"Papa..." lirih Reza menatap sang Papa yang berdiri angkuh didepannya.
Hesti segera beranjak dan memegang lengan suaminya yang masih memakai setelan kantornya. Suaminya benar-benar terlihat marah. Tentu saja, Sarah adalah menantu kesayangannya. Lelaki berumur setengah abad itu sebelumya sudah diberi amanat oleh sahabatnya yang merupakan kedua orang tua Sarah sebelum mereka meninggal, mereka berpesan agar menjaga Sarah dan menikahkannya dengan putranya.
Tapi sekarang rupanya ia gagal. Padahal dulu ia dengan percaya dirinya menyanggupi permintaan sahabatnya. Namun, putranya malah menyakiti menantunya itu.
Salahnya, ini memang salahnya. Salahnya karena mempercayai putranya yang bodoh itu. Salahnya karena menikahkan Sarah dengan Reza dan membiarkan menantunya itu terluka seperti ini. Bahkan sekarang menantunya mengalami kecelakaan. Miris sekali.
"Mas, jangan dulu. Reza masih kacau," ujar Hesti pelan nyaris berbisik pada suaminya.
Lelaki itu tersenyum sinis lantas melepaskan tangan istrinya pelan kemudian berlalu menghampiri putra bodohnya yang terlihat kacau itu.
"Sudah puas kamu?"
"Apa maksud papa?"
Pradana memandang remeh putranya, "sudah puas kamu menghancurkan hidup Sarah? Apa sudah cukup rasa benci tak berdasarmu pada gadis malang itu?" tanyanya sarkas.
Reza meneguk ludahnya kasar dan terdiam tak mampu menjawab. Ia tidak berani menjawab papanya karena memang ia yang salah disini. Baginya, kemarahan papanya adalah salah satu hal yang paling ia hindari, karena jika papanya sudah marah maka tamatlah riwayatnya.
"Aku memilihkan wanita baik-baik untuk jadi istrinya, tapi justru dia menyianyiakannya. Dan dia lebih memilih wanita jalang itu. Ah dan mereka tetap berhubungan saat dia sudah menikah. Bahkan, menantuku juga sudah mengetahui semuanya tapi apa yang dilakukan menantuku itu? Apa?" Hesti terisak ditempatnya mendengar ucapan suaminya, hatinya terasa sakit sekali.
"Dia hanya diam dan dengan kurang ajarnya anak bodoh ini tetap melanjutkan perselingkuhannya. Aku benar-benar merasa malu memiliki anak sepertimu.." Pradana kembali berujar dengan sarkas, namun percayalah dalam hatinya ia merasa sakit saat mengingat menantunya Sarah yang sudah ia anggap seperti putri sendiri.
Reza yang sedari tadi sudah menangis terisak lantas berdiri dan bersimpuh di kaki Pradana. Semua yang dikatakan papanya memang benar, dia memang lelaki tidak tahu diri. Dia lelaki bodoh yang sudah menyianyiakan Sarah dan sudah menghancurkan kepercayaan papanya.
"Maafin Reza, Pa...Reza benar-benar minta maaf. Reza udah hancurin kepercayaan Papa, Reza udah nyakitin Sarah..maafin Reza.." ujarnya penuh sesal.
"Papa gak ngerti sama jalan pikiran kamu, bisa-bisanya kamu berbuat seperti itu pada Sarah!"
Reza menunduk, "Reza nyesel pa, maafin Reza..."
"Apa salah Sarah ke kamu? Apa hah?!"
"Mas, udah Mas.." Hesti tidak tega melihat putranya bersimpuh tidak berdaya seperti itu dan berusaha menghentikan suaminya.
Pradana membuang mukanya dan mundur menghindar dari belitan tangan Reza pada kakinya. Ia tidak ingin melihat kesedihan di wajah anak dan istrinya itu. Karena jika ia melihatnya ia juga pasti akan lemah dan tak tega. Walau bagaimanapun Reza tetaplah putranya, darah dagingnya sendiri.
"Entah apa yang sudah papa lakukan di masa lalu, hingga Tuhan memberikan karma seperti ini di kehidupan putraku.."
Reza menggeleng "engga Pa, ini semua memang salah Reza, ini memang karena cinta buta Reza pada wanita jalang itu. Papa jangan salahin diri sendiri, ini semua salah Reza, Pa. Ini salah Reza.." Reza menjambak rambutnya frustasi sambil terus menangis.
Pradana yang tidak tega akhirnya menunduk melihat putranya yang terlihat acak-acakan. Ia ikut bersimpuh dan memegang pundak putranya dengan kuat. Ia menepuk bahu putranya yang masih terisak berkali-kali. Ia sangat menyayangi putranya lebih dari apapun. Sungguh, melihatnya menangis seperti saat ini benar-benar menyakiti hatinya.
"Maafin Reza Pa..maafin Reza.." gumam Reza.
"Papa akan bantu kamu cari Sarah dan jika memang kamu mendapat kesempatan kedua, Papa harap kamu tidak akan menyakiti hati Sarah lagi.." ucap Pradana datar.
Reza tersentak, lelaki itu tersenyum tipis dan segera memeluk papanya dengan erat. Hesti ikut tersenyum tipis melihatnya. Ia sudah menduga kalau suaminya ini pasti akan membantu putranya. Reza Keano Bagaskara adalah putra kesayangan Pradana Bagaskara. Valid.
"Reza janji Pah, Reza janji.."
"Papa pegang janjimu."
~~~~~
2 bulan kemudian...
Lelaki dengan setelan kantor lengkap itu terlihat sangat kacau. Ia berjalan dengan sempoyongan menuju kamarnya. Pakaiannya berantakan, bulu-bulu halus di rahangnya bahkan tak ia cukur. Sikapnya jadi lebih dingin dari sebelumnya. Ia bahkan seperti seseorang yang tak tersentuh. Emosinya seringkali mudah naik jika ada hal yang tidak terasa pas di penglihatannya.
Dua bulan. Sudah dua bulan istrinya menghilang dan sudah dua bulan ia terus mencari dimana istrinya berada. Beratus-ratus anak buah sudah ia kerahkan untuk mencari dimana istrinya. Namun hasilnya nol besar, sama sekali tidak membuahkan hasil. Ia nyaris saja putus asa. Namun tidak, ia harus menemukan dimana istrinya berada. Harus.
"Tuan? Apa tuan ingin makan malam?" tanya salah satu pelayan yang tadi membuka pintu.
"Tidak.." sahutnya dingin. Langkahnya dengan cepat menapak menaiki tangga, menuju kamarnya.
Pelayan itu hanya mengangguk patuh dan segera pergi. Mendengar suara dingin dari majikannya itu cukup membuat ia ketar-ketir sendiri. Semenjak kepergian Nyonya-nya, majikannya itu bahkan jarang memakan sarapan dan makan malamnya.
Hesti yang melihat putranya dari lantai atas hanya memandang sendu. Tidak ada yang berubah sejak dua bulan lalu. Memang, sejak kepergian menantunya ia memutuskan untuk tinggal bersama dengan putranya. Ia takut jika putranya akan melakukan percobaan bunuh diri lagi. Ya lagi.
Sebulan yang lalu saat Sarah belum juga ditemukan, ia menemukan putranya terbaring lemas di bawah ranjang kamarnya dengan memegang foto pernikahannya dengan Sarah. Reza saat itu diduga mengonsumsi obat-obatan dalam jumlah melebihi dosisnya yang akhirnya menyebabkan putranya itu overdosis. Sehingga ia harus dirawat intensif di sebuah Rumah Sakit sampai satu minggu lebih.
Hal itulah yang akhirnya membuat Hesti dan Pradana memutuskan untuk tinggal bersama Reza agar putranya tidak kesepian sekaligus untuk mengawasi putranya jika melakukan hal bodoh itu lagi.
"Sarah..kembalilah Nak. Putraku sudah sangat menyesal.."