Bab 65 Kontrak Neraka

1752 Words
Semua tamu kembali berbisik lebih keras, terlihat panik. Sama sekali tidak tertarik untuk membuat masalah itu berlarut-larut. Arkan menunggu dengan wajah murka, dadanya kembang kempis oleh amarah yang membakar seperti bara api, menatap ke sekeliling dengan kedua tangan membentuk kepalan tinju di sisi tubuhnya. "Se-setuju!" Sebuah suara pria takut-takut terdengar dari belakang kerumunan entah dari siapa. "Be-benar. I-itu sudah termasuk ciuman, Tuan Arkan!" "Iya! Kami setuju saja! Biarkan dia lolos kali ini, Tuan Arkan!" Gumaman setuju menggema di seluruh ruangan, karena tanpa ditanya pun, mereka sepakat tidak mau menjadi kelinci percobaan Casilda selain Arkan. Pemandangan seperti tadi, tidak ada yang bisa menahannya jika bukan sang pemilik pesta itu sendiri. Mereka? Sudah pasti akan malu besar! Mengakhiri kegilaan ini, dan segera masuk ke inti acara lebih terasa masuk akal dan aman bagi mereka semua, khususnya para pria yang diam-diam dalam hati tidak ingin bernasib sama dengan Arkan, diserang tanpa persiapan dengan penampilan menyedihkan, kotor dan bau. Mana tidak dapat apa-apa pula, hanya akan membuat harga diri mereka rusak dengan cara tidak elegan. "Benar! Benar! Kita anggap saja itu adalah ciuman. Kami tidak sabar ingin melihat acara utama! Tolong jangan bikin kami lebih penasaran, Tuan Arkan!" Sebuah suara pria menjelaskan maksud suara-suara setuju itu. Namun, Arkan tahu, mereka semua menghindari permainan ciuman baru itu dengan sengaja. Arkan terbahak keras nyaris seperti tirani yang gila, lalu berbalik ke arah Casilda di lantai, suaranya merendah dengan cepat. Baik nada suara dan wajahnya sama dinginnya. Kepala ditundukkan, wajah menggelap sinis. Seringai indah dan liciknya membuat jantung Casilda teriris sakit. "Wuah, malam ini kamu beruntung. Sepertinya efek dari hadiah ciuman keberuntungan dariku sudah mulai bekerja. Bagaimana? Aku masih murah hati kepadamu, kan? Bibirku ini sangat mahal, kamu tahu? Seluruh wanita di negeri ini sangat menginginkannya." Suara Arkan menjadi dalam dan serak seiring aura tubuhnya dikeliling oeh aura gelap menakutkan. Semua bisa tahu kalau pria ini sedang menahan diri untuk tidak meledak habis-habisan. Mereka menggigil ketakutan, sangat mengerti jika Arkan pasti begitu marah karena telah dicium di tengah-tengah banyak tamu yang sudah mempermainkan Casilda sedemikian rupa, sedang dialah yang memiliki ide pesta ini sejak awal khusus untuk mempermalukan wanita berkepang satu itu, tapi malah mendapat serangan yang tak terduga seperti tadi. Bayangkan seperti apa syoknya sang aktor?! Tidak ada yang berani tertawa, atau memberikan kesan merasa lucu, sudah tahu risikonya adalah hidup mereka sendiri akan berada di ujung tanduk. Wanita bergaun ungu, langsung bersembunyi di balik tubuh tamu wanita lain, tidak ingin menjadi sasaran pelampiasan kemarahan Arkan. Menurutnya, aktor tampan itu sudah kehilangan akal! Casilda hanya bisa merendahkan diri di hadapan sang pemiliki pesta. Jadi, dengan kepala tertunduk, dia pun membalas, “terima kasih atas kemurahan hati, Tuan Arkan. Saya sudah tidak sabar untuk masuk ke acara utama.” Wanita basah kuyub dan bau tersebut berdiri dari lantai, memegang kuat-kuat kartu yang diberikan oleh sang pria bertopeng. “Heh, kamu sudah tidak sabar untuk jual diri? Begitu?” Dia maju ke depan, mengamati Casilda dengan hati-hati dan bergaya angkuh, mencubit dagunya, membuat mereka berdua kembali bertatapan mata. “Apa kamu tahu apa yang kamu katakan ini?” “Ya. Saya tahu, Tuan Arkan.” “Benarkah? Kartu yang kamu pegang itu adalah klub malam di mana kamu harus menghabiskan sisa hidupmu dengan perjanjian kontrak sebagai budaknya orang-orang dunia malam. Tahu artinya? Biar kujelaskan agar kamu bisa memahaminya dengan baik. Itu artinya, seumur hidup, kamu akan melayani pria-p****************g menjijikkan, menggerayangi tubuhmu dengan tangan kotor mereka seperti laba-laba,” desisnya seolah ingin mencium Casilda, menyentak maju wajah sang wanita mendekat sambil memasang tampang jijik mengamatinya. Detik berikutnya, wajah Casilda dipalingkan dengan kekuatan di cengkaraman dagunya. Casilda hanya terdiam, meliriknya lemah melalui sudut mata dengan penuh kepatuhan tak berdaya. Memang dia bodoh apa? Dia tahu maksud semua itu. Ini hanya bentuk penghancuran dirinya yang lain, bukan? Selain ide ciuman dan internet tadi? Mungkin acara utama ini tidak begitu buruk, setidaknya tidak akan direkam dan diupload. Dia juga bisa melakukannya diam-diam dari orang terdekatnya. Tapi, hatinya terasa ganjil. Memangnya, dia bakal laku apa? Di ruangan ini saja yang dulu tahu betapa cantik dirinya, malah tidak ada yang mau tanpa ada hadiah yang fantastis itu. “Para hadirin! Dia, Ratu Casilda Wijaya, dengan begitu entengnya dan percaya diri ingin sekali segera masuk ke acara utama!” seru Arkan kepada para tamu dengan penuh kharisma, lalu menatap Casilda, tatapannya bengis penuh emosi. “Kamu sebegitu inginnya masuk ke acara utama, kan? Baik. Akan segera kuberikan,” ucap Arkan dengan suara dalam yang menghipnotis, dagu didongakkan angkuh penuh kesombongan. Dengan gerakan tangan di udara seolah memanggil seseorang, tiba-tiba seorang pelayan wanita bertopeng kupu-kupu penuh bulu di kedua sisi matanya maju dari sudut ruangan, mendorong sebuah troli makanan. Tapi, di atas troli itu bukan makanan isinya, melainkan sebuah dokumen. “Putar layarnya!” teriak Arkan sekali lagi di mic, memberikan perintah kepada bawahannya entah di mana sambil mengebor kedua bola mata Casilda, dipaksa bertatapan mata dengannya seolah akan melubangi Casilda dengan api kebencian sang pria. Sebuah cahaya panjang menimpa layar putih itu, dan tampaklah sebuah aplikasi video daring untuk tatap muka, menunggu loading untuk menampilkan sambungan dari sisi lain. “Kamu pikir ini hanya main-main? Kamu pikir, aku tidak akan tega membiarkanmu jatuh ke lembah hitam itu? Semua acara ini dari awal sampai akhir, kamu lihat tidak ada sedikit pun belas kasihan dariku, bukan? Masih bisa berkata sombong ingin masuk ke acara utama ini?” ledeknya dalam desisan penuh geraman amarah yang membuncah tertahan di dadanya. Sayangnya, tidak seperti apa yang diharapkan oleh Arkan jauh-jauh hari yang ingin melihat Casilda ketakutan dan gemetar panik sambil berlutut memohon ampun, kalimat berikutnya membuat hati Arkan dipenuhi bola api panas, semakin besar tiap kata yang dilontarkan oleh sang wanita. “250 juta. Segera transfer sekarang juga. Kamu ingin aku menandatangi apa pun, akan aku lakukan. Kamu ingin aku melakukan apa pun, akan aku lakukan.” “...” Arkan membeku diam, syok baru menghantam akal sehatnya. Mata saling tatap. Apa wanita ini sudah gila? atau benar-benar mata duitan? Hati Arkan langsung diterkam oleh cakar yang tak terlihat, meledak-ledak bagai gelembung lava yang mendidih merah. “Kenapa? Supaya kamu bisa dengan cepatnya menikmati uang kotormu itu seperti orang bodoh?” “Tolong transfer uangnya sekarang juga. Saya sudah sangat lelah, Tuan Arkan, tidak tahu kapan bisa tumbang kapan saja. Jadi, saya mohon dengan amat sangat, segera lakukan perintah Anda apa pun itu kepada saya di acara utama ini.” Dalam hati, Arkan marah. Sangat, sangat marah. Kemarahan dalam hatinya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata lagi. Benar-benar sangat marah sampai ingin merobek-robek wanita di depannya ini! Tidak tahu lagi sudah marah seperti apa hatinya sekarang. Ekspresi di wajah Arkan langsung mendingin bagaikan es beku abadi, menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya. Sang pria bertopeng tidak terima dengan ketenangan sang wanita dalam menghadapi krisis, tapi jelas dia tidak sudi menunjukkan emosi terhadap reaksi Casilda yang tidak semestinya itu. “Baik. Jika itu maumu,” ucapnya dingin dan tak peduli. Casilda menelan saliva kuat-kuat. Dia tahu ini adalah keputusan bodoh, tapi selangkah lagi, dia bisa mendapat uang untuk adiknya. Lagi pula, meski harus jual diri, dia tidak akan bertemu lagi dengan pria kejam di depannya ini, kan? Seorang pelayan pria bertopeng datang dan membawakan ponsel milik Arkan usai diberi perintah olehnya. Dengan cepat, tangan sang aktor bermain di layar ponsel. “250 juta kedua. Tanda tangani sekarang juga,” desis Arkan dingin tak berperasaan, menarik Casilda dengan kasarnya, dan menunjukkan layar ponselnya, menampilkan transaksi pengiriman senilai 250 juta telah berhasil ke rekening Casilda. Hati wanita berkepang satu ini seolah diguyur oleh air dingin yang melegakan, tanpa disadarinya senyumnya terkembang sangat lebar. Hal itu membuat Arkan menautkan kening marah, dalam dirinya berputar bagaikan tornado. “Kamu sebegitu tidak sabarnya ingin disentuh oleh banyak pria, apakah benar begitu?” Arkan berbisik jahat di telinganya, mencengkeram kerah baju wanita itu dengan tangan gemetar dingin. Kenapa dia sangat emosi wanita ini ingin jual diri? Tidak! Tidak! Heh! Dia sudah tidak punya perasaan apa pun terhadapnya! Tidak mungkin dia masih menyukai wanita ini setelah sekian lama berlalu! Dia sudah melakukan percintaan panas dengan banyak wanita, semuanya cantik dan di atas rata-rata sampai bisa melupakan perbuatan buruk wanita di depannya ini. Tidak mungkin dia menyukainya! Ditambah lagi, dia sudah punya tunangan supermodel paling dipuja dan didambakan di seluruh negeri. Apa-apaan hatinya ini? Perasaan tidak rela macam apa yang timbul di hatinya dengan keadaan saat ini? Sungguh tidak masuk akal! Wanita yang hampir merusak hidupnya itu bahkan sudah jatuh ke dasar jurang, tak tertolong seperti orang bodoh menyedihkan. Mereka berdua juga sudah berada di posisi yang terbalik, dan jelas levelnya sangat berbeda! Namun, bukan perlawanan yang didapat olehnya ketika Arkan berbisik jahat penuh hina ke telinga Casilda, melainkan kalimat yang membuat hatinya tertohok dan berputar dengan sangat cepat. Semakin membuat akal sehat pria ini kacau balau! “Terima kasih, Tuan Arkan. Saya tidak akan pernah melupakan kebaikan hati Anda hari ini. Anda sudah menjadi pahlwan saya untuk seumur hidup saya. Terima kasih banyak,” ucap Casilda dengan senyum tulus. Dalam hati, wanita ini ingin menangis haru, antara sedih dan lega. Tapi, jika air matanya jatuh, hanya akan membuat harga dirinya yang tidak berarti, menjadi semakin hina di depan pria sombong di depannya. Arkan menggertakkan gigi marah, berbisik dengan mata menggelap dingin, “cepat tanda tangan!” “Baik.” Tanpa basa-basi lagi, Casilda mendorong tubuh sang aktor, lalu berjalan menuju troli yang berisi dokumen dan sebuah polpen emas. Semuanya terlihat indah dan mewah, seolah akan menandatangani kontrak hebat milyaran rupiah, tapi aslinya, isi dari kertas-kertas itu adalah neraka bagi Casilda. “Sudah. Apakah saya sudah bisa pulang sekarang?” Arkan nyaris tertawa sinting melihat kepolosan dan kebodohan Casilda. Semua orang di ruangan itu bisik-bisik dalam diam satu sama lain. “Hebat. Hebat. Sungguh hebat. Wanita ini baru saja menjual dirinya menjadi seorang bud4k seks seumur hidup demi uang 500 juta. Sungguh murahan. Kemiskinan tampaknya membuatnya mendapat hukuman keras yang pantas atas semua sikap angkuh dan sombongnya di masa lalu.” Arkan maju ke depan Casilda, mencubit dagunya. Mata memicing, “pulang? Kamu pikir ini sudah selesai hanya dengan tanda tangan?” Layar di dalam ruangan, tiba-tiba memunculkan seseorang dengan wajah bertopeng. “Halo?!” sapa seorang pria yang suaranya sudah disamarkan, tangan kanan melambai dengan ramahnya. Semua tamu terhenyak kaget dengan tampilan itu. Apa lagi ini? Arkan menyeret kasar Casilda ke tengah ruangan, menghempaskannya kasar ke lantai. Lalu, memberikan gerakan tangan kepada seorang pelayan lain. Segera, pelayan itu mendorong sebuah laptop yang terhubung dengan sebuah panggilan video. “Halo, Tuan X. Seperti kataku dulu, aku punya barang bagus untukmu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD