#3

1217 Words
"Ngapain kamu Kia, kakak masih pake celana pendek,  cuman tipis, kawatir ada Bu Yani jadi kakak lilitkan handuk ini," ujar Pandu yang melihat Kia mulai membuka tangannya dan Pandu melangkah ke kamar. Kia memilih menunggu di sofa ruang tamu. Pandu datang dengan pakain lengkap hanya belum menggunakan jasnya. Ia duduk dan meletakkan dua tangkup roti bakar isi pasta coklat. "Ini,  mau sarapan roti bakar,  tadi kakak, bikin sebelum mandi, tumben bu Yani belum datang," Pandu mulai mengunyah rotinya perlahan dan mulai memasang dasinya. "Kia bantu kak,  Kia biasa masangin dasi papa," tiba-tiba saja Kia sudah berdiri di depannya. Kia memasangkan dasi Pandu dengan serius sementara Pandu menatap wajah mungil di depannya dengan tatapan datar. "Pipi tembem kamu mana Kia?" tiba-tiba Pandu bertanya setelah Kiara memasang dasi Pandu. Kia terkekeh pelan. "Hilang dah,  dulu kan waktu SD Kia sering dicium kak Pandu." "Kamu yang minta," jawab Pandu melangkah ke dalam kamarnya mengambil barang-barang Kia dan jasnya. "Bareng kakak ke kampus Kia?" ajak Pandu, saat Kia hendak melangkah ke pintu, Kia menoleh dan menggeleng. "Nggak,  ntar pulangnya ribet, enak naik motor,  bisa cepet." "Kakak jemput pulangnya,  ini kan hari Jumat,  setelah sholat Jumat biasanya nggak gitu banyak kerjaan," ujar Pandu lagi dan Kiara tetap menggeleng, melangkahkan kakinya dan melambaikan tangan pada Pandu yang masih tertegun. *** Mata Bu Mia terbelalak saat Pandu meminta ijinnya untuk mengajak Kia jalan-jalan. "Jalan-jalan ke mana?" tanya Bu Mia, dengan enggan karena melihat ekspresi datar Pandu kawatir Kia merasa tak nyaman. "Ke mall saja tante, saya ingin beli sesuatu,  barangkali Kia bisa memilihkan untuk saya," ujar Pandu pelan tanpa senyum. Tak lama ke luar Kiara dengan dress selutut warna offwhite dan tas selempang senada dengan dressnya. "Kia berangkat dulu ma,  pa," Kiara menarik tangan Pandu. *** Tak lama berselang terdengar ponsel Bu Mia berdering, saat dilihat ternyata mama Pandu.. Halo Mer tumben nelpon Aku telpon Pandu bolak balik nggak diangkat,  takut kenapa-napa Mia Oooh si Pandu baruuu aja, paling 15 menitan lah,  ke luar sama Kiara, mau ke mall katanya Hah si Pandu,  ke mall Pandu yang ngajak apa Kia ya? Pandunya pengen beli apa gitu,  jadi ngajakin Kia,  kali aja ada yang bisa diajak milih mana yang cocok katanya Mer, emang kenapa Ih surprise banget Miaaaa,  biasanya dia nggak mau kemana-mana sejak yaaa anakku kan sakit Mia, sedih banget,  aku jadi ikut sakit Mia, seminggu sebelum menikah dia menemukan calon istrinya tidur dengan laki-laki lain,  dia bercerita padaku tanpa ekspresi,  sejak saat itu dia berubah Mia,  berubah, aku kehilangan Pandu yang hangat.. Aku ikut sedih Mer, semoga dengan kepindahan Pandu ke sini dia bisa kembali seperti semula... Aamiiiiiin, makasih ya Mia,  titip Pandu Ya sama-sama Mer.. Mama Kia menutup ponselnya dan duduk di dekat suaminya dan mulai bercerita mengapa Pandu berubah. *** "Kia,  kalo ke kulit kakak, lebih bagus mana?" tanya Pandu memilih kemeja untuk dipakai ke kantor. "Semua bagus kok kalo untuk kakak,  kulit kakak putih kok,  tapi lebih baik warna-warna lembut aja," ujar Kiara memberi pertimbangan. "Ya dah ambil dua ini aja Kia," Pandu menunjuk warna-warna pastel, saran dari Kiara. "Kamu laper Kia,  kita makan ya, kamu pasti belum makan, kan tadi abis sholat isya' kita langsung berangkat," Pandu menarik bahu Kiara mendekatinya saat ada segerombolan wanita melewati mereka, dan mereka menoleh. "Pak Panduuuu .... wah lagi shoping Pak?" tanya mereka serempak, dan Pandu hanya mengangguk sambil memeluk bahu Kiara. "Kalian dari mana dan mau ke mana?" tanya Pandu formal. "Kami dari kantor Pak,  dan ya kayak bapak deh mau shoping kikikiki, ini kan baju kami tadi pagi Pak, eh Pak kenalin dong adiknya cantik banget," ujar salah satu staff Pandu. "Oh ya, kenalkan ini Kiara,  calon istri saya," Pandu menjawab tanpa senyum seperti bisanya dan lima orang staffnya terlonjak kaget,  setelah bersalaman dengan Kiara, Pandu pamit pada mereka dan terlihat memasuki restoran masakan Jepang. "Eh cantik sih,  tapi Pak Pandu kok milihnya anak-anak ya, ih tetep nyeremin meski bareng calon istrinya,  tapi aaahhh kita jadi patah hati nih,  besok kita umumin sama semua divisi, suru brenti tuh cewek-cewek yang suka dandan norak sejak ada Pak Pandu di divisi accounting hahahahah," semuanya tertawa dan mereka melanjutkan perburuan di mall itu. *** "Ih kakak, kok bilang aku calon istri kakak," Kia terlihat tak suka. "Hmmm buka mulutmu, makan dulu,  protesnya nanti aja," dan Pandu menyuapi Kiara, tangan kiri Pandu reflek mengusap bibir Kiara saat dilihatnya berlepotan. Kiara memegang tangan Pandu yang mengusap bibirnya. "Jangan gini kaaak,  Kia nggak biasa disentuh laki-laki,  meski kak Pandu kayak kakak bagi Kia,  kok Kianya jadi seeer seeer gitu ya kak?" tanya Kiara dengan mata membulat menatap Pandu,  perlahan Pandu tersenyum dan mengacak rambut Kiara. Kiara tertegun menatap senyum Pandu. "Kaaak kakak senyum tuh,  kakak lebih ganteng kalo senyum," dan senyum Pandu hilang lagi, Kiara memukul lengan Pandu. Selanjutnya mereka makan dalam diam. Kiara masih menikmati sabu-sabunya saat Pandu menatap wajah Kiara yang tanpa sungkan makan seenaknya. Kiara baru menyadari jika ia menjadi objek bagi Pandu,  dan menghentikan makannya, tersenyum malu lalu meletakkan supitnya, menutup mukanya. Pandu menarik tangan Kiara. "Makanlah,  badan kamu kecil tapi nafsu makanmu besar juga, lanjutkan,kakak tungguin ato kakak suapin?" tanya Pandu dan Kiara mengangguk. Dengan telaten Pandu menyuapi Kiara,  bersamaan dengan lima orang staff Pandu yang tadi, baru masuk ke restoran Jepan itu juga. Mereka saling senggol dan semakin kaget saat Pandu bisa tersenyum sambil menyuapi Kiara. "Yaelaaah bisa lumer juga tuh si bos, tak kira dia bener-bener beruang kutub, cair juga dia kalo sama calon bininya,  ntar gue foto,  jarak jauh dah gak papa,  jadi bukti ke divisi lain kalo dia makhluk normal kayak kita dan bukan makhluk astral," semuanya tertawa dan menuju ke meja yang kosong tak jauh dari Pandu dan Kiara. Pandu agak kaget saat ia memberikan suapan terakhir pada Kiara, ada yang menyapanya serempak, Pandu menoleh. "Ah kalian,  mau makan malam ya,  pesan saja,  biar bapak yang bayar." "Aaah bener ya Paaak,  aduuuh makasih banget Paaaak," terdengar suara riuh mereka. Tak lama Pandu dan Kiara pamit, Pandu memeluk bahu Kiara dan melewati staffnya yang terpana melihat Pandu ternyata tidak sedingin yang mereka pikirkan. "Eh Pak Panduuu,  kami lupa, kapan nih ngasi undangan pernikahannya buat kami?" tanya salah satu dari mereka. Pandu menoleh,  menatap Kiara sekilas. "Tidak lama lagi,  enam bulan lagi," jawab Pandu dan kembali melanjutkan langkahnya ke luar dari restoran itu sambil mendekap bahu Kiara. *** "Kakak ini apaan sih,  enam bulan lagi, siapa yang mau nikah enam bulan lagi?" terlihat wajah kesal Kiara saat mereka sudah dalam perjalanan pulang. Pandu menepikan mobilnya, berhenti dan menatap wajah Kiara yang terlihat kesal. "Kiara menikahlah dengan kakak, mau kan Kia, Kia kan nggak mau kalo cowok megang-megang Kiara, bahkan perlakuan kakak tadi bikin Kia nggak nyaman, kita bisa belajar Kia, belajar menjadi lebih dekat setelah menikah, mau kan Kia,  kakak pingin sembuh Kia, nggak tau kenapa kakak pingin jadi Pandu yang dulu,  yang selalu menatap semuanya dengan pikiran positif,  nggak selalu mikir akan ada yang mengkhianati kakak," Pandu meraih jari Kiara dan menggenggamnya,  namun Kiara menarik perlahan. Menatap wajah Pandu lebih lama. "Emang kakak sakit apa,  mengapa pengen sembuh, sembuh dari apa, apa dengan kita nikah bisa nyembuhin sakit kakak, penyakit yang aneh deh kayaknya," ujar Kia pelan. "Nanti kakak pasti cerita,  tidak sekarang,  eemmmm mau ya Kia kita nikah?" Pandu masih menatap wajah cantik Kiara yang mengerjab pelan dan Kiara menatap wajah Pandu yang menatapnya dengan penuh harap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD