bc

journey to the past~

book_age18+
2
FOLLOW
1K
READ
reincarnation/transmigration
HE
badboy
confident
heir/heiress
drama
bxg
brilliant
witty
nerd
campus
high-tech world
secrets
chubby
photographer
like
intro-logo
Blurb

Ayumi,seorang gadis berusia awal 20 tahun tersadar dari tidurnya bahwa dia asing dengan suasana kamarnya.Apakah Ayumi di culik?

Dia berjalan menyusuri jalan dengan kepala yang penuh keheranan dengan apa yang dia lihat di sekelilingnya. Ternyata Ayumi terjebak di tahun 2017,tepatnya 25 tahun sebelum kelahirannya!! Mengapa ini bisa terjadi? Apakah Ayumi berkhayal? Ataukah Ayumi bermimpi?

Sambil mencari jawaban atas semua pertanyaan di kepalanya, Ayumi tidak sadar bahwa banyak jawaban dan kejutan yang menanti Ayumi di depan! seperti apa kelanjutannya?

chap-preview
Free preview
Bagian pertama: Lho, dimana aku?
Ayumi Minera,seorang gadis usia awal 20an mengucek mata nya sambil meraba-raba pinggiran bantal mencari smartphone kesayangannya. Tubuh mungil dan mata sipit-sedang nya sesekali memejam dan membuka merasakan kantuk yang terasa luar biasa. Pagi itu Ayumi bangun dengan air hujan gerimis yang riang gembira mengetuk atap kamarnya. Sesekali musik menyelangi suara gerimis itu. ~Moosimo sekai ga kawaaru noo naraa...~ lagu berbahasa Jepang sahut sahutan dengan air hujan."oh,siapa yang menyalakan musik keras di rumah ini,sih? perasaan nggak ada yang suka lagu Jepang.." Ayumi kembali meraba pinggiran tempat tidurnya. Berharap smartphone nya segera ketemu.Tapi nihil. Ayumi bingung. "Perasaan semalem sambil di charge deh tuh hape" gerutu kecil nya disambut gerimis yang sudah mereda. Nihil. Benar-benar nihil. Ayumi tidak menemukan apa yang ia sedang cari. Sejurus kemudian ia tersadar.Ayumi tidak terbangun dari atas tempat tidurnya. Fikirannya bertanya-tanya. "Loh, eeh? ini kamar siapa? Ayumi mulai berfikir bahwa mungkin itu kamar yang lain di rumahnya. Ayumi bangkit,perlahan menghampiri meja kecil di sudut ruangan serba putih itu.Dia melihat cermin,tidak ada yang aneh dengan dirinya,kecuali fakta bahwa dia tidak mengenal tempat itu.Ayumi mengambil kalender yang terlihat masih sangat baru di atas meja."..Hmmm 2017,apakah koleksi kalender sedang trend hingga kalender lama pun masih disimpan? "gumamnya hampir tanpa suara. Ayumi penasaran, karena sama sekali tidak mengingat apa yang terakhir kali dia lakukan,dan dimana dia berada. Ayumi membuka jendela geser di pinggir tempat tidurnya. Alunan musik yang dari tadi dia dengar makin terdengar jelas, angin kecil sejuk menerpa wajah kecilnya, kicau kicau burung terdengar lembut. Ayumi menyipitkan matanya dari cahaya matahari pagi yang seakan terbit untuk menyorot matanya. Sedetik kemudian ia tercekat, kaget&bingung.Dia mundur beberapa langkah sambil menutup mulutnya.Dia tidak sedang berada di kamar salah satu rumahnya,bahkan dia tidak tahu dia dimana! "Dimana ini? Apa aku sedang di culik? " Batin Ayumi setengah ketakutan."Tapi aku tidak merasa telah diculik" Sambung Ayumi mengamati seluruh badannya khawatir ada luka yang ia tidak sadari.Ayumi memandang kembali sekeliling kamar itu. Itu bukan rumah,itu seperti Apartment studio,terdapat ranjang di salah satu sudut ruangan,jam dinding yang menunjukan pukul 08.30,rak buku,sofa yang menghadap televisi,dapur kecil dengan kompor gas? "kenapa masih ada gas? " Sambung batin Ayumi. Ayumi kembali membuka jendela kamar,melihat sekeliling. Itu seperti lingkungan rumah cukup padat di tengah kota.Ayumi sungguh tidak mengenal tempat tersebut.Penasaran,Ayumi menyalakan televisi."Aah siaran berita lokal,mungkin ini jadi petunjuk aku dimana sekarang". "Artis ternama tanah air yang kini sedang menapaki karir diluar negeri,digosipkan sedang menjalin hubungan dengan artis ternama paman sam,bagaimana ceritanya, simak berita berikut ini", kata seorang pria tampan didalam televisi. " Loh,kok?! Bukannya artis itu sudah menikah lama ya?" Ayumi makin kebingungan,kenapa semuanya tampak sangat ketinggalan zaman?Dengan samar-samar masih terdengar suara pria di televisi tadi membawakan berita,Ayumi membuka pintu kamarnya untuk melihat lebih jelas ke arah luar.Ayumi tersentak! Dari kejauhan ia melihat ke arah banner besar di pinggir jalan raya sana yang bertuliskan "2017 kok skincare nya itu itu aja?" "kenapa 2017 semua? Apa ini festival 2017? " Batin Ayumi masih tidak percaya. Ayumi memakai sandal yang berada di dekat pintu kamarnya,ia tidak tahu itu milik siapa,tapi mungkin saja itu milik penghuni kamar yang dia tempati sejak dia bangun. "Neng,nasi uduk neng",ujar seorang ibu paruh baya yang mangkal di seberang bangunan tempat ia tersadar."Eh iya bu,enggak".Ayumi berjalan lurus sambil melihat seakan ia tidak percaya apa yang sedang ia lihat.Ayumi menuruni tangga,kemudian melihat ke arah sungai kecil didepannya.Ada jembatan berwarna hijau yang hampir usang dimakan waktu.Ayumi beranjak.Menyebrangi jembatan dan menginjakan kaki di trotoar di samping jalan raya."Ah,ini segar sekali".Ungkap Ayumi di tengah kebingungannya karena masih banyak pohon pohon besar di dalam kota. Ayumi masih menyusuri jalan, berharap ia bertemu sesuatu atau seseorang yang ia kenal. Semakin jauh ia melangkah,semakin asing ia merasa. Dengan asumsi bahwa ini festival 2017,tidak mungkin penduduk seisi kota serentak membeli kendaraan dibawah tahun 2017 hanya sekedar memeriahkan sebuah festival.Ayumi berjalan dengan cepat.Dia frustasi, bingung, bahkan hampir menangis. Dia tidak mengenal siapapun disitu bahkan mungkin tidak mengenal siapa dirinya sendiri. Satu satu nya yang ia yakini hanya bahwa nama nya adalah Ayumi. Tidak lebih dari itu. Ayumi duduk di sebuah kursi di taman kota. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang gemetar hampir menangis. Ayumi bahkan tidak memperdulikan orang orang yang lewat yang memandang heran ke arahnya. Tidak lama kemudian,seorang gadis berambut bondol duduk di samping Ayumi,membuka headset di kepalanya, lalu bertanya "Kak, maaf punya gunting? Aku kemarin membeli baju tapi lupa membuka segelnya, pantas saja teman teman tertawa puas! kesal sekali rasanya". Ayumi melirik keheranan, ia berkata didalam batinnya "Gunting? bahkan orang waras pun tidak akan menanyakan gunting kepada seorang wanita yang hampir menangis sambil mengenakan dress baju hitam kan?" "Maaf kak,saya tidak punya", sambung Ayumi. Wanita disampingnya melirik tubuh Ayumi dari atas ke bawah,lalu sebaliknya. Sepertinya ia tidak memperhatikan keadaan Ayumi yang hampir menangis dan ia malah menanyakan gunting. " Oh maaf, maaf sekali kak," Sambung wanita disampingnya kikuk dan terlihat merasa bersalah atas apa yang pertama ia tanyakan. "Maaf, kakak kenapa? kok cantik cantik nangis pagi hari di taman sih? " "Nggak apa apa kok, " sambung Ayumi berbohong. Ia tidak ingin jujur pada orang asing yang baru saja dia temui. "Habis di putusin pacar ya? " Ayumi menggeleng. "Ujian skripsi ya? Yaa pasti itu ya? Aku juga gitu kak,stress banget pas skripsi aku ditolak berkali-kali." Ayumi kembali menggeleng. "Kakak habis 'dikerjain' cowok lalu di tinggalin ya?" sambung wanita itu sambil memberi tanda ketika mengucapkan kata di kerjain. "Enggak kak ,bukan, bukan itu semua. Maaf ya, saya mau sendiri. Kalau kakak yang tidak pergi, saya yang pergi dari sini". " Eits, oke oke oke. Aku ngerti. Yaudah, maaf ya kak aku ganggu momen sedih kakak, hihi. Nikmatin aja sedih nya kakak, dengan gitu sedih akan cepat hilang." Sahut wanita itu. Wanita itu menjulurkan tangan, mengajak salaman. "Aku Mayani, maaf mengganggu kakak sepagi ini". Ayumi menjulurkan tangannya juga, menyalami. Ayumi faham bahwa tidak semua orang harus mengerti kebingungan yang sedang ia jalani. " Mungkin kakak bingung dengan apa yang kakak alami se pagi ini. Tapi kakak harus ingat,sedih juga tidak akan menyelesaikan masalah. Kakak harus survive, merancang hidup lagi, bangkit lagi, karena tidak semua orang bisa bangkit dari keterpurukan. Kakak mungkin bingung ini dimana, tapi ketika kakak tahu,sembunyikan semuanya dan jalani waktu dengan sebaik baiknya". Sambung Mayani, wanita itu sambil berlalu. Hening, sepi, desiran angin seakan berhenti sejenak. Ayumi kebingungan dengan apa yang baru saja ia dengar. Kenapa semua itu terdengar seolah olah wanita itu, Mayani, mengetahui apa yang ia alami? Ayumi melihat telapak tangannya yang baru saja ia gunakan untuk berjabat tangan dengan Mayani. Ayumi menoleh ke belakang,ke kanan,ke kiri,tapi Mayani sudah tidak ada. Ayumi kembali memandang tangan nya. "Tidak semua dapat bangkit dari ke terpurukan, apa maksudnya itu?" Kata Ayumi pelan. "Ketika kamu tahu, sembunyikan apa yang kamu tahu dan jalani waktu sebaik baiknya. Apa maksud semua itu? " sambung Ayumi. Ayumi memegang kepalanya yang sedikit terasa pusing, samar samar terasa seperti kejut arus listrik memasuki antara kedua telinga nya. Ayumi seperti kembali ke beberapa saat, ia berada ditengah kerumunan orang. Didepannya terdapat sepasang foto berbingkai yang bagus. Ya, itu adalah kedua orang tuanya. Namun kenapa kerumunan orang ini menangis? Kenapa semua orang memandang nya dan terlihat sedih? Lalu, kenapa dia memakai dress warna hitam? Ayumi tercekat,beberapa jam yang lalu Ayumi baru saja ditinggal orang tuanya untuk selamanya. Ayahnya dikabarkan terkena serangan jantung mendadak ketika mengendarai mobil bersama ibu nya. Mobil oleng dan menabrak pembatas jalan,lalu terbang dan terbalik di pinggir jalan. Itulah yang ia tahu dari pihak kepolisian.Ditengah upacara pemakaman itu, Ayumi tidak sadarkan diri. Setelah habis itu ia terbangun di tempat aneh yang hampir melupakan ingatannya. Namun, siapa Mayani, wanita misterius yang ketika berjabat tangan dengannya memory Ayumi seakan kembali pulih? Fikir Ayumi. Ayumi duduk menundukan kepala dan sesekali memukulkan tangan ke pelipisnya. "Bagaimana? Bagaimana aku bisa lupa dengan kematian orang tuaku sendiri? Dimana ini? Kenapa aku terbangun di dunia yang aneh ini? " Batin Ayumi seakan menjerit meluapkan banyak sekali pertanyaan yang menumpuk di kepalanya. "Aaaaaaaaarghhhhhhhhhhhhhh" Jerit Ayumi keras seakan meluapkan apa yang sedang ia rasakan. Tapi percuma, rasa bingung, sedih yang mendalam yang seperti kembali menyambutnya, semakin menjadi jadi. Ayumi menangis tersedu-sedu, ditengah orang orang asing yang memandangnya heran. "Neng kenapa? nggak apa apa? Sini, ini minum dulu biar tenang sedikit neng" "Terimakasih bu, " sahut Ayumi menerima botol air mineral lalu mereguknya perlahan. "Ibu maaf saya membuat ibu kaget,terimakasih airnya,saya pamit pulang". " Iya neng, Hati-hati dijalan, jangan sambil bengong ya neng" "iya bu,sekali lagi terimakasih banyak". " Haduuh kasian sekali anak itu. anak itu ngingetin saya sama anak sendiri, kalau putus cinta suka seperti orang gila" Sambung si ibu pada temannya sambil memandang Ayumi dengan iba, yang menghilang dibalik tikungan. Ayumi berjalan gontai menyusuri kembali jalan yang tadi ia lewati. Memasuki area gedung tempat tinggalnya, melewati pedagang nasi uduk yang sedang berbenah untuk pulang karena dagangannya telah habis, yang melihat heran ke arah Ayumi karena Ayumi bermata sembab. Ayumi membuka pintu kamarnya.Tidak di kunci. Melepas alas kaki nya, lalu beranjak. Ia kembali merenungi apa yang telah ia lewati. Bangun tidur di tempat yang asing, semua yang ia lihat terlihat cukup jadul,serta Mayani, wanita misterius yang seperti sengaja ingin mengembalikan semua ingatan Ayumi. Ayumi menutup gorden jendela nya. Ia benar benar kacau. Ia tidak lagi memperdulikan suara lantunan musik dari ruangan sebelahnya,atau suara televisi yang belum sempat ia matikan ketika ia akan berangkat tadi.Ayumi benar benar kacau. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang tempat ia terbangun." Aku tidak diculik," batin Ayumi. "Itu hanya seperti aku sedang bermimpi. Atau memang ini di tahun 2017? Tapi kalaupun itu benar, mengapa aku malah melompati waktu setelah sepersekian waktu orang tuaku meninggal?" Ayumi menelungkupkan badannya. Moment moment bersama kedua orang tuanya seakan kembali menghampiri. Senyum ayahnya yang hangat, hati serta rupa ibu nya yang cantik, sikap mereka kepada Ayumi yang memperlakukannya dengan manis, meskipun ayahnya selalu memarahi Ayumi ketika Ayumi pulang malam,atau ketika Ayumi malas malasan sementara ibu nya sedang sibuk membersihkan rumah. "Ah, ayah kuno sekali!" Hardik Ayumi suatu hari pada ayahnya ketika lagi-lagi memarahi Ayumi. Namun setelah itu,ibu nya datang menghampiri Ayumi dengan pelukan hangatnya. "Tidak apa apa iyang, maksud ayah kamu baik, meskipun cara nya menurut kamu tidak tepat. Dia hanya ingin anak gadisnya menjadi anak gadis yang sayang ibu. Tidak lebih. Iyang sayang ibu, kan? " kata ibu nya menenangkan. "iya kok, iyang sayang sama ibu" Sahut Ayumi. Iyang adalah panggilan Ayumi di rumah. Sebanyak moment itu menghampiri Ayumi, sebanyak itu pula air mata Ayumi menetes. d**a nya sesak, air mata nya tidak terbendung. Ayumi menangis bersama musik dari ruangan sebelahnya yang sudah menghilang. Ayumi seperti di hantam beban berat. Ia ditinggal orang tua yang disayanginya,kemudian ia terbangun di tempat dan waktu yang sangat asing baginya. Tangisannya semakin pelan, air mata yang membasahi bantalnya sudah berkurang. Ayumi terlelap bersama kesedihan dan kebingungan yang bercampur di kepalanya. -Funfact, Ayumi adalah gadis periang,supel, mudah bergaul,bermata sedikit sipit walau dia tahu dia bukan keturunan etnis Asia Timur,dia punya eyesmile ketika ia tersenyum yang merupakan warisan genetik dari ibu nya.- ... "ticktock - ticktock - ticktock".. Suara jarum jam mengiringi tersadar nya Ayumi dari tidur nya. Televisi masih menyala, tetapi ruangan itu sudah gelap. " Aah, ini sudah malam". Batin Ayumi. Rona rona kesedihan masih menggurat di wajahnya yang manis. Ayumi bangkit mencari saklar lampu dengan bantuan cahaya dari televisi, "tick" bunyi saklar lampu yang ia nyalakan. Ayumi duduk di sofa, memindahkan channel televisi yang ia tonton. "Ah,tidak ada yang menarik". Lalu Ayumi mematikan televisi dan ber anjak. Sepertinya ia sudah menerima sedikit fakta bahwa orang tuanya sudah meninggal, meskipun masih meninggalkan lubang yang menganga di dalam d**a nya. Itu pasti. Ayumi berjalan ke arah toilet. " kreeekk" suara pintu toilet ketika Ayumi membukanya. "Benar benar jadul sekali" gerutu Ayumi. "Rumah siapa sih,ini? kenapa ada foto aku juga di sana? " sambung Ayumi. Yang Ayumi maksud di sana adalah foto nya yang terpajang manis di meja dekat tempat tidur. Ayumi kembali berpaling ke kamar mandi. di sana ada cermin, toilet jongkok, sebuah bak mandi ber ukuran sedang, peralatan mandi wanita yang cukup lengkap, dan sebuah lubang fentilasi kecil. "Aarghh bahkan ini sama sekali bukan gaya ku" Ayumi memandang dirinya dalam-dalam di depan cermin. Rambutnya masi rambut se bahu,wajahnya masih sama seperti terakhir kali ia ber cermin, hanya gurat - gurat kesedihan yang ia coba hilangkan saja yang berbeda. Pandangan Ayumi teralihkan kepada kalung yang melingkar cantik di lehernya. Adalah kalung pemberian ibu tercinta nya. Kalung emas yang ber ujung kan gantungan gabungan huruf M-A-C. Ya, gabungan dari inisial namanya dan nama orang tuanya. Manda U. Minera, Ayumi Minera, dan Clawani Mahasa, sang ibu. Ayumi memegang lamat-lamat ujung kalungnya. Samar-samar Ayumi seperti mendengar suara sang wanita misterius, Mayani. "Tidak semua dapat dengan tegar bangkit dari ke terpurukan". Ayumi kembali memandang wajahnya, mengambil air, lalu membasuh muka nya. setelah merasa cukup tegar, Ayumi keluar kamar mandi. Ayumi kembali melihat sekeliling ruangan-yang sejak saat itu sudah benar-benar Ayumi anggap sebagai kamar pribadinya. Sebuah kasur, sofa, televisi, jam dinding, lemari pakaian, rak buku, ah, sederhana sekali. Batin Ayumi. Lalu ia berbalik. Sebuah set dapur. kompor gas dua tungku dengan merk yang sering dia lihat di masa depan, sebuah tabung gas dua buah, tempat mencuci piring, tempat menyimpan wajan dan piring piring, lalu di atasnya ada lemari memanjang. "Ah, mungkin itu tempat makanan berada." Kata Ayumi pelan. disebelah nya adalah kamar mandi,lalu di seberang tempat ia berdiri adalah pintu masuk dengan daun pintu berwarna coklat tua yang di dekatnya ada rak sepatu, penyimpanan payung, serta kunci yang masih menggantung di gagang pintu. Ayumi menarik nafas dalam-dalam, "oke, aku akan mulai disini. Apapun yang terjadi, datanglah. aku harus selalu siap untuk itu". Ayumi kembali teringat kata kata Mayani, "Jika nanti kamu sudah tahu semuanya, jalani tanpa memberi tahu siapapun apa yang kamu tahu, lalu jalani waktu sebaik baiknya." oke. Prasangka samar yang hanya di anggap sepele oleh Ayumi, kini ia mulai meng amini nya. Meskipun sulit, dengan segala keanehan lingkungannya,dengan segala kejadian yang menimpa nya, Ayumi meyakini bahwa ini adalah tahun 2017. 25 tahun sebelum Ayumi di lahirkan. Ayumi ingat, umur ayah dan ibu nya adalah 47-46 tahun ketika wafat. Maka, mungkin di tahun itu mereka seumuran. "Apakah hal aneh ini adalah cara bagi aku untuk bertemu dengan mereka ya? " Batin Ayumi sambil memandang jendela, memandang langit yang dihiasi bintang yang gemerlap. Ah, cantik sekali. "Aku memang tinggal di kota ini,sih,di masa depan juga.Tapi ini terlalu luas untuk mencari mereka. sedangkan aku tidak mungkin menceritakan bahwa aku anak mereka dari masa depan" sambungnya sambil mengigit kuku jari telunjuk nya. Ayumi berbalik, menepuk tangannya pelan, "oke, sebelum memulai hari yang misterius, mari kita lihat apakah aku punya makanan" sambung Ayumi pada dirinya sendiri sambil beranjak ke arah dapur. Ia melihat-lihat sebentar, lalu membuka lemari di atas kompor. "Hanya mie instan? aduhh gimana ini? " Gerutu Ayumi. Tapi karena rasa lapar yang menyerang, mendorong Ayumi untuk mengambil panci kecil dan mengisi nya dengan air keran. susah payah Ayumi menyalakan kompor gas yang sudah jarang ia temui di masa depan. "Ah, nyala juga" sahut Ayumi lega sambil mengelap keringat di dahi melihat api biru yang menyala di depannya. "oke, ini mudah. Aku hanya harus memasukan mie ke dalam air lalu menunggu matang kan ya? " Tanya Ayumi pada dirinya sendiri. Air masih dingin tapi Ayumi sudah memasukkan mie ke dalam panci. "Campurkan semua bumbu ke dalam mangkuk, tuangkan mie beserta kuahnya, mie instan yang lezat siap tersaji" kata Ayumi pelan membaca petunjuk memasak yang terpampang di balik kemasan. Ayumi mengambil mangkuk, sendok, dan garpu kemudian memasukan bumbu sesuai dengan saran penyajian. "Ah, lama banget sih?! " gerutu Ayumi melihat mie di dalam panci yang masih terlihat keras. "Ah, matang nih kayaknya", sambung Ayumi dua menit kemudian melihat mie yang sudah mulai ter urai. Susah payah Ayumi memindahkan mie kedalam mangkuk nya dengan garpu. " Bodohnya aku, kenapa nggak pakai lap aja sih? " kata Ayumi menepuk kepalanya sambil mengambil lap lalu menuangkan semua yang ada di dalam panci ke dalam mangkuk nya. "Dah siaaapp" Sahut Ayumi ceria sambil mengangkat mangkuk nya lalu membawanya ke hadapan televisi. "Sambil nonton mungkin bisa nambah selera makan kali ya", lanjutnya sambil melihat DVD player dan tumpukan kaset dibawah televisi. " Ah, ini sama kayak koleksi ayah di rumah" Ayumi mengambil sebuah kaset film bertuliskan aksara kanji Jepang disertai tulisan latin dibawahnya, "Orange, film apa sih ini ya? " gerutu Ayumi sambil membolak-balik kaset. Bergambarkan dua orang lelaki dan perempuan duduk di bangku taman dengan seragam SMA nya. "Tao Tsuchiya dan Kento Yamazaki, film drama romance, nonton ini ajalah" sambungnya sambil memasukan kaset ke dalam player. Namun sontak, Ayumi terkejut. Ia merasa de javu. Film itu menceritakan tentang seorang wanita yang menerima surat dari dirinya dari masa depan, yang meminta dirinya di masa lalu ketika muda untuk sedikit mengubah alur waktu supaya apa yang ia sesalkan tidak terjadi. satu suapan mie instan mengawali ia menonton. "Harusnya matiin lampu nih" katanya beranjak mematikan lampu kamarnya. Ayumi kembali duduk, fokus melihat adegan demi adegan di dalam film tersebut. "Kok perasaan nggak ada enak enak nya nih mie instan, katanya mie instan lezat siap tersaji.Huuu!!" Ayumi melirik mangkuk nya,kembali menepuk kepalanya. "Ini kenapa airnya banyak sekaliii" Sudah kepalang tanggung,dia melanjutkan makan nya. Dia berhenti menyuap ketika sebuah adegan terjadi. Didalam sebuah surat di dalam adegan itu, salah satu karakter utama pria di katakan akan segera meninggal di masa depan. Maka sang pengirim surat meminta kepada dirinya di masa lalu untuk melakukan sesuatu supaya hal itu tidak terjadi. Karakter perempuan yang penakut dan pemalu, merasa mungkin ia akan gagal melakukan hal tersebut. " Ah kalau aku sih, mungkin bakal coba aja ikutin saran dari surat. Walaupun itu surat iseng pun". Deg. Dada nya terasa di hantam. Mengapa hal ini seakan relate dengan kejadian yang sedang ia alami? Ia termenung. Lalu kemudian melanjutkan menonton film itu. Mungkin saja ada suatu petunjuk tentang apa yang ia alami sekarang. sampai di adegan ketika pemeran utama wanita dan pria di dalam ruangan kelas, ketika sang wanita merenungi teori perjalanan waktu dari guru nya tadi siang. "kita sedang berada di universe yang di gambarkan garis lurus ini. Kemudian kita melakukan perjalanan waktu. Lalu tercipta lah universe garis waktu yang lain. Apa yang kita alami akan terus berjalan semestinya, tapi mungkin berubah di universe yang lain. Dalam artian sekeras apapun kita mencoba, tidak akan berdampak pada universe yang kita tinggali, tapi akan berdampak perubahan pada universe yang lain". "Nah, itu dia!! " sahut Ayumi seperti baru saja mendapatkan sebuah ilham dari langit. "mungkin ayah dan ibu ku akan meninggal di duniaku, tapi aku tidak boleh membiarkannya di dunia yang satu ini. Aku harus berbuat sesuatu! " Dengan semangat Ayumi meletakan mangkuk yang sudah setengah habis lalu mengambil kertas dan bolpoin. "Disini aku akan memulai... " "Aaahh kok aku nggak sadar disini nggak ada air minum sih? " Lagi lagi dia menggerutu menyadari tingkahnya yang suka bodoh ketika sedang buru-buru. Dia melirik air keran, kemudian berpaling lagi. Melirik air keran lagi, lalu berpaling lagi. Tenggorokannya sudah memberi tanda bahwa ia perlu air, tapi minum air keran di tahun segitu Ayumi menjadi ragu. "Yaudah lah, ya. Sekali ini aja aku minum air keran.. " katanya pelan sambil menarik nafas dalam dalam seakan mengumpulkan keberanian. Diambilnya cangkir putih lalu menambahkan air keran itu kedalam cangkir. "glek glek glek" "Aahh lega sekali, yaa meskipun agak aneh sedikit tapi tak apa lah" Sadar dia sendirian di rumah, Ayumi mencuci mangkuk bekas dia makan lalu menata rapi di tempatnya. Ayumi menyeret kaki nya kembali ke arah sofa. Dengan lembut menyandarkan punggung nya, mengambil bolpoin dan kertas yang sudah ia siapkan, lalu membuat sebuah rencana. Sebelum sebuah rencana ditulis, Ayumi kembali termenung. "Sebentar, lalu siapa yang mengirim aku ke tahun 2017 ini? Apa maksud dan tujuannya? kenapa harus Ayumi? Atau, mungkin kah ada orang lain yang seperti Ayumi dikirim dari masa depan?" Semakin difikirkan, semakin banyak pertanyaan bertumpuk di kepalanya. "Ah sudahlah, jangan mikirin itu dulu. Mungkin nanti akan terungkap dengan sendirinya. Atau mungkin malah ini adalah berkah sendiri buatku. Setidaknya aku bisa mengobati rasa rindu ke orang tuaku." Batin Ayumi mencoba menenangkan diri. Ayumi kembali mengambil bolpoin dan kertas yang sejenak ia simpan di atas paha nya. Ayumi berfikir keras, mengingat apa yang harus ia lakukan sekarang. "Oke, nomor satu, mungkin dengan mencari data tentang kota ini di masa ini. Bagaimanapun aku harus survive seperti yang Mayani katakan." Dengan percaya diri, Ayumi menambahkan list list berikutnya. Seperti mencari keberadaan orang tuanya, bahkan mencari kembali Mayani si wanita misterius. "Apa besok pagi ke taman kota lagi, ya? Siapa tahu Mayani ada disitu. Aku yakin tadi bukan hal kebetulan, tapi Mayani memang sengaja menghampiriku." "Tapi tunggu," sambung Ayumi. "Bahkan aku tidak punya air minum, gimana dong? Masa harus minum air keran tiap hari sih? bisa kena sakit perut nanti aku" Sambungnya kebingungan. Ayumi juga tersadar bahwa dia tidak punya smartphone lagi. Untuk kesekian kali nya di hari itu, Ayumi kembali menepuk kepalanya berkali kali menyesali dirinya yang bodoh. "Bodoh bodoh bodoh bodooohh!!" Jerit nya kecil. Ayumi bangkit, bermaksud mengecek laci meja kecil di pinggir tempat tidurnya. "Siapa tahu ada petunjuk" imbuhnya kemudian. "Naaaaahhhkaaaannn adaa" sorak nya kembali riang. Ayumi melihat dompet coklat berbahan kulit tergeletak di sana. Sontak ia mengambil nya dan memeriksa apa yang ada di dalam dompet tersebut. "Ah apaan sih ini, nggak ada uang sama sekali, cuma ada KTP doang". Ayumi mengambil KTP tersebut lalu hampir tersentak kaget tak percaya apa yang baru saja dia lihat. " Ayumi minera, iya sih itu nama aku. Tapi kok lahirnya 12 Agustus 1998?" Setengah kaget Ayumi membolak balikan KTP itu. Ia bawa KTP itu mondar mandir sambil berfikir keras. "Oke, ini petunjuk pertama. Aku memang orang sini, namaku masih Ayumi Minera, meskipun aku lahir tahun 1998. Tapi kenapa? Agar aku aman berkeliaran di kota ini gitu?" Ayumi semakin terbawa prasangka, ia punya perasaan buruk bahwa seseorang atau bahkan sesuatu telah merencanakan semuanya, dengan maksud yang tidak ia ketahui. Apakah akan datang bahaya? Apakah ini semacam hukum "Give and take"? Dimana dia telah di kembalikan ke masa lalu, kemudian dia disuruh melakukan sesuatu? " Kalau difikir-fikir, dari siang terlalu banyak prasangka buruk yang aku fikirkan. Tapi untuk disebut suatu kebetulan, ini memang tidak masuk akal". Gumam Ayumi kembali mengajak fikirannya berkeliling. Ayumi kembali memikirkan sosok Mayani, bagaimanapun Mayani bisa jadi tokoh penting di balik semua kejadian ini. Ini sudah pukul 23:45, sudah cukup malam. Kondisi lingkungan tempat tinggalnya sudah sangat sepi. Lolongan anjing terkadang menambah suasana malam yang dingin. Ayumi membuka lemari baju. "Ah, sweater. Malam ini memang cukup dingin tanpa aku sadari", Gumamnya. Ia beringsut ke atas tempat tidurnya, bersembunyi dibawah selimut setelah sejenak mematikan lampu utama. Ayumi cukup lelah dengan apa yang telah terjadi hari ini. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Semuanya sangat mendadak. Seolah Ayumi dipaksa menelan pil pahit dengan air laut. Sangat pahit namun bagaimanapun pil itu yang membantunya hidup. Kembali dilihatnya jam dinding. Sudah lewat pukul 12 malam. Ayumi bingung apakah harus tetap terjaga atau memaksa tubuh letih nya terlelap. Ayumi memaksakan mata nya terjaga untuk sementara. Ia memandang langit-langit kamarnya yang berhiaskan dua ekor cicak yang sedang memburu serangga kecil. Fikirannya menerawang pada beberapa tahun silam, atau lebih tepatnya 20 tahun yang akan datang. Ketika Ayumi duduk di bangku awal SMA. Dengan seragam serba putih nya, hari itu, hari selasa. Hujan turun cukup lebat mengganggu jam pulangnya. Didepan sekolah, ia dikejutkan oleh kedatangan guru yang sedang berjaga di perpustakaan. "Ayumi, maaf. Boleh ikut saya ke perpustakaan? Sepertinya ada beberapa buku baru yang harus di rapi kan" Tambahnya. Kebetulan, Ayumi termasuk rajin bergabung dengan klub perpustakaan. Memang ada beberapa boks buku baru di sana, semua sudah tertata rapi kecuali buku ensiklopedia populer. "Ayumi, saya ada keperluan sebentar ke ruangan pimpinan sekolah, kamu tolong saya bisa? Nanti saya kasih kamu satu buah buku. Sepertinya itu menarik buatmu". " Baik Pak, terimakasih banyak. Saya tinggal susun di bagian sana saja kan ya? " Sahut Ayumi sambil menunjuk pojokan tempat penyimpanan buku bebas-populer. "iya, disana saja. Terimakasih banyak ya, Ayumi. Saya pergi dulu" "iya Pak sama-sama" Ayumi beranjak mengerjakan tugasnya. Satu demi satu buku di tata dengan rapi. Ada sebagian buku yang memang sudah agak berdebu, meskipun masih terlihat sangat baru. Selesai mengerjakan tugasnya, Ayumi beranjak ke bagian depan. Ia membolak balik buku yang lain. Ayumi membuka sebuah buku science-fiction, cover nya agak menarik minatnya. Ia membuka halaman demi halaman.hampir ke pertengahan halaman, ia menemukan sebuah teori perjalanan waktu, bersama "bukti-bukti" yang dirangkum dari berbagai zaman. Belum sempat ia baca semuanya, ia dikejutkan oleh pintu yang terbuka. "Ah, kebetulan sekali, memang buku itu yang akan Bapak hadiahkan ke kamu. Kamu suka? Kalau suka bisa dibawa pulang". " Terimakasih banyak pak, kebetulan sepertinya ini menarik" "Hujan sudah mulai reda. Kalau kamu mau pulang sekarang, atau nanti setelah baca baca juga tidak apa-apa". " oh iya, saya pulang sekarang pak, terimakasih banyak sekali lagi buku nya" timpal Ayumi ceria sambil beranjak meninggalkan ruang perpustakaan. Ayumi tidak langsung pulang, ia kembali ke ruang kelasnya yang masih terbuka yang kebetulan tidak jauh dari ruang perpustakaan. Dia kembali membuka halaman terakhir dia membaca. "Ada sebuah teori konspirasi bahwa akhir hayat nikola tesla yang menyedihkan karena dia banyak menciptakan berbagai macam penemuan yang 'membunuh' pengusaha. Termasuk di antaranya sebuah mesin waktu. Banyak orang yang percaya bahwa salah satu mantan presiden fenomenal Amerika Serikat adalah penjelajah waktu pada masa muda nya, atau pengakuan seseorang yang mengaku mengetahui peristiwa 9/11 yang mencoba menghentikan kejadian itu, sehingga orang-orang penting tidak terdampak di dalam peristiwa tersebut" Ayumi mengernyitkan dahi. "Masa iya sih perjalanan waktu? Kalau memang benar adanya pasti beberapa kejadian di dunia ini melenceng dari apa yang seharusnya dong? " Tanya nya pada diri sendiri. Ayumi kembali membuka matanya memandang nanar langit-langit kamarnya. Dua ekor cicak tadi sudah menghilang, tapi serangga-serangga kecil masih terbang mengelilingi lampu kamarnya yang sudah ia matikan. Kenapa mengelilingi lampu mati? Bukankah serangga akan mengelilingi lampu yang hidup? Segera ia menepiskan tangannya. Ayumi sedikit tidak percaya bahwa kejadian perjalanan waktu bahkan sedang ia alami tanpa ia alami. "Kalau teori di dalam film orange tadi benar, maka sebenarnya sejarah dunia tidak berubah. Dia akan tetap berjalan sesuai semestinya. Sejarah baru tercipta di dunia Baru". Gumamnya. Lolongan anjing sesekali terdengar. Udara semakin dingin. " Tidak mungkin aku membeli penghangat ruangan kan? Aku bahkan benar-benar tidak terfikirkan harus meminum air keran lagi esok hari. Aarghh sial sekali" gerutunya sambil mengayun-ayun kan kaki nya cepat di atas tempat tidur. Kantuknya malah menghilang, ia bangkit, beranjak ke arah kamar mandi, sesuatu di perutnya memaksa untuk berdiam lebih lama di dalam. Setelah urusan hajatnya selesai, ia kembali mendaratkan punggungnya di sofa. Diambilnya kertas yang berisi rencana besarnya selama berada di tahun 2017 ini. Ayumi sejenak berfikir, apakah rencana nya akan terlaksana? Bagaimana kalau ketika bangun dia sudah kembali ke tahun tempat dia seharusnua, yang berisi dunia yang sepi sepeninggal orang tuanya. Mudah-mudahan rencana nya lancar, ia tidak ingin melihat Ayumi di dunia yang sekarang merasakan rasa pahit yang ia rasakan. Atau bahkan ia ingin menatap dalam-dalam wajah kedua orang tuanya ketika masih seusia dengannya. Ah, itu sedikit menyakitkan. Ayumi ingin tinggal lebih lama dengan orangtua manisnya, merasakan pelukan hangat ibunya, mendengarkan omelan ayahnya tanpa mengoceh lagi. Ayumi janji tidak akan melawan seperti sebelumnya. Tapi semua sudah terlambat, ranting telah melepaskan daunnya, bunga-bunga sudah berguguran. Ayumi menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa, menengadahkan kepalanya sambil terpejam, merasakan setiap hadiah dari semua yang telah ia lewati. Rasa sakit, sesak, tapi sejenak kemudian muncul harapan bahwa ini mungkin sebuah kesempatan yang baru. Ayumi tidak tahu ia harus berterimakasih atau meratapi nasibnya. Kantuknya mungkin sudah hilang, tapi badannya terlalu lemah untuk tetap terjaga. Ayumi terlelap, bersama detak jarum jam yang seirama dengan detak jantungnya. Menuju hari esok yang entah akan bagaimana, yang entah kejutan apa lagi yang akan terjadi. Tubuh Ayumi bergerak seirama dengan dengkuran halusnya, jauh melewati mimpi-mimpi. -Funfact! Tempat tinggal Ayumi di tahun 2017 adalah sebuah rumah deret atau rumah susun yang terdiri dari dua lantai, lantai pertama adalah parkiran kendaraan dan beberapa kamar. Kamar Ayumi berada di lantai dua di ujung. Tidak terlalu besar karena memang di rancang untuk di isi oleh satu-dua orang, dengan pintu yang dihiasi oleh tempat untuk menyimpan paket di sebelah luar, di depan gedung tersebut sebuah jalan kecil sebelum jalan raya kota, yang pada pagi dan sore hari banyak orang berniaga berbagai macam jenis makanan, sebuah komplek yang ideal untuk Ayumi yang tinggal seorang diri-. Ayumi masih terlelap beriringan dengan cahaya fajar yang mulai menyingsing, menyingkirkan tabir-tabir hitam yang menyelimuti berbagai jenis manusia beserta permasalahannya. Hari itu cerah, cahayanya masuk menembus gorden kamar Ayumi yang berwarna putih. Ayumi terkaget, cepat ia tersadar dari atas sofa dengan keadaan tengkuk nya yang sakit karena salah posisi tidur. Badannya masih terlalu lelah, tapi Ayumi sudah tidak bisa tidur lagi. Suara bising dari speaker di kamar sebelahnya menjaga Ayumi untuk terjaga. Setengah sadar, Ayumi berjalan gontai menuju kamar mandi. "Aku belum mandi dari kemarin, rasanya aneh sekali". Disampirkannya handuk yang telah ia ambil dari gantungan, memasuki kamar mandi. Sejenak ia hanya mematung, mengumpulkan nyawa nya yang seakan belum sempurna. " Dingiiinn sekalii", gumam Ayumi setelah mengambil segayung air dan membasuh kan ke kepalanya. Ah, dingin yang segar, setelah hari-hari yang lalu ia selalu mandi dengan air hangat. Selesai dengan tujuannya di kamar mandi, Ayumi beranjak membuka lemari yang asing baginya itu. "Mari kita lihat, apakah ada sesuatu yang menarik yang dapat aku pakai hari ini". Ah, tidak ada yang istimewa. Hanya beberapa potong kaus berwarna netral, celana panjang, celana pendek, sweater, dan beberapa gaun. Semuanya cukup muat di badannya, seakan memang itu dipersiapkan untuknya. Ayumi mengenakan sebuah kaos polos berwarna abu, celana hitam panjang, dan sweater yang ia ikatkan di pinggang manisnya. Tak lupa Ayumi membawa dompet kosongnya untuk berjaga-jaga. "Makan mie lagi gitu sekarang? " Gumam Ayumi pada dirinya sendiri. Namun ia malah melangkah ke arah daun pintu, membukanya, dan membiarkan cahaya matahari memasuki kamarnya. Dilihatnya di depan pintu terdapat paket yang bertuliskan : Untuk Ayumi Minera, disertai alamat tempat ia tinggal. Paket yang misterius. Dari siapa ini? Batin Ayumi. Kekagetannya belum hilang, ibu penjaja nasi uduk menghampirinya seraya berkata "Neng, ini nasi uduk buat neng, tadi ada yang pesan dan disuruhnya saya untuk kasih ke neng langsung. Ada juga airnya nih" imbuhnya. Sungguh ke anehan yang kesekian kalinya terjadi. Dari siapa ini? Mayani?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Rise from the Darkness

read
8.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.2K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.7K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.7K
bc

TERNODA

read
198.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook