Di kampus

1075 Words
Malam itu, sesuai jadwal yang disusun Rayn dengan matang berjalan mulus. Kedua pasangan itu menghabiskan makan malam di restoran yang terkenal mewah. Lagi-lagi, keduanya memakai warna pakaian yang sederhana, yakni hitam. Rayn memakai setelan jas sedangkan Leyra memakai gaun semata kaki dengan model sabrina. Mereka ditemani oleh alunan biola yang terus mengiringi mereka hingga selesai makan. Malam ini, Leyra terlihat anggun. Wanita itu melakukan cut updo pada rambutnya hingga membuat leher putih nan jenjang miliknya terlihat. "Aku ingin mengatakan sesuatu, sebenarnya hari ini adalah hari terpenting bagi kita," ujar Rayn. "Hari penting?" tanya Leyra. Rayn mengangguk, "ini hari dimana kita mengikat janji sehidup semati. Selamat anniversary, Sayang," ungkap Rayn. Leyra tersipu, ketika para pelayan membawa buket bunga serta 2 kotak berukuran kecil. Rayn mengambil kotak yang pertama ternyata isinya sebuah kalung yang memiliki permata kecil dan mengkilap. "Terima kasih," ucap Leyra menahan haru. Rayn membuka lagi kotak yang 1 lagi. Sebuah kartu hitam yang memiliki tak terbatas. "Gunakan isinya untuk keperluanku," ucap Rayn. Awalnya Leyra hendak menolak namun Rayn menahannya. "Aku ingin menjadi suami yang bertanggung jawab untukmu," ucapnya. Leyra terdiam, ia pun menerima kartu itu. "Dan, ini... Cincin pernikahan kita. Kuharap kamu memakainya," ucap Rayn. Leyra mengulurkan tangannya, sambil tersenyum Rayn menyematkan cincin itu lalu mengecup tangan istrinya itu. "Happy anniversary, Sayang." "Happy anniversary, too." Semua orang bertepuk tangan sembari mengucapkan selamat atas perayaan pernikahan mereka dan tak lupa juga mereka menyematkan doa untuk senantiasa kebaikan selalu menyertai Rayn dan Leyra. Semua berjalan sesuai rencana Rayn. Sepertinya itu memang awal yang cukup baik. Aku begitu jahat, memiliki harapan agar ingatan kelam tentang pernikahan kita yang sesungguhnya hilang selamanya. Tetaplah di sampingku Leyra! Leyra membuka pintu kamarnya, ia telah memakai setelan pakaian tidur. Tak sengaja, matanya menangkap Rayn yang tengah serius memperhatikan tumpukan dokumen. Leyra melangkah pelan menuju dapur, namun tak mengalihkan pandangannya. "Bagaimana bisa ketampanannya bertambah setelah memakai kacamata?" Bergumam. Wanita itu pun meminum, segelas air yang batu diambilnya. Namun, ia tak bisa mengalihkan pandangannya pada Rayn. Pria itu memakai setelan pakaian tidur bermotif kotak-kotak berwarna cokelat tua. "Hai," sapa Leyra. Apa aku sudah gila, hai? "Kenapa?" "I-itu, tadi saya sedang minum," jawab Leyra canggung. "Baiklah, sudah tengah malam. Sebaiknya kamu segera tidur, tidak baik terlalu banyak begadang." "Iya, Anda juga," jawab Leyra singkat. Wanita segera berbalik, namun ia dicegat Rayn membuatnya hampir terjatuh karena terkejut. "Kurasa ini terlalu masih kaku, haruskah kita melakukan ciuman perpisahan dulu," ujar Rayn. Leyra menatap kebingungan. Cup! Satu kecupan mendarat di pipi Leyra. Lagi-lagi wajah wanita itu bersemu merah. Rayn berdehem, berusaha menyembunyikan wajahnya yang ternyata salah tingkah, "mimpikan aku ya, Sayang," ucapnya sembari mengusap kepala Leyra dengan lembut. Lalu, pria itu pun segera berlari melanjutkan pekerjaannya. Leyra berlari masuk kembali ke dalam kamarnya. Ia lalu menyentuh pipi yang dikecup oleh Rayn tadi. Tersenyum malu akan hal itu. *** Pagi tiba, hari ini cuaca cukup dingin karena guyuran hujan yang tiba-tiba melanda New York. Enggan rasanya, Leyra membuka mata karena ingin tidur berlama-lama. Sulit rasanya untuk bangun dari mimpi indah. "Haaa." Leyra terduduk di tepian tempat tidur. Napasnya yang terdengar sesak itu berusaha ia normalkan. Segera ia memegangi lehernya lebih tepatnya kalung yang disematkan Rayn tadi malam. "Itu bukan mimpi!" Berguling kesenangan. Wanita itu segera berjalan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri. Setelah itu, beranjak keluar menemui Rayn. "Sudah bangun," sapa Rayn yang sudah duduk menunggunya. Di atas meja makan ada beberapa jenis roti dan telur mata sapi. "Ini." Rayn menyodorkan sebuah kotak persegi. "Sebenarnya aku ingin memberikannya kemarin, hanya saja itu tertinggal di dalam tas kerjaku,"lanjut Rayn. Leyra menatap kotak itu, lalu membukanya. "Ponsel?" "Ya, ponselmu hilang di tempat kejadian kecelakaan itu. Tersiksa rasanya, tanpa kabar dari istriku sendiri." Tersenyum semringah. "Terima kasih," ucap Leyra sembari membalas senyuman Rayn. "Bisa kita mulai sarapannya?" Rayn menyodorkan piring yang berisi 2 potong sandwich dengan keju yang telah meleleh keluar. Leyra tersenyum, "ini enak sekali," pujinya sembari mengunyah sandwich tersebut. Rayn tersenyum bangga. "Oh ya, kapan rencana kembali ke kampus?" tanyanya. Leyra berpikir keras, sebenarnya ia sudah melupakan kampus tetapi, mengingat dirinya yang sudah lama beristirahat dari dunia perkuliahan, dia sadar seharusnya dia kembali secepatnya melanjutkan study nya itu. Bagaimana bisa aku lupa akan hutangku terhadap keluarga Laoval yang telah membesarkanku? "Terima kasih telah mengingatkan, sepertinya aku harus melaporkannya hari ini ke kampus," jawab Leyra. Padahal aku ingin membawanya ikut ke kantor. "Baiklah, akan kuantar. Habiskan makanannya Nona," ucap Rayn yang dibalas Leyra dengan tertawa kecil, geli. Sesuai perkataan Rayn, ia benar-benar akan mengantar Leyra. Selama di perjalanan, Leyra berpikir keras untuk mengingat mata kuliah yang pernah ia pelajari. Sialnya, ia tidak ingat apapun. Wanita itu turun dari mobil, tak disangka Rayn ikut turun. "Kenapa Anda ikut turun? Saya bisa sendiri," ucap Leyra sambil memperhatikan tatapan mahasiswa yang seolah-olah bertanya-tanya siapakah gerangan pria yang di sampingnya. "Aku alumni dari kampus ini, apa salahnya menyapa pak Joseph," jawab Rayn dengan santai. "Mereka menatap Anda," bisik Leyra. Rayn tertawa, "wajar, karena aku memang tampan. Apa jangan-jangan istriku yang cantik ini sedang cemburu?" "Mana mungkin--" "Permisi, ini Kak Rayn ya? Senior dari kampus ini?" Seorang wanita dengan rambut merah mendekati mereka. Rayn dan Leyra menatap wanita itu, pria itu lalu mengangguk mengiyakan. "Wah, aku Jessica mahasiswi dari 2 tahun yang lalu. Orang-orang memanggilku bunga kecantikan karena menang dari 2 tahun berturut-turut," jelasnya sembari tersenyum bangga. Sepertinya dia tidak bohong, karena wajahnya memang cantik. Tubuhnya juga ideal, dia terlihat seperti dewi. Leyra terus bergumam dalam hati, matanya tak teralihkan dari Jessica yang cantik. Orang-orang mulai berbisik-bisik tak menyangka lelaki tampan itu merupakan alumni dari kampus tersebut. Dan mulai berbisik-bisik penasaran hubungan apa antara Rayn dan bunga kecantikan itu. Aku seperti gulma diantara 2 orang ini. Ahhh, ingin rasanya aku kabur. "Sayang, sebaiknya kita masuk, aku khawatir kamu terkena flu," ajak Rayn, membuyarkan lamunan Leyra. Tindakan Rayn lagi-lagi membuat Leyra salah tingkah. "Sa...Yang?" tanya Jessica seolah tidak yakin akan perkataan Rayn barusan. "Oh aku lupa mengenalkannya, ini Leyra istriku! Kalian seangkatan. Baiklah kami permisi dulu," jawab Rayn sambil memegang tangan Leyra lalu mereka beranjak pergi dari sana. Memecah keramaian yang semula heboh. Jessica terdiam mematung, masih memperhatikan kedua pasangan itu. "Saya rasa, sudah saatnya Anda pergi," ujar Leyra. "Baiklah," jawab Rayn singkat. "Tolong lepaskan tangan saya," ujar Leyra lagi. "Kalau aku lepaskan, kamu akan kabur." Leyra mengerutkan dahi, wanita itu bingung apa lagi maksud Rayn. Pria itu tersenyum, ia mendekati Leyra lalu mengecup dahinya, "aku mencintaimu, semangat ya," ucapnya. Leyra yang wajahnya memerah segera berlari cepat. Tinggallah Rayn yang tersenyum, merasa lucu pada tindakan Leyra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD