Menjadi Manusia

1308 Words
Suasana malam terlihat tak seperti biasanya. Bulan tampak berbentuk lingkaran sempurna dengan warna merah darah. Angin berembus dingin bahkan seakan mampu menembus kulit. Orang-orang segera menutup pintu rumah masing-masing dan memilih berlindung dari kegelapan malam yang membuat bulu kuduk merinding. Di sebuah rumah sakit, terdengar suara rintihan seorang wanita yang tengah berjuang antara hidup dan mati. "Ayo, Nyonya, sedikit lagi," suara bidan yang tengah membantu persalinan di sebuah ruangan menjadi momok yang menakutkan tersendiri bagi pria yang kini tampak gusar. Ingin sekali ia menemani sang istri yang tengah berjuang d antara hidup dan mati, namun ia tak sanggup. Ia hanya bisa berdoa dalam hati agar kedua orang yang ia cintai selamat. Suara tangis bayi membuat pria itu seketika merosot dan bersujud di lantai yang dingin. Sementara wanita yang kini telah menjadi seorang ibu itu, hanya bisa meneteskan air mata mendengar suara tangis bayinya yang kencang. Perlahan matanya mulai terbuka dan hal pertama yang tertangkap oleh indera penglihatannya adalah cahaya aneh yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Kemudian suara merdu seorang wanita menjadi penenang saat suara tangis hendak terlontar. Dan sebelum tangisnya memekakkan telinga, wanita itu segera memberikannya minuman. "Minum yang banyak, Sayang." Wanita itu membelai lembut pucuk kepala bayi dalam dekapannya kemudian mendaratkan ciuman penuh cinta diiringi derai air mata. Regis melihatnya, dan naluri sebagai bayinya muncul dengan tangannya yang tak tinggal diam hendak meraih apapun yang ia bisa. Disedotnya ASI yang baru pertama ia rasakan tanpa henti. Tenggorokannya terasa kering dengan perutnya yang terasa panas. Namun saat ASI itu melewati kerongkongan, rasa panas dalam perutnya perlahan menghilang. "Apakah aku benar-benar terlahir kembali?" batinnya seraya mengamati sekilas tangannya juga rupa ibunya. Benar, ia terlahir kembali sayangnya, sebagai seorang manusia. Sepengetahuannya manusia adalah makhluk yang lemah dan serakah. Tak ada kekuatan, tak ada kemampuan selain hanya kemampuan untuk melukai sesama. Kenapa? Kenapa ia justru terlahir menjadi lebih lemah dari sebelumnya. Di kehidupan sebelumnya ia merupakan iblis tanpa kekuatan, dan sekarang ia juga menjadi makhluk lebih lemah. Apa tidak ada celah baginya untuk merasakan bahagia? Ia menggeliat dan menangis kencang sebagai penolakan atas rasa kecewanya. Ia marah, kenapa Sang Pencipta sama sekali tak memberinya bahagia. Saat rasa kecewa dan ingatan sang kakak menghabisinya terlintas, hanya tangis lah yang mampu ia sampaikan. Ia benar-benar menjadi makhluk lemah tak berguna, lalu bagaimana caranya ia membalas dendam? "Regis, ada apa, Sayang." Wanita itu panik saat Regis terus menangis dan tak mau menyusu. Dengan segera suami dari wanita itu menggendong Regis dan berusaha menenangkannya. Menimang dan mengucapkan kata-kata penuh ketenangan. "Ada apa dengan jagoan kecil papa? St … jagoan papa anak pintar, jangan menangis, Sayang." Regis terkejut saat pria yang menggendongnya membelainya penuh kelembutan. Sangat berbeda jauh dengan ayahnya yang selalu memberinya tepisan kasar. Bahkan ia tak pernah merasakan pelukan ibunya. Perlahan tangisnya mulai berhenti saat dekapan hangat ayahnya terasa begitu menyejukkan hati. Ini nyaman, sangat, sama seperti pelukan wanita yang menyusuinya. "Dapatkah aku merasakan ini sedikit lebih lama?" Sebuah rasa tiba-tiba menyeruak. Ia ingin terus dalam dekapan keduanya. "Tunggu, kenapa aku berpikir demikian? Hidup keduaku untuk membalas dendam," ucapnya dalam hati. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan statusnya sekarang? Manusia, makhluk yang memiliki hati dan perasaan. Sangat mudah terbawa pada perasaan tak kasat mata. Jika benar, ia tetao tak kan lupa dengan tujuannya. Dendamnya tak akan pernah sirna, jika saatnya tiba, akan ia balas sang kakak, juga ayah yang selama ini tak menginginkannya. "Bukankah Regis sangat pintar? Ia diam saat kau mengajaknya bicara, Sayang," ujar wanita itu dengan tersenyum tenang melihat sang suami berhasil menenangkan putra pertamanya. "Tentu saja, aku ayahnya," jawab pria itu congkak dan mendaratkan kecupan penuh cinta di kening Regis. Regis dapat mendengar dan merasakan cinta tulus dari kedua orang tua barunya. Dan ini membuatnya teringat akan ucapan kakaknya. Kakaknya pernah mengatakan bahwa tidak semua manusia memliki hati iblis, ada banyak dari mereka yang memiliki hati penuh kasih. "Sayang, berikan Regis padaku," pinta ibu Regis. Dengan hati-hati, ayah Regis memberikan Regis pada sang istri dan segera memberinya ASI. Jiwa dan naluri Regis sebagai bayi manusia saat ini menguasai diri dengan ia yang menyusu tiada henti. Sejak ia lahir sebagai iblis, ia tak pernah melihat ibunya. Kakaknya mengatakan, bahwa ibunya meninggal saat Regis berumur beberapa bulan. Dan mulai sejak itu kakaknya lah yang merawatnya sampai ia menjadi iblis dewasa. Dan sekarang, saat ia menjadi manusia dan dapat melihat bahkan merasakan ASI pertamanya, ada sebuah rasa yang tak dapat ia jelaskan. "Sayang, dari mana kau mendapat ide untuk memberinya nama Regis? Ini nama yang bagus," tanya Rosaline, wanita yang kini berstatus sebagai ibu Regis. "Tentu saja, istriku, Regis artinya raja. Meski entah jadi apa anak kita saat dewasa nanti, aku ingin Regis menjadi pria yang bijaksana, berkharisma dan disegani semua orang layaknya seorang raja," jawab Damien, pria yang kini adalah ayah Regis di dunia manusia. Damien duduk di tepi ranjang rumah sakit dengan merangkul Rosaline sementara Regis berada dalam dekapannya dan masih menyusu dengan rakus. "Awh …." "Ada apa, Sayang?" Demian terkejut mendengar rintihan kecil Rosaline. Rosaline tertawa kecil dan mengusap lembut hidung Regis dengan jari telunjuk. "Anak kita sepertinya benar-benar haus," jawabnya dengan sedikit merintih kala Regis kian rakus menghisap ASI. "Terima kasih, istriku." Damien kian mengeratkan rangkulan dan mendaratkan kecupan di kening Rosaline. Roseline mengangguk kecil dan menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu suaminya amat sangat bahagia karena telah menjadi seorang ayah. Dan sama sepertinya, Rosaline juga merasakan kebahagiaan tiada Tara. Regis tak mengerti, ia hanya melihat interaksi kedua orang tuanya dengan dahi sedikit berkerut. Ia tak peduli apa yang kedua orang tuanya lakukan, asal ia bisa terus menikmati minuman yang baginya lezat ini, itu sudah cukup. Namun saat matanya melihat kedua orang itu kian menipiskan jarak hingga bibir mereka bertemu, seketika Regis melepas mulut dari asupan ASI-nya dengan mata sedikit melebar. Dan selang beberapa detik kemudian, ia memuntahkan ASI yang ia hisap dengan rakus sebelumnya. Sontak kedua orang tua Regis itu pun terkejut dan panik. "Ya Tuhan, Regis." Keduanya tampak sangat khawatir. Damien segera mengambil tisu dan membersihkan muntahan Regis yang mengotori bajunya. "Sepertinya jagoan kecil papa terlalu banyak minum s**u," ucap Damien disertai tawa kala hendak mengganti pakaian Regis setelah membersihkan muntahannya. "Apa ini sifat manusia? Ini sangat menjijikan," batin Regis yang merasakan sakit di perut setelah memuntahkan isinya. Melihat kedua orang tuanya berciuman, membuat perutnya terasa mual. Dari sanalah awal dari kehidupan Regis sebagai manusia. Ia lahir dari kedua orang tua yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Sangat berbeda dengan kehidupannya di dunia iblis sebelumnya yang hanya sebagai iblis tak dianggap. Hari-harinya sebagai bayi berjalan normal layaknya pada manusia sesungguhnya. Ia yang merupakan reinkarnasi Regis Dragneel sangat jarang menangis. Ia menjadi bayi yang manis dan baik di mata semua orang hanya karena tak ingin menjadi mainan. Ia benci ketika ibunya terlalu mengkhawatirkannya dengan berlebihan begitu juga ayahnya ketika ia menangis keras. Namun yang paling ia benci dari kehidupan barunya saat ini adalah, kedua orang tuanya yang tak kenal tempat kala mereka b******u bahkan melakukan hubungan suami istri. Menjijikan, batinnya. Regis tidak mengerti jika melakukan hubungan itu begitu hebat. Kadang ibunya sampai menjerit atau ayahnya akan mendesah gila. Ia sampai bertanya-tanya, apakah itu merupakan simbol dari kekuatan cinta? Karena menurut ingatanya yang pernah mempelajari buku mengenai manusia, rasa cinta bisa menimbulkan sensasi luar biasa ketika melakukan penyatuan. "Sayang!" Jeritan ibunya seketika membuat Regis yang hampir memejamkan mata terbelalak. Tak bisakah mereka melakukannya dengan tenang?! batin Regis dengan frustasi. "Manusia benar-benar sampah," gumamnya yang hanya terdengar seperti celotehan bayi pada umumnya. Mungkin jika Regis sudah besar nanti, ia baru bisa terbebas dari kelakuan berisik kedua orang tuanya. Dengan ia yang masih bayi seperti ini, ia masih harus tidur di kamar yang sama. Ia terdiam dan menatap langit-langit kamar. Tangannya perlahan terangkat seolah berusaha menggapai mainan di atas kepala. Rasanya sudah tak sabar lagi menjadi dewasa dan ia akan mencari cara bagaimana kembali ke dunia iblis dan membalas dendam. Tapi, dengan statusnya sebagai manusia, apakah ia bisa?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD