Makam

1465 Words
"Bukannya itu mobilnya David ya?" Kata Reon, Sisil melihat ke arah teras rumahnya. Apa yang di ucapkan Reon ternyata benar kalau di sana ada mobil David di depan garasi rumahnya. "Lah? Tumben banget, tuh bocah ngapain ya?" ucap Sisil sambil membuka pintu mobilnya, sebelum itu Sisil menoleh ke arah Reon. "Mau ikut masuk?” Tawar Sisil, Reon diam memikirkan tawaran gadis itu. Sisil sengaja menawarkannya karena Sisil tahu kalau kendaran yang Reon bawa ke sekolah sedang di bawa oleh Kevin. Dan lelaki itu malah sedang mengantarkanya pulang ke rumah pakai mobil miliknya, merepotkan memang. “Gak apa-apa nih?” Kata Reon ragu. Sisil terkekeh, “Santai aja kali! Yuk masuk!” Reon pun membalas kekehannya, “Okay," ucap Reon, dan Sisil hanya tersenyum lantas keluar dari mobil di ikuti olej Reon. Sisil masuk ke dalam rumah, masih tidak terlihat batang hidungnya David sebagaumana ada di ruang tamu. Semenjak memulai persahabatan itu David selalu keluar masuk rumah Sisil, bisa di bilang ia sudah menganggap rumah Sisil seperti rumahnya sendiri. "Non Sisil, udah pulang toh?" Tanya Bi eem yang tiba-tiba muncul di ruang tamu sambil membawa tas yang biasa ia gunakan. Sisil melihat ke arah arloji di tangannya, Jam sudah menunjukan pukul 17.45 ternyata dan sudah waktunya Bi eem pulang. Bi eem tuh pembantu di keluarga Sisil, sudah hampir delapan belas tahun Bi eem bantu-bantu tapi Bi eem tidak menetap di rumah ini. Alasannya sih kasian anaknya yangtinggal sendiri. Keluarga Sisil sudah berkali-kali menawarkan Bi eem menetap di rumah, walaupun jawaban Bi eem tetap sama dan tetap menolak. Sisil mengangguk untuk menjawab pertanyaan Bi eem,"Di dalam ada David ya Bi?" Tanya Sisil langsung. "Iya non, ada den David, tadi di tawarin makan malah gak mau. Katanya mau nungguin Non Sisil aja katanya," ucap Bi eem, arah mata bi Eem jatuh kepada Reon. "Siapa lagi nih Non? pacar non Sisil?” Tanya Bi eem polos. Sisil tersenttak sekaligus terkejut mendengarnya, begitu pula Reon. Keduanya menggeleng bersamaan sebari menutup rasa malu mereka berdua, lalu Bi eem memerhatikan mereka berdua dan tertawa pelan. "Yasudah kalau gitu, saya pulang dulu Non, saya juga udah bikin sayur sop kesukaan Non sama Den Angga. Tadi den Angga udah pulang Non tapi balik lagi bawa tas gak tau kemana lagi anak itu," Jelas Bi Eem. Sisil mengerutkan keningnya"Gak pamit ke Bibi?" Bi Eem menggeleng "Enggak Non, Cuma ngeliat bibi aja terus nyelonong keluar. Tapi sebelumnya pas tahu den David tidur di kamar non, den Angga nitip pesen ke Bibi. Nyuruh masakin makanan buat David sama Sisil makan katanya, jadi yasudah saya masakin sop aja buat kalian bertiga makan. Cukup sampai besok kok Non sayurnya," Jelas Bi Eem lagi. Sisil diam, sedikit terkejut dengan ucapan Bi eem bahwa Angga menyuruh bi Eem memasakan makanan untuk David. Dua tahun Angga bersikap dingin kepadanya dan Bi Eem tapi ada sedikit rasa simpatik di dalam diri Angga. "Yaudah ya non, saya pulang dulu. Takut anak saya nunggu, mari Non, Den,” Reon tersenyum dan mengangguk untuk merespon pamitan Bi Eeem barusan, sedangkan Sisil hanya menoleh ke arah Bi eem dan tersenyum. Sesudah Bi Eeem keluar dari rumah dan menutup pintu. Sisil langsung menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya, di ikutti oleh Reon di belakang Sisil. Sisil memberhentikan langkahnya di depan pint tu berwarna merah muda, dan mengambil post it yang tertempel di situ. Sil gue tidur di kamar lo ya, bokap gue tiba-tiba aja pergi keluar kota ngurus kerjaannya, gue gabut parah pas bokap gue telvon tadi jadi gue kabur deh ke rumah lo. Lagian di rumah sendirian, bisa lumutan gue di sana. – David si cogan tor tor Sisil menggeleng-gelengkan kepalanya saat membaca embel-embel yang David berikan di pesan post it itu. Sisil meraih knop pintu dan membukanya Suatu pemandangan yang tidak asing bagi Sisil kalau David tidur di kasur king sizenya dengan seragam dan sepatu yang masih ia kenakan. Tetapi beda dengan Reon yang sedikit terkejut dengan pemandangan di depannya. "Hampir seminggu kalian kenal tapi udah akrab banget," kekeh Reon, di balas dengan senyuman di bibir Sisil. gadis itu berjalan ke arah David dan melepaskan sepatu vans berwarna hitam dan kaos kaki milik David. Reon yang memerhatikan gerak gerik Sisil, ada sedikit perasaan iri di Dalam dirinya tapi perasaan itu ia buang jauh-jauh karena Reon tahu, kalau David hanya sebatas teman yang sekarang akrab dengan Sisil setelah kematian sahabatanya. Nabil. "Udah 2 kali dia tidur di kasur gue pake seragam sama sepatu gini......" kata Sisil sambil menaruh sepatu David ke dalam rak sepatu di sudut kamarnya. " ... selalu ngerepotin, kaya Nabil dulu," kekeh Sisil. Reon tahu perasaan Sisil. , dan kematian Nabil itu cukup membuat Sisil semakin hancur. Setahun lebih ia mengagumi Sisil dan setahun lebih juga ia tahu tentang Sisil. Semuanya hampir tau dari apa yang ia suka, masalah dan kedua orang tuanya yang meninggal. Jangan di tanya Reon tahu dari mana, Reon adalah salah satu anak brandal yang sering corat coret tembok jalanan memakai pilox. Memang ia adalah pentolan di sekolahnya dan hampir seisi sekolah tahu Reon. Pentolan dalam rangka wajah yang tampan dan sedikit berandal sih sebenarnya. Di sekolah ia memang tidak terlalu memperlihatkan sikap brandalnya , dirinya lebi cenderung memperlihatkan itu di luar. Ada beberapa guru dan murid yang tahu gimana kelakuan Reon dan kedua temannya terutama Nalen, tetapi bagi mereka bertiga itu bukan suatu masalah kalau guru-guru akan tahu semua bahkan seluruh murid tahu pun tidak masalah. Banyak tempat nongkrong dan tembok-tembok yang ia corat coret. Dari situ banyak kenalan Reon dan banyak juga yang membantu Reon untuk mencari informasi tenang gadis di depannya, Sisil. "Mau kut gue ke pemakaman? Tiba-tiba jadi pengen liat Nabil,“ ajak Sisil "Kapan?" Kata Reon yang sedikit tErsentak dari lamunannya. “Sekarang?” Lanjutnya lagi. "Iya sekarang.... " kata Sisil sambil menaruh tas ransel yang tadi sempat ia pakai. " ... gue kangen Nabil mendadak," "Okay, yaudah yuk!" •••••••••••• Sisil menaruh sebuket bunga mawar berwarna putih yang ia beli tadi di toko bunga bersama Reon. Sisil sengaja membeli itu karena Nabil senang sekali dengan mawar putih. Sisil diam sambil menatap gunukan tanah di depannya, Perasaan sakit itu muncul lagi seakan-akan tidak akan pernah sembuh dari luka yang sudah tertempel selama 1 tahun ini, bahkan Sisil menangis dalam diam, kenangan-kenangan dirinya bersama Nabil terus terlintas di pikirannya seperti halnya kaset rusak. Lima hari atas kematian Nabil tapi Sisil masih merasakan kalau Nabil ada di sebelahnya, masih mengikuti kemana Sisil pergi. "Bil lo tidurnya lama amat sih, gak bangun-bangun," kekeh Sisil bercanda sambil mengusap air matanya. Reon yang sedari tadi memperhaikan Sisil dari belakang hanya diam menatap nanar gadis di hadapannya, perasaannya mulai menyatu dengan kesedihan Sisil sekarang. Apa yang ia lihat sekarang benar-benar membuat ia merasakan kesedihan yang Sisil simpan rapat-rapat, supaya semua orang tidak mengettahui itu. Reon salut dengannya, sangat-sangat salut. Karena Sisil bisa mengatasi perasaannya sendiri. Reon tersenyum ke arah Sisil yang berjalan mendekat ke arahnya dengan mata merah sesudah menangis. "Udah mau magrib, pulang yuk!" ajak Sisil. Reon berjalan di ikuti langkah gadis itu. "Senyum dong!" kata Reon sambil menyenggol lengan Sisil, Sisil terkekeh lalu tersenyum kecil ke arah laki-laki tersebut, “Jelek banget kalau maksain senyum pas kitanya lagi gak baik-baik aja," "Butuh pelukan gak?“ Celetuk Reon tiba-tiba “Gue rela nih pelukan gue di sumbangin buat elo. Gratis!" Candanya dengan senyuman tulus yang ia pancarkan. Sisil menoleh lalu tertawa "Modus banget ternyata ya lo!" Reon ikut tertawa mendengar ucapan Sisil. Setelah itu Reon merangkul Sisil yang otomatis membuat Sisil diam dan terkejut. " Lo masih punya David. Kakak lo dan gue kok .... " Reon memberhentikan langkahnya dan melepas rangkulannya di leher Sisil saat mereka berada di depan mobil. " .... Dan izinin gue masuk ke dunia lo ya Sil," Kata Reon serius . Sisil menatap kedua iris mata Reon di bawah cahaya jalan yang remang-remang, Sisil tidak tahu ia menerima orang baru di dalam hidupnya akan baik atau tidak. Tapi yang pasti saat ini Sisil ingin berbagi dengan orang yang benar-benar akan mendukungnya. Entah itu baik atau buruk. Sisil ingin orang-orang itu akan selalu ada di sampingnya. "Jadi gimana?" Reon bertanya, berharap Sisil menjawab dengan sebutan "IYA” Sisil tersenyum lebar lantas mengangguk, "Terserah deh, gue mah welcome aja," ucapnya santai sebari menahan senyumnya. Sedangkan Reon yang mendengarkan hal itu, cukup membuat Reon loncat kegirangan. Sisil tertawa terbaha-bahak melihat reaksi Reon yang berlebihan. Reon tahu itu berlebihan tapi jika kalian menjadi Reon, pasti bahagia banget karena Reon sudah menunggu selama 1 tahun untuk bisa dekat dengan Sisil entah itu Pacar atau teman dekat yang jelas keinginan Reon Cuma se1 sekarang. Ingin dekatt dengan Sisil dan melihatnya bahagia, Memang Reon mencintai Sisil, tapi di sini Reon masih sadar posisi. Kalau Sisil masih ada sedikit rasa kepada Nalen, dan satu lagi, Reon tidak yakin kalau dengannya Sisil akan bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD