat yang keluar begitu dingin dari mulut Kai barusan. Apa-apaan? Apakah Kai betul-betul menjadikannya sebagai benda mati yang bisa ia gunakan seenaknya? "Kau gila, aku sama sekali bukan barang!" Clara berteriak marah, dia masih berani membalas. Sementara Kai mengeluarkan senyum jahatnya. "Kuharap kau tidak menyesal telah mengatakan itu." Setelahnya, dia menyobek seluruh pakaian yang menempel pada tubuh gadis itu, mencumbuh tubuh indahnya tanpa persetujuan. Kai melakukannya, melakukan sesuatu yang tidak akan mungkin dilupakan Clara seumur hidup. Trauma, rasa sakit, marah, kesal, penghinaan yang akan selalu dikenangnya sebagai kenyataan terburuk yang ingin sekali ia hapus dan buang jauh-jauh. Kai berhasil membuat Clara menuruti semua kata-katanya walau dengan terpaksa, berhasil mengambil alih seluruh kehidupan gadis itu. Berhasil membuat gadis itu ketakutan bukan main. Kai sama sekali tak lebih dari seorang monster kejam yang baru saja menghancurkan kehidupannya. “Look, you like it too,” bisiknya setelah mendengar desahan yang keluar dari bibir merah Clara, merasa menang. "Dan kau tahu? Kau baru saja dibuang oleh ayah kesayanganmu." Hal yang baru saja diberitahu oleh Kai sama sekali tidak bisa ia percayai begitu saja. Bagaimana bisa dia percaya dengan psikopat tidak punya hati ini? Beberapa tahun yang lalu, Clara pernah mengenal Kai. Mereka berada dalam sekolah yang sama. Satu hal yang dia pelajari dari diri anak itu beberapa tahun yang lalu. Dia merupakan pria cerdas dan baik hati yang tidak akan mungkin melakukan hal sekeji ini. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD