THE DESTINY

1616 Words
Tujuh bulan waktu yang lama bagi orang yang hidup dengan ritme yang biasa saja, tapi tujuh bulan adalah waktu yang sebentar bagi orang yang dicintai dan mencintai. Waktu yang sebentar bagi orang yang sedang merangkai reaksi kimia dalam tubuh, reaksi yang bernama jatuh cinta. Reaksi yang lebih rumit dari sekedar hitungan angka - angka yang harus ditemukan hasilnya dengan rumus - rumus memusingkan. Reaksi berusaha saling membahagiakan, yang hampir selalu sulit dilakukan ketika ego yang besar sebagai manusia mengalahkan hati. Di ibaratkan dalam sebuah laboratorium kimia yang penuh dengan cairan-cairan yang bila terjadi kesalahan sedikit saja pada rumus nya, eksperimen nya akan membuahkan sebuah letupan kecil, bahkan juga sebuah letupan maha besar. Begitu juga cinta Cherry dan Ethan. Alam dan udara menjadi saksi bahwa tak selalu mudah membahagiakan sang cinta sekalipun mereka mempunyai cinta yang luar biasa besar, karena sesungguhnya cinta mereka belum terlalu kokoh karena ego masing - masing yang masih besar. Ethan dengan segala ketakutan akan sebuah kehilangan, lagi. Cherry  dengan segala angan tentang masa depannya. Bagaimana bersemangat nya Cherry menceritakan angannya tentang masa depannya, tentang keinginannya bekerja dan mendapatkan gaji yang bagus. Tak masalah baginya bekerja dibelakang meja nine to five. Angan yang tak pernah atau mungkin kalau hanya sekedar menghibur hati...angan yang belum sejalan. Ethan mencintai Cherry dan berfikir untuk apa Cherry bekerja, itu adalah tugasnya sebagai laki-laki. Bekerja dan menghidupi Cherry. Cherry yang mandiri, berpikir bahwa dia harus bekerja agar kelangsungan hidupnya terjaga. Tak tergantung dengan siapapun. Masalah sepele yang menjadi besar ketika dibahas. Belum pernah menemukan titik temu. Pembicaraan tentang bekerja dan keluar dari apartemen, selalu berakhir dengan Cherry yang kesal dan menghentakkan kaki sambil memasang muka cemberut nya. Ethan selalu gemas dengan tingkah Cherry yang satu ini. Ethan selalu diam dan menggeleng ketika Cherry menyinggung tentang rumah dan keluar apartemen. Satu - satunya alasan Ethan bersikap diam adalah Ethan tidak akan siap dengan sebuah kehilangan, lagi. Yang dilakukan Cherry dikemudian hari adalah diam ketika menemukan jalan buntu menghadapi Ethan. Diam, walau berdekatan. Diantar dan dijemput dari kampus dalam diam. Juga di apartemen. Diam yang begitu menyiksa Ethan. Seperti dua hari ini Ethan merasakan kacau luar biasa karena kediaman  Cherry, setelah pembicaraan tentang ada baiknya Cherry bekerja. Kali ini dengan embel-embel Cherry tak akan keluar dari apartemen. Namun Ethan tetaplah Ethan yang entah kenapa suka sekali menggeleng akhir-akhir ini. Kali ini Cherry tidak menghentakkan kaki, tapi langsung diam. Suasana akward segera tercipta bahkan ketika mereka sarapan ditemani Philip yang pagi ini datang dengan resep pancake rasa vanila. Philip hanya berdeham nyaring melihat tingkah mereka. Philip yang sudah menyelesaikan pekerjaannya pamit lebih cepat karena ada urusan. Cherry yang sedang memotong buah tiba- tiba mengaduh pelan membuat Ethan yang sedang menekuri ponselnya menoleh. " Auuuch...". Darah segar meleleh dan tanpa aba-aba Ethan membawa jari telunjuk Cherry ke dalam mulutnya dan menghisapnya pelan. Shiiit...ini memang tak ada dalam anjuran penanganan luka dalam kamus kedokteran...dilarang malah. Tapi Ethan melakukan secara reflek saja. Ethan menarik Cherry dan membawanya ke arah wastafel. Menempatkan Cherry di depan tubuhnya, Cherry bahkan bisa merasakan hembusan napas Ethan yang menggelitik lehernya, membuat bulu kuduk nya serempak meremang. Ethan membuka kran air dan membersihkan tangan Cherry dengan posisi memeluknya dari belakang, terasa sangat intim. Mengusap tangan Cherry pelan, mematikan kran dan mengangkat tubuh Cherry, mendudukkan nya di samping wastafel. Ethan mengambil handuk kecil di laci dan sebuah plester luka yang lucu dengan gambar karakter Disney Princess. Perlahan Ethan mengeringkan jemari Cherry dan memasang plester luka bergambar putri Ariel si Duyung cantik itu pada jari telunjuk Cherry lalu meniupnya pelan. Cherry hanya bisa diam menenangkan debaran jantungnya yang seakan melompat lompat bersenam ria. Ethan dengan gerakan yang sederhana seperti tadi sudah mampu membuat Cherry kelabakan mengatur napas. Tatapan manik coklat dan manik hitam segelap malam itu bertemu begitu dekat, saling menghunjam dengan lembut. Walaupun begitu kata maaf tak terucap. Berakhir dengan Ethan yang berbalik dan berjalan menuju rooftop. Meninggalkan Cherry yang diam tergugu. "Terimakasih... ". Cherry berguman lirih sambil menoleh ke arah tangga menuju rooftop. Ethan sudah tak terlihat. Cherry masih duduk di samping wastafel. Pikirannya melayang pada perdebatan perdebatan nya dengan Ethan. Cherry meringis perih, efek luka di jarinya dan perih di hatinya. Ethan benar-benar tak bisa dibantah, batin Cherry. Cherry lelah dan takut mencoba lagi. Perlahan Cherry turun dari samping wastafel, melangkah menyusul Ethan. Cherry melihat Ethan sedang berdiri di pinggir rooftop, menatap ke arah gedung-gedung bertingkat di depannya dengan tangan dimasukkan kedalam saku celananya. Menatap lurus ke depan, tegak berdiri tak bergerak sedikitpun. Demi apapun di dunia, pemandangan seperti ini akan melumpuhkan setiap wanita yang melihatnya. Cherry mendekati Ethan. Memeluknya dari belakang. Ethan bergerak pelan. Cherry seperti tenggelam dalam bayangan Ethan. Tubuh mungilnya seakan tenggelam dalam bayang-bayang tubuh Ethan yang bidang. Ethan mengeluarkan tangan dari sakunya. Mengusap punggung tangan Cherry. "Aku tidak akan bertanya lagi, Ethan. Aku akan menyelesaikan kuliahmu dengan baik, dan biarkan sang takdir yang membawa ku". Cherry berbisik lirih serupa bisikan. Ethan menghela napas. Dan semoga takdir itu membawamu bersamaku dan dalam takdir itu, akulah pria yang akan membahagiakanmu. "Nanti sore kita ke rumahmu." Cherry terdiam, lalu tersenyum. Ethan dapat merasakan senyuman Cherry di punggungnya karena Cherry menempelkan wajahnya. "Lepaskan pelukamu, atau aku akan menerkammu saat ini juga."  Ethan berbalik menghadap pada Cherry. Pandangan mata Ethan meredup. Mati-matian Ethan berjuang agar tak menerkam Cherry sedari tadi. Cherry berjenggit ngeri menatap Ethan. Mereka memang belum pernah melakukannya lagi setelah apa yang mereka lakukan di malam menjelang pagi waktu itu. Malam yang meresahkan hari Cherry. Kata-kata Ethan sukses membuat Cherry teringat malam panas itu. Pipi Cherry memerah dan dengan segera melepaskan pelukannya pada pinggang Ethan. Ethan terkekeh geli dengan pemandangan di depannya. Cherry menggemaskan saat blushing seperti sekarang. "m***m di pagi hari." Ethan berujar sambil mencubit hidung Cherry. "Apa?"  Cherry tersenyum simpul menahan malu sambil memukul lengan Ethan berulang kali. Ethan terkekeh, menangkap tangan Cherry. Mereka saling tatap. Saling memenjarakan. Manik mata sehitam malam dan mata coklat sejernih madu. Bertaut seperti hati mereka. Menghantarkan percikan listrik low volt ke sekujur tubuh keduanya. "Bolehkah?" Ethan mengusap sudut bibir Cherry dengan ibu jarinya. Mata Cherry mengerjap dan tanpa aba-aba Ethan meraup bibir mungil Cherry dengan sekali gerakan. Melumatnya lembut. Cherry yang terkaget - kaget kepayahan mengimbangi. Namun beberapa saat kemudian ciuman mereka mulai seirama. Saling meraup, memberikan kehangatan. Ethan membalikkan tubuh Cherry. Memepetnya ke tembok pembatas rooftop. Terus saling memagut menelisik, saling memuaskan. Lenguhan tertahan Cherry membangkitkan hasrat Ethan. Ethan mengangkat tubuh Cherry membuat Cherry terpekik dan mengalungkan kaki jenjangnya kepinggang Ethan. Pagutan itu semakin liar dan.... "Wow...wow..." Suara Dean yang kaget menghentikan gerakan mereka. Ethan menurunkan Cherry pelan, dan berbalik menghadap ke arah Dean dengan wajah kacau balau meminta penjelasan. "Dad meminta kita ke rumah sekarang", ujar Dean sambil terkekeh melihat raut wajah Ethan yang tersiksa. Ethan menggeram dan berbalik ke arah Cherry, mencium bibir Cherry sekilas lalu melangkah menuju pintu rooftop. "Terkutuk kau!" Ethan melangkah sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Dean. Dean terkekeh, melambaikan tangan ke arah Cherry yang terdiam. Malu, sambil menggigit kuku jari tangan kanannya yang ditopang tangan kirinya. "See you, kakak ipar..." Dean mengedipkan sebelah matanya pada Cherry lengkap dengan senyum jahilnya. Dean berbalik dan melangkah menyusul Ethan. Cherry masih bertahan di rooftop sampai dilihatnya sebuah Ferrari berwarna merah menyala milik Dean melintasi pos penjagaan, keluar dari gerbang apartemen. -------------------------------------------------- Sementara itu di sebuah restoran mewah, di dalam sebuah private room... Seorang wanita duduk dengan angkuh berhadapan dengan seorang laki-laki berjaket hitam ber ekspresi datar. Wanita itu melemparkan sebuah foto seorang gadis ke arah laki-laki di depannya. Laki-laki itu mengambil foto yang diangsurkan padanya, membalikkannya dengan sekali gerakan kaku. Amabel Cherry Diaz " Selidiki gadis itu sampai ke akarnya dan sampai hal terkecil mungkin. Waktumu 2 bulan". Wanita itu berkata dengan nada geram. "Aku sudah mentransfer setengah bayaranmu ke rekeningmu. Sisanya akan kuberikan setelah semua selesai. Lakukan dengan rapi dan bersih." "Si, Senorita."  Laki-laki itu menjawab dengan muka yang masih menampakkan ekspresi datar nya. " Hubungi aku kalau ada yang penting, dan aku tidak menerima kesalahan informasi sekecil apapun, Viktor." Wanita berdiri kemudian melangkah keluar restoran dengan dagu terangkat begitu tinggi. Menampakkan kesombongannya. Memamerkan kekuasaannya. Viktor Romanov Detektif dan seorang pembunuh bayaran! Laki-laki itu menyesap kopinya pelan, menikmati setiap tetes cairan hitam pekat itu memanjakan tenggorokannya. "Waktunya bekerja, Viktor...Aaaah...kau memang pandai menghasilkan banyak uang". Pria bernama Viktor itu ber monolog. Viktor berdiri dan melangkah keluar dari restoran itu. Aura gelap yang melingkupinya membuat beberapa  pengunjung restoran menoleh padanya sambil bergidik ngeri. Di balik wajah tampan nya, aura hitam kejahatan menguar begitu sempurna. Menciptakan getar ketakutan dan kengerian pada setiap mata yang menatapnya. Tubuh tegap dengan gesture yang mempesona itu nyatanya justru membuat orang yang berpapasan dengannya serta merta menunduk. Senyum simpul sedikit miring, tak mampu menjabarkan isi otaknya yang penuh dengan rencana jahat. Sepasang mata coklat yang nampak cemerlang seakan menyunggingkan senyum walaupun nyatanya bibir pria itu bahkan terdiam kaku. Helaan napas lega terdengar dari waiter yang membukakan pintu untuknya. Waiter itu merogoh kantung celananya. Selembar dollar dengan nominal besar di selipkan oleh pria ber-aura gelap itu sesaat sebelum bel di atas pintu restoran berdenting menandakan seseorang telah keluar dari restoran. Dengan ujung matanya, waiter itu melirik mobil pria tadi keluar dari halaman parkir restoran dan menghilang di tikungan jalan. ----------------------------------------------- Sementara itu di sebuah mobil mewah yang melaju dengan kecepatan sedang. Wanita itu... Hillary Ross-Leandro atau sekarang orang mengenalnya sebagai... Hillary Ross Valentinetti setelah dia menikah lagi dengan seorang bos mafia dari Italia, Salvatore Valentinetti. Hillary Ross Valentinetti Ibu dari Ethan William Leandro dan Dean Arthur Leandro! Menyunggingkan senyum miring dan helaan napas penuh penghakiman. Udara pendingin mobil nyata sudah cukup dingin, namun wanita itu tetap mengibaskan kipas tangannya menghalau panas tubuhnya. Panas karena dendam yang terselubung rapi di balik wajah cantik nya yang seakan tak menua di usianya yang setengah baya.   Di benaknya telah tersusun serentetan rencana yang membuat matanya beberapa kali mengerjap menyala. Rencana panjang penuh muslihat yang akan di mulainya hari ini melalui seorang Viktor Romanov. Dan sementara ini dia akan duduk dengan bahu tegak dan dagu yang terangkat tinggi. Menunggu dengan anggun di singgasana nya sebelum nanti...di akhir takdir...dialah penentu. Setidaknya itulah isi kepalanya sekarang. Isi kepala seorang wanita yang penuh dendam kesumat! ------------------------------  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD