Chapter 6

747 Words
Reza menatap papan informasi dengan pandangan sayu. Setelah hampir dua jam ia menunggu akhirnya ada informasi lanjut dari pihak penerbangan. Nama-nama penumpang yang memang ada dalam SkyForce Airlines kini terpampang jelas dimatanya. Dan nama istrinya tertera disana, diantara nama penumpang yang lain.   23. Sinta Mahdi 24. Mikela Siha 25. Sarah Jasmine ........   Lututnya terasa melemas bahkan ia hampir saja tak dapat menopang beban tubuhnya sendiri. Danar menatap iba pada sahabatnya itu. Tak ada yang bisa ia lakukan, mungkin ini sudah menjadi kehendak Tuhan untuk memberi pelajaran pada sahabatnya itu. Karma datengnya cepet juga, pikirnya melantur. "Ja, lo yang sabar ya.." iba Danar sambil menepuk bahu sahabatnya itu. Reza menggeleng tak percaya, istrinya benar-benar mengalami kecelakaan. Istri yang ia sia-siakan selama ini meninggalkannya. Sarah berbohong, dia bilang akan pergi ke kota atau negara lain didalam suratnya. Tapi apa ini, mengapa dia pergi ke tempat yang sangat jauh. Bahkan Reza sendiri tak yakin bisa menggapainya. "Kita pulang dulu Ja, ko keliatan kacau banget."    Reza menggeleng "Istri gue, Nar. Istri gue," gumamnya. Reza menatap papan nama diatasnya dan tersenyum tipis, "Istri gue pasti masih selamat, gua yakin. Sarah wanita yang kuat, Nar. Gue percaya dia bakal balik ke gue.."  "Gue percaya kalau Sarah wanita yang kuat Ja, percaya banget" "Gue bodoh banget sih, Nar. Gue bego banget. Gue nyesel, nyesel banget. Sekarang gua harus gimana, Nar?" Danar terdiam, kelihatannya sahabatnya itu benar-benar menyesal. Namun, ia juga tidak bisa apa-apa selain berdoa semoga istri sahabatnya selamat. Hanya itu yang bisa ia lakukan. "Gue mau nunggu disini aja sampe istri gue ketemu.." lirih Reza. "Kita pulang dulu, Ja! Besok kita balik lagi kesini. Lo kacau banget sumpah, berantakan banget.." Danar berujar. "Engga masalah, gue mau cari istri gue. Atau kalau gak Sarah masih di Bandara ini, pasti dia lago sembunyi karena lihat gue disini. Ya, Sarah pasti lagi sembunyi dari gue.." Reza tertawa dan mulai mengedarkan pandangannya kesekitar Bandara, mencari istrinya.   Danar mengurut hidungnya, pening sekali kepalanya "Kita cari sama-sama Ja. Gue sama anak buah gue juga lagi berusaha buat nyari Sarah.." ucapnya.   "Istri gue, dia ada dalam pesawat itu. Pesawat hilang itu. Gue harus gimana kalo pesawat itu gak bisa ditemuin Nar? Gue harus gimana?!" Reza berteriak, air matanya luruh.   Danar berjongkok menyamakan posisi dengan sahabatnya itu. Ia menepuk pundak sahabatnya itu dengan pelan. Ia juga bingung. Ia tak mengerti apa yang harus dilakukannya sekarang. Pencarian anak buahnya juga sampai sekarang belum membuahkan hasil.   "Sabar, Ja." hanya itu yang bisa ia ucapkan pada akhirnya.   ~~~~   "Reza! Dimana kamu, Reza?!" wanita paruh baya itu berteriak cemas. Wajahnya terlihat sembab.   Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru rumah. Kosong. Ia pun bergegas naik ke lantai dua menuju kamar putranya. Saat melihat kedalam ia terpaku ditempatnya, mendapati anaknya menangis di pojok kamarnya sambil memeluk sebuah foto. Ia menghampiri anaknya dan menyamakan posisinya.   "Reza.." panggilnya pelan.   Reza mendongak menatap seseorang yang ia sayangi berada di depannya. Ia bergerak memeluk sang Ibu dan menangis hebat didekapannya. Wanita paruh baya itu merasa tercubit hatinya. Melihat putra semata wayangnya menangis untuk yang pertama kali setelah ia dewasa. Tangisannya bahkan sungguh menyayat hatinya.   "Kamu yang sabar ya, Nak.." ujarnya sambil menepuk punggung anaknya.   "Sarah, Mah. Dia..dia..pesawatnya hilang Mah, istriku ada didalam sana, Mah.." ucapnya terbata.   "Iya sayang. Mama tau. Mama tau, Nak.."    Reza terus menangis "Istriku, Mah.." isaknya.   "Ssst, kamu yang tenang ya. Sabar. Sarah pasti ditemukan. Mama percaya, Sarah bakal balik lagi ke keluarga kita. Kita berdo'a aja ya supaya Sarah baik-baik aja.."   Reza mengangkat kepalanya dan mengusap kasar air matanya. Ia menatap foto pernikahan didekapannya dengan sendu.   "Engga bisa, Mah. Sarah ada disana dan Reza gak bisa tenang sebelum dia ditemukan."   Hesti meneteskan air matanya. Ia mengerti jika putranya sedang dalam keadaan yang kacau. Ia sudah mendengar semuanya dari sahabat putranya itu, Danar. Bahkan perihal selingkuhnya Reza hingga menantunya memutuskan untuk menyerah dan berakhir seperti ini.   Hesti merasa bersalah pada Sarah, karena akibat perjodohan ini pasti benar-benar menyakiti hati perempuan yang menjadi menantunya itu. Apalagi dengan Reza yang menjalin hubungan dengan wanita lain. Sebagai wanita ia merasa benar-benar merasa sakit jika ada didalam posisi Sarah. Mungkin ia sudah tak kuat.   Dan sebagai seorang ibu ia merasa gagal dalam mendidik putranya. Ia benar-benar gagal karena membiarkan putranya menorehkan luka pada wanita sebaik Sarah. Bahkan dengan menyelingkuhi didepan mata istrinya. Ia kecewa. Sangat-sangat kecewa.   "Kenapa kamu nangis? Air matamu itu sudah gak ada gunanya! Ini kan yang kamu mau? Sarah pergi dari hidupmu?!"  Reza mengangkat pandangannya saat mendengar suara tegas lelaki yang sangat ia hapal, suara Papanya sendiri.   "Papa.." lirihnya pelan.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD