Kebimbangan Nalen

1749 Words
Setelah meihat kepergian Sisil bersama David barusan, langkah Reon langsung terarah kepada Nalen yang masih bermesraan dengan gadis yang ia ketahui namanya Bianca. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu menarik lengan Nalen dari jarak Bianca dan langsung memukul wajah tampan sahabatnya. “ANJING!” Eluh Nalen saat menerima bogeman tiba-tiba dari Reon. Demi tuhan ia benar-benar tidak tahu kenapa dirinya mendapatkan pukulan mendadak seperti ini, dan herannya lagi Reon tengah menatapnya dengan tatapan emosi. Ada apa sih sebenarnya? “Lo kenapa sih Re?” Tanya Nalen tidak tahu, laki-laki itu langsung bangkit dari posisinya yang sempat tersungkur akibat pukulan Reon. Reon diam mengatur nafasnya yang terengah-engah akibat emosi yang telah menyelimuti sleuruh perasaannya sekarang. Sejujur-jujurnya Reon pun tidak terlalu paham, kenapa ia harus semarah ini kepada Nalen. Tapi yang bikin Reon gedeg juga, kenapa ia tidak bisa menghargai seseorang yang telah menyukai ya dalam diam selama bertahun-tahun sih? Reon tahu ini bukan urusannya, tapi jika itu sudah berkaitan dengan Sisil pun Reon rasanya ingin ikut campur, di tambah lagi Sisil sedang berada di titik terendah hidupnya akibat ia di tinggalkan satu persatu oleh orang yang ia sayangi, terutama kelurga. Maka dari itu Reon paling benci jika ada yang membuat Sisil sedih atau sampai membuat gadis itu menangis, karena baginya Sisil itu segalanya. Kevin yang tadi sibuk menggambar gravity, laki-laki tersebut langsung memberhentikan aktivitasnya, menghampiri kedua sahabatnya yang tiba-tiba beradu agurmen tidak jelas. Nalen yang sudah membersihkan bibir dari mulutnya itu menatap Reon dengan meminta penjelasan, “Kenapa sih?” Langkahnya mendekat kepada Reon. Sedangkan Reon menghela nafas panjang, “Bisa gak sih lo gak usah cipokan di depan publik atau semacamnya?” Nalen mengerutkan keningnya bingung, “Kenapa?” Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru tempat. “Ada Jeje?” Reon menggeleng, “Gak ada,” “Lah terus?” Tanya Nalen yang semakin bingung. “Ya tadi Sisil liat lo cipokan sama Bianca,” Jelas Reon gemas. Nalen menatap Reon tidak percaya, lalu tertawa pelan. “Ya urusan sama gue apa Re? Sisil bukan siapa-siapa g-“ Tanpa mengizinkan Nalen melanjutkan ucapannya, laki-laki bernama Reon tersebut langsung kembali melayangkan pukulannya tepat ke pipi kanan Nalen lagi. “Lo gak usah bacot bukan urusan gue atau apa lah Len,” Reon berucap dengan nada dingin. “Sisil tuh berharga bagi gue, dan dia jelas suka sama lo. Bisa gak sih, sedikit aja lo lihat keberadaan dia buat bikin dia bahagia?” Sesudah mengucapkan hal itu Reon pergi meninggalkan Nalen dan Kevin yang hanya terdiam mendengar tuturan Reon yang mungkin terkesan aneh, tetapi itu lah Reon. Sekalinya sudah mencintai seseorang sebagaimana orang tersebut tidak membalas cintanya. Ia akan menghalalkan segala cara untuk membuat orang yang ia cintai bahagia, seperti sekarang ini. Kevin menghela nafas panjang, setelah langkah Reon sudah menjauh dan sosok laki-laki itu sudah tidak terlihat dari pandangannya. Kevin mengalihkan pandangannya ke arah Nalen, “Lo gak apa-apa kan?” Tanyanya memastikan. Nalen menoleh, “Gue gak apa-apa,” Jawabnya santai. “Lo susul Reon aja, gue butuh waktu buat berfikir,” Kevin hanya diam, lalu beberapa detik kemudian langkahnya menjauh seraya meninggalkan Nalen seorang diri. Sedangkan Bianca yang tadi diam melihat pertekaian antara dirinya dengan Reon, berniat ingin menghampiri Nalen saja ia urungkan saat laki-laki itu berucap ingin berfikir. Alhasil di sini lah Nalen, diam seorang diri dan jauh dari kerumunan banyak orang. Sisiliya Ananta, nama yang ia ketahui dari Reon saat mereka masih duduk di bangku kelas 11. Sebenarnya Nalen sudah tahu bahwa Reon benar-benar menyukai gadis tersebut, dan Nalen pun membiarkan hal itu. Namun semakin ke sini, setelah ia ikut memperhatikan Sisil sebagaimana lewat Reon, di sisi lain laki-laki itu pun benar mempunyai rasa tertarik pada gadis tersebut. Akan tetapi dengan adanya alasan, yaitu Reon jelas menyukainya di tambah Nalen mempunyai pacar yaitu Jeje. Rasanya tidak sepantasnya kan ia mendekati Sisil? Selama Reon terus melakukan stalker kepada Sisil, dan saat temannya tahu bahwa Sisil menyukainya. Demi Tuhan, Nalen senang mendengarnya. Namun ia simpam sendiri rapat-rapat rasa senangnya karena banyak perasaan hati yang ia jaga. Tapi, saat Reon sempat menyuruhnya mendekati Sisil saat tahu Jeje kembali memutuskan hubungan mereka berdua. Ada rasa ragu yang Nalen rasakan, ia tidak ingin menyakiti Reon jika sampai dirinya harus memacari Sisil. Dan lagi, baginya hubungan Nalen dan Jeje juga belum selesai. Alhasil Nalen tidak ingin gegabah atau ceroboh untuk mengiyakan permintaan Reon yang tidak masuk akal itu. ••••••••••••••• “Ada apa?” Tanya David setelah memberhentikan kendaraannya tepat di depan gerbang rumah Sisil. Sisil hanya diam, memandang ke arah luar dari dalam jendela sebari mengigit kecil kuku ibu jarinya. David yang menyadari itu sejak mereka berada di dalam perjalanan, akhirnya menarik tangannya agar tidak terus menerus mengigit kukunya. “Kenapa jadi nyakitin diri sendiri sih?” Lanjut David lagi. Gadis itu hanya diam, memilih mengabaikan laki-laki yang ada di sebelahnya itu. “Sil?” Panggil David pelan. Sebagaimana Sisil sempat lambat untuk menoleh atau merespon kepada David, akhirnya gadis itu menatap David dengan kedua mata yang sudah terlihat sembab. “Lo tuh kenapa tiba-tiba nangis gini?” Sisil menghela nafas, “Gue lihat Nalen ciuman sama cewek,” Jawab Sisil dengan suara parah. Mendengar hal itu David menatap Sisil tidak percaya, serapuh ini hanya karena lihat cowok buaya cipokan? Astaga! Bikin emosi mendadak yang ada. “Harus banget ya lo sesedih ini?” David berusaha berucap setenang mungkin agar ia tidak kelepasan. Sisil menaikan kedua bahunya, “Gue tuh gak tahu kenapa bisa se marah bahkan sesedih ini,” Kepalanya ia senderkan kepalanya ke senderan jok mobil. “Apa karena gue emang lagi sensitif aja?” Lagi-lagi Sisil membuang nafasnya kasar. “Lagian gue ngapain begini sih?” Lantas kedua tangannya dengan sigap menghapus air mata di pipi kanan kirinya. Sedangkan David yang sedari tadi diam menatap dan memperhatikan gadis itu, hanya memandang Sisil dengan raut wajah datarnya. Akan tetapi pikirannya sedikit agak berkecamuk dengan sifat aneh Sisil yang gampang berubah-rubah seperti ini. •••••••••••• Paginya Sisil langsung turun dari mobil dan jalan menuju ke arah loker miliknya, entah kenapa tiba-tuba selama ia dalam perjalanan ke sekolah pikirannya terlintas pada post it kemarin. Oh ngomong-ngomong, kenapa semenjak kejadian tadi malam yang membuat Sisil menangis selebay itu karena ia baru merasakan pertama kalinya sakit hati, ya jadi wajar lah ya bersikap lebay kaya semalam. Lagi pula sekarang Sisil tiba-tiba tertarik dengan pria yang selalu menerornya dua hari ini, mungkin kalian menganggap Sisil berlebihan. But if you being a her. You'll have a feeling like her right now. Hellooo! Siapa sih yang gak kepo setelah kita tahu punya penganggum rahasia? Sisil mengambil post it itu, dan membaca kalimat dengan tersenyum. Dia kagum sama gue udah lama tapi baru berani neror sekarang, batin Sisil dengan kekehan pelan. Sisil membuka loker dan mengambil post it untuk membalas pesan dari seseorang yang member samaran RA itu. Kalo emang kagum, kenapa sekarang baru bilang? :p gue pengen banget liat atau ngobrol sama elo bisa ? oh iya makasih buat gantungan kuncinya. Lucu gue suka! Sisil menempelkan balasan post it itu, dan berjalan menuju kelasnya. Bil apa gue salah kalau misalnya tiba-tiba sekarang gue malah kagum sama orang yang udah 2 hari neror gue ? batin Sisil dalam hati. •••••••••• Saat ini jam istirahat kedua Sisil dan David berada di kantin sambil memakan pesanan mereka, isttrahat pertama tadi mereka berdua tidak keluar sama sekali karena menyalin tugas biologi yang setelah istirahat ini jam pelajarannya. Masalah tadi malam, David sudah tau apa yang terjadi. Sisil menceritakan itu semua waktu David mengantarkan Sisil ke kamar sambil menggendong gadis tersebut, ya sekitar Sampai jam setengah 1 pagi David ada di rumah Sisil untuk menenangkan perasaannga sekaligus membuatnya kembali tertawa. Tapi pengorbanan David yang pulang semalaman itu ternyata tidak sia-sia sekarang karena ia benar-benar bisa membuat Sisil merasa lebih baik lagi. Sisil mengaduk-ngaduk milkshakenya sambil sesekali ke arah bangku kantin yang biasa di duduki oleh 3 sejoli popular di sekolahnya, David yang super peka itu memergoki Sisil "Udah sih jangan di cariin nanti sakit lagi tuh hati," David memasukan bakso ke dalam mulutnya "Nanti gue juga yang repot,“ Sambung David lagi sambil mengunyah bakso yang ia makan. Sisil menatap sinis ke arah David yang malah di balas dengan uluran lidah David. Sialan! Batin Sisil "Oh iya! " ucap Sisil, yang membuat David menaikan sebelah alis matanya. Sisil menunjukan gantungan kunci yang diberikan tadi malam oleh penggemar rahasianya itu. "Lo tahu ini dari siapa?" David menggeleng "Lah mana gue tau, orang lo belum bilang " Sisil mendengus "Inget gak sama orang yang narok post it item di loker gue? yang ngucapin selamat pagi itu. BTW dia penggemar rahasia gue dan dia yang ngasih ini ke gue! Sweet gak sih?” Ucap Sisil antusias. David diam mendengarnya, menatap Sisil yang sedang memainkan gantungan kunci yang liontinnya berbentuk kamera. Ada sesuatu yang membuat perasaanya menjadi..... entahlah David tidak paham. Yang jelas perasaan ini sama dengan perasaan di mana dia mau meninggalkan Bella. Mantan pacarnya. "Sil?" Pannggil David membuat Sisil menoleh ke arahnya, dan memasukan gantungan kunci itu ke dalam saku roknya. Ia hanya Menggumam untuk merespon panggilannya David, David tau ini terlalu cepat. Tapi David juga yakin kalau dia benar-benar jatuh kepada gadis yang ada di depannya saat ini, dan gadis itu bernama Sisil. Cewek tengil dan banyak tingkah yang bisa membuatnya jatuh ke dalam pesonanya. "Gue nyaman sama lo," ucap David menatap kedua manik mata Sisil, Sisil tersentak kaget mendengarnya. Seperti mendapat serangan jantung mendadak saat mendengar perkatan David barusan. Sisil takut kalau misalnya David mencintai dirinya yang belum pasti Sisil membalas cintanya. Tapi yang jelas saat ini David penting baginya dan tidak mau kehilangan David! "Umm.. maksud gue tuh gue nyaman sahabatan sama lo," kekeh David, Sisil menghela nafas lega. “Gue hampur serangan jantung anjir!” Kata Sisil canggung. Ternyata apa yang ia pikirkan salah dan Sisil pun tidak repot-repot memikirkan hal rumit semacam itu. Bahkan Sisil tidak mau kalau itu beneran sampai terjadi. “Cie! Udah geer duluan ya lo? HAHAH,” Gelak tawa David terdengar, membuat Sisil memutar bila matanya kesal di sertai tawaan kecil. "Najis banget!“ Sisil menyeruput minumannya. “Gue juga sama, nyaman banget malah sahabatan sama lo, terus kek gini ya!" ucap Sisil semangat, David hanya mengangguk dan tersenyum samar sambil menatap Sisil yang sulit di jabarkan olehnya. Intinya David tidak mau dengan mengambil keputusan itu membuatt Sisil menjauh darinya, tidak! David tidak mau!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD