Bab 16 Jawaban Luar Biasa Dari Pria Luar Biasa

1618 Words
Ryan sebenarnya ingin mengejar Casilda dan meminta maaf, tapi entah kenapa dia merasa tidak memiliki keberanian sama sekali. Baru kali ini, pemuda itu melihat Casilda sangat murka kepadanya sampai menghindarinya seperti itu. Di tenda, Arkan kembali melanjutkan penjelasannya dengan nada suara bagaikan seorang raja yang bertitah, membuat semua yang hadir di sana tak bisa membuka suara meski hanya untuk bergosip bisik-bisik dengan teman duduk di sebelahnya. Semua mata para tamu hanya tertuju pada sang aktor tampan. Bahkan orang-orang yang menonton melalui sambungan streaming terpana dengan kata-kata hipnotik pria penuh pesona itu. “Saya pikir, jika seseorang ingin berbuat baik, ya, tinggal berbuat baik saja. Itu tidak perlu dikaitkan dengan hal lain yang tidak ada hubungannya seperti latar belakang atau pun seperti apa orangnya. Orang yang kita cap sebagai penjahat dan kriminal pun pasti pernah berbuat baik terhadap makhluk hidup lainnya. Jadi, apakah saya tidak boleh menjadi donatur karena saya bukan orang baik? Apakah hanya orang baik saja yang bisa menjadi donatur di sebuah panti asuhan? Apakah seperti itu? Jika, ya, maka semua orang di tempat ini bukanlah orang baik karena mereka belum menjadi donatur bagi sebuah panti asuhan. Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tidak terkecuali saya sendiri. Walaupun banyak yang mengatakan saya sempurna, tapi apakah sebenarnya kesempurnaan itu sendiri? Saya juga punya cacat dan kekurangan jika dibandingkan dengan orang lain. Mengenai kehidupan pribadi saya, khususnya masalah percintaan, bukankah saya sudah mengatakannya sebelumnya? Saat ini, hanya Lisa yang menjadi prioritas saya, dan dia sangat mempercayai saya, maka dari itu saya juga berjuang menjaga kepercayaan itu dengan cara saya sendiri. Saya tidak peduli apa kata orang, selama Lisa mempercayai saya, saya pikir itu sudah cukup. Hubungan ini, kami berdualah yang menjalaninya, bukan orang lain. Apa pun rumor tentang wanita lain yang terkait dengan saya tanpa ada bukti valid, saya akan menuntut mereka ke pengadilan jika tunangan baik hati saya memintanya.” Lisa yang mendengar hal itu tersenyum dengan wajah merona merah, meremas tangan Arkan dengan sangat kuat penuh rasa cinta. Sang aktor kemudian kembali melanjutkan penjelasannya dengan keheningan di tenda itu. “Lalu, keinginan saya untuk menjadi donatur di panti asuhan ini benar-benar dari lubuk hati saya yang paling dalam. Apa pun gosip yang menyertainya, uang yang saya berikan itu lebih bermanfaat dan berguna untuk anak-anak yatim piatu itu sendiri daripada hanya sekedar kata-kata yang menyudutkan saya. Mengenai rumor operasi plastik yang menuduh saya akhir-akhir ini, saya maklumi mengingat fisik saya di masa lalu ada cerita tersendiri di baliknya. Mungkin lain kali akan saya ungkapkan melalui liputan khusus bagi pihak televisi yang terpilih oleh agensi saya. Selama ini, saya sudah cukup diam menyerahkannya pada pihak manajemen untuk menekan rumor itu, karena saya menghormati mereka dengan segala kerja kerasnya. Tapi, pembenci tetaplah pembenci, begitulah mereka. Walau sudah diklarifikasi pun, saya yakin setelah mendengar kisah masa lalu saya, mereka juga tetap bertahan dengan segala kebenciannya. “ Hening. Arkan memasang wajah dinginnya yang membuat siapa pun sulit untuk menelan ludah. Kali ini, komentar yang ada di web sang wartawan berbalik memuji sang model dengan segala kata positif dan mendukung dari mereka. Ratusan komentar baik itu datang silih berganti, dominannya dihiasi dengan tagar: #KamuSempurnaArkan #ArkanAdalahPangeranSejatiKami Karena Arkan belum melanjutkan kata-katanya lagi, seorang pria menyahut takut-takut: “Ba-bagaimana dengan status Anda sebagai penerus Grup Yamazaki, Raja di dunia entertainment ini? Apakah itu ada kaitannya dengan Anda yang terjun di dunia akting dan model?” Arkan menyipitkan matanya, bertanya dengan nada dingin: “Apa maksud Anda? Apakah Anda menuduh saya menggunakan koneksi keluarga saya untuk sampai sejauh ini?” Suasana kembali hening. Si pria penanya itu menelan ludah gugup. “Maaf. Tapi saya memulai karir saya dari nol dengan usaha sendiri.” Arkan berdiri dari kursinya, membuat orang-orang yang melihatnya kaget dengan kedua bahu terlonjak naik. “Saya pikir, acara ini sudah melenceng jauh dari tujuan awal,” terangnya dengan nada dingin menusuk, lalu tersenyum memikat ke arah para tamu dan wartawan di depannya, “ini adalah panti asuhan, dan ada anak-anak kecil di antara kita semua. Saya rasa sudah cukup sesi tanya-jawab pribadi yang tidak cocok untuk konsumsi anak-anak ini. “ Arkan menoleh memandang barisan kursi anak-anak yatim piatu dengan wajah ekspresi polos mereka, kemudian tersenyum kecil dengan wajah bak malaikat. Hati para wanita yang ada di sana tiba-tiba menghangat dan berdebar kuat melihat ekspresi penuh cinta itu. Wajah mereka bersemu merah dan tiba-tiba mulai membayangkan Arkan sebagai ayah dari anak-anak mereka sendiri. “Tolong hormati acara istimewa ini. Merekalah yang seharusnya lebih banyak mendapat perhatian kalian, bukan saya. Sebagian besar keuntungan drama terbaru saya, nantinya akan disumbangkan pada beberapa panti asuhan lain selain di tempat ini. Saya ingin istirahat sejenak, silahkan lanjutkan sesi wawancaranya dengan pemeran lainnya.” Arkan meninggalkan tempat itu melalui bagian belakang tenda, Lisa mengikutinya dengan wajah cemas dan gelisah. Para wartawan dengan panik ingin mengejarnya, tapi mereka seketika ciut karena beberapa penjaga keamanan bertubuh besar dan berseragam hitam seketika berdiri di depan sana dengan membusungkan dadanya, memberikan tatapan tegas penuh peringatan. “Baiklah! Baiklah! Sudah cukup dengan wawancara dengan para tokoh utamanya, bagaimana kalau kita dengar pendapat dari para pemain pendukung drama ini? Setelah itu kita semua sekalian bisa segera beristirahat sambil menikmati makanan lezat yang sudah disediakan!” Sang sutradara berdiri dengan suara membahana memenuhi tempat itu, riang dan ceria dengan kedua tangan terentang di udara. Bisik-bisik tak enak hati pun mulai terjadi, mereka pun bersatu secara serempak tanpa dikomando untuk tidak membahas soal Arkan lagi. Sang wartawan yang bertanya tadi akhirnya diapit oleh masing-masing 2 pria berseragam serba hitam. Tak ada wartawan lain pun yang berniat menolongnya atau pun kasihan, karena tahu akan berurusan dengan siapa jika ikut menjadi bagian dari komplotan pria nekat itu. “Wuah.... ternyata dulu aku hebat juga, ya, membully pria dengan latar belakang keluarga seperti itu?” Di mobil, Casilda yang mendengar semua itu sembari mencari informasi mengenai siapa Arkan lewat ponselnya, kini berwajah sangat pucat seolah rohnya baru saja melayang keluar dari tubuhnya. Kepalanya bersandar lemah pada pintu di sampingnya. Kedua sorot matanya berputar-putar linglung membayangkan balas dendam pria itu kepadanya. Pintu jendela mobil di seberang kursi diketuk keras oleh seseorang. Casilda terlonjak kaget hingga menjerit ketakutan. Dia menolehkan kepalanya dengan gerakan patah-patah, dan dalam kepalanya entah kenapa dia membayangkan wajah Arkan muncul tiba-tiba pada jendela di sampingnya. Segera, kelegaan menyiram hatinya bagaikan air es yang menyejukkan. 'Manis dan tampan sekali. Siapa dia?' batin Casilda dengan kedua pipi bersemu merah, melihat sesosok pria yang tengah tersenyum di luar mobil. Pria itu menyapanya dengan gerakan tangan yang cepat dan memberinya kode untuk segera membuka pintu mobil. Bagaikan dihipnotis, Casilda buru-buru membuka pintu untuknya. Sebuah senyum manis selembut gula menyapanya. “Halo! Aku adalah Abian Pratama, orang yang memesan ayam krispi di kedai kalian. Apa kamu baik-baik saja?” Kedua bola mata Casilda membesar kaget. “A-abian Pratama?” gagap Casilda, salah tingkah dengan aura tak biasa dari pria itu. *** Di seberang halaman, tak jauh dari tempat parkir, Arkan melangkahkan kaki cepat menuju pintu masuk panti asuhan. Di belakangnya diikuti oleh Lisa dan 2 pria berbadan besar dalam balutan pakaian serba hitam. Di pertengahan jalan, mata pria ini melirik ke arah parkiran, keningnya bertaut kencang ketika melihat sosok yang dikenalnya tengah berdiri di depan pintu mobil Ayam Krispi Yummy. Melihat itu, hatinya yang sudah kacau bertambah kacau saja! 'Mau apa Abian di sana?' batin Arkan kesal dengan berbagai macam imajinasi bermain di dalam kepalanya. Kilasan tiba-tiba imajinasi tentang wajah perempuan berkacamata tebal dan berkepang satu dengan pipi bakpaonya menyapa Abian begitu ramah, langsung menampar hati sang aktor hingga menggertakkan gigi marah. Ini hanyalah salah satu dari sekian imajinasi liar yang dibuat oleh otaknya yang tengah berantakan. “Oh! Arkan?! Apa kamu baik-baik saja?” tanya seorang perempuan berambut bob pendek hitam, dia berpakaian kemeja sifon putih lengan panjang dan rok span hijau selutut. Sosok baru ini muncul dari dalam panti asuhan, langsung menyambutnya dengan wajah panik yang ditahan. “Kamu masih bertanya hal itu padaku? Siapa yang mengundang wartawan itu? Merepotkan saja!” Arkan masuk dengan kasarnya melewati pintu, beberapa kru yang berdiri melihat kedatangan pria itu tampak gemetaran dan gugup bersamaan. “Ya, ampun, dia marah. Kalau dia marah kita bisa susah selama seminggu bekerjasama dengannya.” “Hush! Diam! Jangan buka mulut, kalau sampai terdengar gosip baru lagi, bisa gawat gaji kita, bodoh!” Kedua pria kru yang saling berbisik ini seketika bertatapan mata dengan Arkan, dan keduanya tiba-tiba terlonjak kaget, segera menundukkan kepala dengan perasaan bersalah. “Kalian berdua tolong awasi dengan ketat! Jangan sampai ada satu pun yang masuk ke tempat ini tanpa izin dariku.” Perempuan berambut pendek tadi memberikan instruksi kepada kedua pria berseragam hitam yang kini berdiri patuh di depan pintu masuk. “Aku ingin tidur sejenak, katanya mereka sudah menyiapkan ruangan untukku beristirahat. Di mana ruangannya?” Arkan menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari-cari ruangan yang dimaksud. “Aku rasa mungkin memang sebaiknya kamu istirahat dulu. Jangan cemas soal wartawan tadi, akan segera kubereskan, ok?” “Rena!” raung Arkan dengan perasaan berpilin, berbalik menatapnya dengan tatapan tak enak dipandang. “Kamu adalah manajerku. Aku pikir semuanya akan berjalan mulus, tapi apa yang aku dapat sekarang? Kamu bilang tinggal datang ke mari dan berbicara manis kepada mereka. Sekarang kehidupan pribadiku malah diusik. Apa kamu sudah tak kompeten lagi?” “Arkan!” bentak Rena sang Manajer dengan nada tinggi, ekspesinya lebih kesal daripada pria itu. “Dalam setiap acara, pasti ada kejadian yang tak terduga. Saranku, sebaiknya kamu ke kamar dulu dan dinginkan kepalamu itu. Kamu pikir aku tak bekerja keras untuk meredam semua skandal yang sudah kamu perbuat selama ini? Jika kamu tak memiliki skandal sepanjang kereta api, kita tidak akan sampai pada masalah ini!” Hening. Kedua orang itu saling tatap seolah akan saling merobek satu sama lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD