UNLUCKY DAY

2107 Words
Cherry menatap mobil di depannya dengan pandangan kalut. Beberapa goresan dalam terlihat di permukaan bagian samping mobil itu!! Pandangannya beralih pada laki-laki yang berdiri di depan mobil sambil bersedekap. Tatapan dingin nya mengintimidasi. Sangat kontras dengan wajahnya yang tampan luar biasa. Mereka sedang menunggu seseorang dari bengkel mobil yang baru saja dihubungi laki-laki itu. Setelah itu, mereka atau tepatnya laki-laki itu akan membuat perhitungan berapa total ganti rugi yang harus diberikan Cherry untuk memperbaiki kerusakan mobil itu. Ya! Cherry ceroboh sekali waktu melaju  kan sepeda kesayangannya hingga menabrak mobil Lamborghini milik laki-laki di depannya itu. Padahal mobil mewah itu sedang ter parkir manis di depan kafe tempatnya bekerja. Cherry mengusap peluh yang membasahi pelipis nya. Matahari lumayan terik ditambah tatapan dingin laki-laki di depannya itu sukses membuatnya berkeringat lebih lagi. Dari ujung matanya dia bisa melihat laki-laki itu mungkin berumur sekitar 28 atau 29 tahun. Bertubuh tinggi, bersih, rambut hitam kecokelatan agak ikal nya sedikit berantakan, mengenakan celana bahan hitam, kemeja kotak-kotak warna biru tua, dan tadi dia melepaskan sebuah jas putih...mirip yang sering dipakai para dokter. Cherry memukul dahi nya pelan, malu dengan lamunan tak pentingnya. Laki-laki itu masih menatapnya. Diam. Marah atau tidak Cherry tak tahu. Yang Cherry  tahu dia risih dengan tatapan meng intimidasi laki-laki itu. Rasanya dia rela bumi menelan nya mentah-mentah dan menenggelamkan nya di lapisan ter dasar kerak nya daripada harus menerima tatapan gelap itu. God...damn!! Kenapa orang dari bengkel lama sekali? Ethan tertawa dalam hati melihat tingkah gadis yang baru saja menabrak mobilnya itu. Kelihatansekalidiamencobabersikaptenangmenyembunyikankegugupannya. Keringat mengalir dari pelipis  nya dan gadis itu mengusap nya dengan punggung tangannya. Gadis itu tidak terlalu cantik atau punya tubuh se molek model, tapi dia punya kaki jenjang yang indah dan mata cokelat yang teduh. Rambut lurus se bahunya dia ikat asal. Mata cokelat nya bersinar cerdas. Sekarang dia masih memakai seragam kerjanya. Sebuah t-shirt putih pas di badan dan sebuah rok kilt di atas lutut mengekspos kaki indahnya.  Sebuah tas selempang abu-abu tersampir di pundaknya. Kulitnya tidak putih pucat, tapi kuning langsat dan terlihat kenyal. Rambut  halus terlihat serasi di kaki dan tangannya. Rambut yang membuat kulit gadis itu terlihat eksotik. Ethan langsung yakin gadis itu berdarah campuran. Entah dari mana tapi keyakinan Ethan sangat kuat. Gadis itu bukan berasal dari negara itu. Ethan tersenyum miring membayangkan pasti sangat panas memerangkap gadis itu dalam pelukan dan mencumbu nya. Suara mobil datang membuyarkan lamunan Ethan. Dua orang dari bengkel sudah datang lengkap dengan peralatan mereka. Ethan mempersilahkan dua orang itu mengecek semuanya. Sepuluh menit kemudian, kedua orang itu menelit ikerusakan mobilnya. "Well...ini lumayan parah, Sir...bisa makan waktu paling cepat 2 minggu untuk memperbaikinya." Salah satu pria dari bengkel memberi perkiraan. "Berapa biaya untuk kerusakan seperti ini?" Ethan bertanya sekadar basa-basi walaupun sebenarnya uang bukan masalah buatnya. Lagi pula ada asuransi  untuk mobil itu. "Hmm...kira-kira sekitar $10.000, Sir. Bisa lebih. " Pria dari bengkel menegaskan. Ethan menoleh pada Cherry yang pucat mendengar percakapan nya dengan orang bengkel itu. "Siapa namamu?" Ethan menoleh pada Cherry. "Cherry, Sir." Cherry menjawab lirih. Tubuh nya terasa lemas bagai tak bertulang. "Kamu dengar Cherry, berapa biaya memperbaiki ini semua?" Pertanyaan Ethan disusul deheman penegasan. Cherry mengangguk. Kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Dari mana dia bisa mendapat uang sebanyak itu? Belum lagi harus memperbaiki kerusakan sepedanya . Cherry menoleh kearah sepeda kesayangannya yang juga mengalami kerusakan lumayan parah. Cherry merasakan kakinya yang terluka berdenyut. Ohh...ini sungguh sempurna. Sakit jiwa dan raga! "Okay! Kalian bawa mobil ku. Juga sepeda itu. Kalau ada apa-apa kalian bisa menghubungi ku." Ucapan Ethan disambut acungan jempol orang bengkel. Ethan melangkah  ke arah mobilnya untuk mengambil  jas nya dan sebuah kotak obat. Dua orang bengkel itu menaikkan sepeda milik Cherry kebelakang mobil mereka. Satu orang mengemudikan mobil bengkel dan satu lagi mengemudikan mobil Ethan yang terlihat mengenaskan. Mereka berlalu. Ethan menatap mereka hingga hilang di tikungan. "Okay, Cherry...mari kita kerjakan bagian kita." Ethan menatap Cherry tajam. Membuat gadis itu menghela napasnya pelan. "Saya belum punya uang sebanyak itu Sir." Cherry berkata lirih, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Ahh...baiklah. Duduklah." Ethan melangkah sambil menunjuk kearah pedestrian yang teduh karena dinaungi pohon maple dengan daun yang lumayan rimbun. Cherry mengerutkan dahi bingung tapi memilih mengikuti perintah Ethan. Berjalan pincang kearah yang ditunjuk oleh Ethan dan duduk. Efek menabrak lumayan kencang menghasilkan luka di lutut dan beberapa memar di paha dan tangan. Ethan menarik kaki Cherry hingga selonjor membuat Cherry kaget. "Hmm...lukanya cukup dalam tapi tak memerlukan jahitan." Ethan mulai membersihkan luka di lutut Cherry. Gerakan Ethan sangat terampil. Khas dokter berpengalaman. Cherry berjenggit kesakitan ketika Ethan membubuhkan antiseptik cair pada lukanya. Tanpa sadar Cherry mencengkeram lengan Ethan. Tak melepasnya bahkan sampai Ethan selesai mengobati lukanya. "Dan ini...kompres dengan air dingin begitu kau sampai rumah." Ethan menekan dua memar di paha Cherry dengan telunjuk nya. Cherry terpaku, merasakan tubuhnya meremang atas perlakuan Ethan. Membuatnya menemukan kesadarannya kembali dan dia melepaskan pegangannya di lengan Ethan. "Jadi kapan kau akan membayar biaya perbaikan mobil ku?" Ethan bertanya sekali lagi sambil mengulum senyuman. Hati Cherry mencelos. Di pikirannya, pria ini sudah baik seperti itu mungkin dia tidak akan bertanya lagi soal ganti rugi. Tapi ternyata? "Butuh waktu lama untuk saya mengumpulkan uang sebanyak itu, Sir. Maafkan saya." Cherry menatap Ethan dengan pandangan memohon. Menghela napasnya lagi dengan pelan sambil menjiwai rasa berdenyut yang kian kencang di kakinya. Ethan tersenyum. "Well...berapa lama?" Ethan kembali bertanya. Pertanyaan yang terdengar mendesak dan penuh penekanan. "Bisa setahun bahkan lebih, saya hanya pegawai kafe seperti yang Anda lihat." Cherry kembali bergumam lirih nyaris seperti bicara pada diri sendiri, sambil menoleh kearah belakangnya. Kafe  tempatnya bekerja terlihat sepi. "Okay, Cherry...kau tidak perlu membayar perbaikan mobil ku bahkan sekaligus kerusakan sepeda mu." Penyataan Ethan membuat Cherry kaget. Cherry menatap Ethan tak percaya. Sejenak Cherry merasa menjadi tuli mendadak. Terbit harapannya. Bagai mentari pagi yang cerah, menyengat hangat dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi. Dan laki-laki di depannya itu terlihat berjuta kali lebih tampan di matanya. "Tapi tidak gratis." Ethan tersenyum miring. Alis tebalnya terangkat  satu seakan merayakan sebuah kemenangan. Kemenangan telah melambungkan harapan gadis di depannya itu, lalu menghempaskan nya dengan sangat keras. Cherry merasa ter hempas dan membentur batu karang. Bahunya yang tegak sesaat tadi kembali terkulai kehilangan harapannya. Memang selalu seperti ini. Mana ada yang gratis untuk $10.000 bahkanlebih? Ethan menelepon seseorang untuk menjemputnya. Dia berbicara membelakangi Cherry. Pikiran Cherry terus berkecamuk. Apa yang akan diminta Ethan darinya? Tubuhnyakah? Iiih...Cherry bergidik ngeri membayangkan kemungkinan itu. Sepuluh menit kemudian datang sebuah mobil sport mewah menghampiri mereka. Seorang laki-laki yang tak kalah tampan menghampiri mereka. Tersenyum miring. Khas Don Juan tapi terlihat lebih ramah. Pakaiannya khas eksekutif muda. Dia adalah Dean Arthur Leandro adik dari Ethan. Ethan menoleh lagi kearah Cherry. "Jadilah maid di apartemen ku selama 6 bulan dan semua aku anggap lunas termasuk biaya perbaikan sepeda mu. Kau juga akan mendapatkan gaji. Aku akan mengirim pesan alamat apartemen ku." Ethan berujar secara runut dan tegas sesaat sebelum melangkah menuju mobil adiknya. Cherry baru akan mengeluarkan kata-kata ketika langkah Ethan berhenti. "Satu lagi...aku tidak suka dibantah dan tidak suka penolakan." Ethan membuka pintu mobil dan masuk kedalam mobil adiknya itu. Bibirnya menyunggingkan senyum miring penuh kemenangan. Mobil melaju pelan meninggalkan Cherry yang kesal setengah mati. Dia menghentakkan kaki dan mengepalkan kedua tangan nya murka sambil mengerucut kan bibirnya. Apa-apaan orang itu? Memberi perintah seenak jidat nya sendiri! Menyuruhnya menjadi pembantu? Enam bulan? Hatinya tak terima tapi dia bingung harus bagaimana membayar biaya perbaikan mobil itu. YaTuhan.... Ini hari paling tidak beruntung sepanjang 20 tahun seorang Amabel Cherry Diaz hidup di dunia ini. Seharusnya dia tadi pelan-pelan dan  fokus ke jalan di depannya, bukanmenundukmembenarkantasselempangnyasambilmengayuhsepedanyakencang. Cherry merutuki keteledoran nya. Sementara itu Ethan tertawa geli  melihat tingkah Cherry dari kaca spion mobil. Dean menatap heran Kakaknya. Tapi jauh di lubuk hatinya dia bersulang dengan anggur terbaik di dunia untuk gadis itu karena telah mengembalikan tawa Kakaknya yang sudah hilang bertahun-tahun lalu.  "Cantik dan lucu..sedari tadi tingkah nya mengemaskan, kau lihat?" Nada suara Ethan terdengar sangat gemas pada gadis di belakang sana. Dean menatap ke arah spion mobilnya. Masih terlihat gadis itu kesal sambil menghentakkan kakinya. Andai dari hidung dan telinga gadis itu mampu mengeluarkan asap, maka dia pasti sudah berasap sekarang karena terlalu kesal, batin Dean. Dean melirik Kakaknya yang terus tersenyum sambil menggigit ujung kukunya. Khas Kakaknya kalau sedang bahagia. Sekali lagi Dean bersulang untuk gadis itu. "Cherry..." Ethan bergumam sambil masih tersenyum. Aaah...nama gadis itu Cherry. Nama yang sedikit aneh. Seperti nama buah saja. Tapi lucu dan terasa pas untuk gadis yang terlihat mungil dan menggemaskan itu, batin Dean lagi. "Ethan...mau ke rumah sakit atau ke apartemen?" Dean menoleh sejenak pada Ethan. Ethan menoleh. "Apartemen saja Dean...aku lelah. Harusnya sudah pulang sejak tadi, tapi aku harus mendampingi Dokter John, ada operas imendadak...ditambah tadi itu..aaaah..." Ethan terlihat menggeliat meregangkan otot-otot nya. "Kau menyuruh gadis itu menjadi maid di apartemen mu? Kejam sekali." Dean menggeleng tak percaya. Menjadikan gadis itu maid demi ganti rugi? Lalu apa gunanya asuransi mobil mewah? Dean mencium adanya maksud terselubung dari Kakaknya itu. "Hmmm..."Hanya gumaman terdengar dari mulut Ethan. Ethan kembali tersenyum simpul. Senyum yang mencapai matanya. Hingga mata dengan manik sehitam malam itu nampak bersinar. "Jangan melakukan apa pun yang buruk pada anak gadis seseorang, Ethan." "Hmmm..." Ethan hanya bergumam lagi. Ethan akhirnya hanya bergumam lagi dan lagi selama dalam perjalanan dan setiap Dean mengajukan pertanyaan. Tak masalah bagi Dean. Melihat Kakaknya seperti ini saja sudah anugerah dan dia gembira bukan kepalang. Hal langka yang Dean kira tak akan terjadi lagi. Wajah ceria seorang Ethan Leandro! Wajah itu kembali lagi setelah berpuluh tahun dinaungi mendung hitam. Ethan sebelumnya adalah pribadi yang ramah sebelum peristiwa menyesakkan d**a itu terjadi. Peristiwa di mana sang Ibu pergi meninggalkan mereka semua. Ethan, Dean dan sang Ayah. Demi sebuah pengkhianatan. Demi laki-laki lain yang pernah menjadi masa lalu sang Ibu. Semenjak itulah Ethan jarang tersenyum. Tersenyum hanya bila perlu. Dan akhirnya, lambat laun senyum itu hilang sama sekali dari wajahnya. Lalu rasa sakit itu muncul. Sakit yang menghantam sisi rapuh jiwa Ethan. Rasa takut akan kesendirian  datan tiba-tiba mendera Ethan terutama di malam hari. Tak ada penyelesaian untuk itu karena Ethan menjadi lebih pendiam dan menutup diri. Akhirnya semua mengalir begitu saja. Adalah hal wajar pada akhirnya ketika Ethan mulai menemukan penyelesaiannya sendiri. Maka semua tidak heran saat setiap hari, 30 hari dalam sebulan Ethan selalu membawa perempuan untuk menemaninya di ranjang nya. Dean dan Ayahnya tahu semuanya. Prihatin tapi tak bisa berbuat apa pun. Hati Ethan laksana beku secara perlahan. Menjadi gila pada pekerjaan dan selebihnya adalah kegilaan lain. Atau menyendiri di siang hari. Begitu saja bertahun lamanya. Sekarang setelah sekian lama.. . Gadis bernama Cherry itu sepertinya berhasil mendobrak kebekuan hati Ethan. Salut! "Dad bagaimana, Dean?" Pertanyaan Ethan memecah keheningan di dalam mobil. "He's good. Kemarin kami main golf sampai sore". Dean menjawab sambil melirik kearah Kakaknya. Ethan mengangguk. Ayahnya masih gila kerja sampai sekarang walaupun tak separah dulu. Beliau sekarang lebih bisa menikmati hidup setelah Ethan dan Dean bisa menggantikannya mengurus perusahaan. Ya...Ethan adalah seorang calon dokter bedah. Dia masih harus menyelesaikan kuliah  lanjutannya sedikit lagi. Siapa sangka dia juga seorang CEO perusahaan yang bergerak di bidang multimedia dan bisnis perhotelan. Menjadi dokter adalah panggilan jiwanya tapi dia juga tidak pernah mengabaikan usaha yang dirintis  Ayahnya dengan susah payah. Usaha yang dimulai dengan banjir keringat dan darah dari tangan sang Ayah. Leandro Corp. Siapa yang tak tahu raksasa multimedia di negeri itu milik keluarga Leandro? Juga bisnis perhotelan, restoran, wahana keluarga, tempat perbelanjaan dan lain sebagainya yang bahkan merambah pangsa pasar internasional? Hampir semua rakyat Amerika mengetahui hal tersebut. Bisnis yang bermarkas di New York itu menjalar kesemua negara bagian di Amerika. Takada yang menyangka jaringan bisnis bilyunan dollar itu dipimpin oleh seorang dokter bedah yang biasa bergelut dengan anatomi tubuh manusia. Sekarang Ethan bisa lebih banyak meluangkan waktu untuk berada di rumah sakit karena Dean, sang adik sudah mampu mengurus bisnis keluarga membantu dirinya. Dean menghentikan mobilnya tepat di depan apartemen Ethan. Ethan turun setelah mengacak rambut Dean. Kebiasaan masa kecil yang hingga kini tak pernah hilang. Menandakan bahwa ikatan mereka sangat kuat dan Ethan begitu menyayangi adiknya itu. Begitu juga sebaliknya. Dean menatap punggung Kakaknya hingga menghilang kedalam apartemen sebelum melajukan mobilnya kembali ke kantor. ------------------------- Sementara itu Cherry masih saja menggerutu dalam hati. Kesal dengan Ethan yang semaunya saja memberi keputusan. Tadi begitu mobil Dean tak terlihat lagi, Cherry segera naik taksi dan bergegas ke rumah sakit tempat Ibunya dirawat. Ibunya sudah empat hari ini dirawat karena maag kronis. Cherry yang bingung dengan biaya rumah sakit dan obat ibunya bertambah pening dengan kejadian tadi. Dia tak mungkin menceritakan hal itu pada Ibunya. Cherry membuka ponsel nya. Membaca sebuah pesan. Alamat apartemen pria bernama Ethan tersebut. Cherry memutuskan akan mendatangi apartemen laki-laki itu. Siapa tadi namanya? Ethan ya? Ah masa bodoh dengan namanya. Yang pasti Ethan itu otoriter, angkuh, dingin seperti es batu di kutub selatan. Dia itu beruang kutub  menyebalkan! Dan luar biasa tampan, tubuh yang bagus, keren, tatapan mata se hitam malam yang membius, suara yang menggetarkan hati, dan bla...bla....bla...bla...Dewi batin Cherry menambahkan high quality pria itu yang tak terbantahkan. Ooh...dewi batinnya yang tak tahu malu! Cherry terhenyak. Lalu...dari mana pria bernama Ethan itu tahu nomor ponsel nya? Pundak Cherry kembali luruh menyadari betapa pria itu berkuasa... ----------------------    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD