Bab 123 Bertengkar di Kamar Mandi

2114 Words
*** WARNING: RATE 21 PLUS *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA! SEMUA INI HANYALAH IMAJINASI DAN KARANGAN AUTHOR. YANG J E L E K DAN BURUK, JANGAN DITIRU! MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA! ---------------------------------------------- “U-untuk apa masuk ke dalam?” gagap Casilda gugup, keringat dingin melihat bahaya di depannya. Arkan sang aktor, menyipitkan matanya dingin. “Aku bilang masuk, ya, masuk. Apa kamu sudah lupa tugas seorang istri? Cepat bersihkan lantai!” Oh! Rupanya dia disuruh membersihkan lantai kamar mandi? Syukurlah! Baru saja wajah Casilda berseri-seri penuh kelegaan, ekspresinya kembali pucat. “Ke-kenapa Tuan Arkan juga masuk ke dalam?” Arkan berbalik, menatap istrinya dengan tatapan kesal. “Apa kamu tidak tahu fungsi kamar mandi? Tentu saja aku mau mandi! Cepat masuk! Jangan membantah terus!” Eh? Apa katanya? Dia menyuruhnya membersihkan lantai kamar mandi, sementara dia juga akan mandi di dalam? Apa otaknya sudah semesum itu? “Kenapa belum masuk juga? Apa perlu aku menyeretmu lagi?” ancam Arkan kesal, sudah siap-siap menarik tubuh Casilda. Sang istri buru-buru menggelengkan kepala cepat, bergegas menundukkan badan melewati sisi tubuh suami aktornya itu, membuat tangan kanan Arkan menggantung di udara mirip orang bodoh. Arkan tertegun syok, membola kaget dengan kejadian yang tak disangka-sangkanya itu! “Ma-maaf, Tuan Arkan, apakah hanya lantainya yang perlu saya bersihkan? Anda ingin mandi di mana? Bak mandi atau shower di sebelahnya?” tanya Casilda lugu, menjauhkan diri dari Arkan sejauh mungkin agar tidak dijahili lagi oleh sang suami sialan. Arkan memejamkan mata kesal, tangan kanan di udara mengepal kuat-kuat. “BERSIHKAN SEMUANYA! AKU MAU MANDI PAKAI SHOWER! MINGGIR YANG JAUH!” bentaknya jengkel, membuat sang istri yang sudah memegang sikat lantai berjengit kaget. “Astaga... dia itu benar-benar anak TK, ya? Sikap seperti itu adalah superstar yang terkenal di luar negeri? Masih mending jadi Top Star di dalam negeri dengan predikat playboynya. Kalau seluruh dunia tahu seperti apa sifat aslinya, semua fansnya pasti akan kabur terbirit-b***t,” gumam Casilda kesal, menatapnya malas dengan bibir dimajukan. “Apa yang kamu bicarakan sendirian di situ?! Awas kalau kamu sedang menyumpahiku di sana!” maki Arkan yang sudah berdiri di bawah shower, membuka handuknya tanpa malu sedikit pun. Ratu Casilda Wijaya berteriak histeris, memerah sekujur tubuh, “DASAR EKSIBISIONIS GILAAA!!!” Tanpa sadar, Casilda melemparinya sikat lantai di tangannya. Untung saja sikat lantai itu adalah sikat lantai pendek dan kecil, membuat sang aktor kaget dan langsung berteriak murka. “APA KAMU BODOH? BELUM PERNAH LIHAT ORANG LAIN TELANJANG? AKU SENDIRI ADALAH SUAMIMU! DASAR GENDUT OTAK AYAM!” Casilda tidak terima! Enak saja dia meledeknya seperti itu! “Jadi, kamu tahu diri juga sebagai seorang suami? Mana ada suami yang memperlakukan istrinya seperti ini? Seluruh dunia juga pasti akan setuju kalau aku adalah pembantu berlabel istri! Tidak usah menyebut dirimu sebagai suamiku! Aku jijik dan benci punya suami sepertimu!” Casilda kemudian melanjutkan penuh benci di hatinya, mengepalkan kedua tangan di depan tubuh, mata dipejamkan kuat-kuat penuh keberanian. “AKU TIDAK BANGGA PUNYA SUAMI SUPERSTAR SEPERTIMU! SUNGGUH PENGHINAAN!!! AIB BESAR DALAM HIDUPKU!!!” jerit Casilda lebih keras, tapi seketika langsung diseret oleh sang aktor menuju ke bilik shower tadi. “APA YANG KAMU LAKUKAN?!” seru Casilda panik, sudah bersandar dengan tubuh setengah melorot di dinding, menatap wajah gelap dan penuh kemurkaan sang suami. “Kamu merasa terhina menikah denganku, um? Aib besar dalam hidupmu? Baiklah. Aku akan mewujudkan semua impianmu itu satu demi satu!” geram Arkan kesal, nadi di pelipisnya berdenyut marah! Belum sempat Casilda membuka mulut, mimpi buruknya kembali terulang. Suaminya yang juga baru diketahuinya mendapat julukan superstar di luar negeri itu, akhirnya membuka lepas semua apa yang dipakainya. Tidak peduli seperti apa Casilda melawan, tetap saja kalah kekuatan! “TIDAK! TIDAK MAUUU!” jerit Casilda meronta, sudah dipaksa berbalik memeluk dinding dengan kepala digelengkan kuat-kuat. “BERISIK! DIAM KATAKU!” “ARGH! SAKIT! SAKIT!” pekik Casilda ketika merasakan hantaman itu terasa kembali di antara kedua pahanya. Walaupun tidak dimasuki oleh sang suami, rasa perih dan lecet di bawah sana tidak main-main. Selama hampir setengah jam penuh, Casilda mengalami penderitaan dan kenikmatan silih berganti yang membuat kepalanya pusing, dan pandangannya sudah mulai berputar-putar. Arkan yang kini tengah memeluknya posesif, melepas gigitannya pada bibir sang istri. Matanya bercahaya kuat dan tajam. Wajah memerah memesona hingga ketampanannya naik berkali-kali lipat. “Lain kali, kalau bicara kepadaku, sebaiknya pikir-pikir dulu, Gendut! Aku sudah bilang jangan membuatku marah!” desis Arkan kesal, menatap wajah sang istri yang sudah memerah dan sayu seperti orang mabuk luar biasa, sekujur tubuhnya lemas dalam pelukan sang suami. “Jahat... jahat... jahat... aku benci dirimu... suami sialan...” gumam Casilda terisak, sebelum akhirnya pingsan setelah mendapat siksaan di sekujur tubuhnya. Arkan yang melihat hasil perbuatannya itu, hanya bisa menatap linglung bibir berdarah sang istri. Kulit putihnya juga tidak lepas dari keganasan sang aktor, sudah penuh dengan hickey baru yang lebih banyak di berbagai tempat. Lantai di bawah mereka pun sudah sangat basah dan berbau feromon yang khas. Air shower menetes-netes pelan setelah membasahi keduanya selama kegiatan gila tersebut. Dengan kemampuan dan pengalamannya sebagai seorang playboy selama bertahun-tahun, Casilda benar-benar dikuras habis malam ini. Wajah sang aktor meringis kelam, menarik dan memeluk Casilda lebih erat kepadanya. “Kamu yang mendatangkan hal ini berkali-kali kepada dirimu sendiri, Gendut. Jangan salahkan aku,” gumamnya pelan, lalu membopong tubuh sang istri untuk dibawa masuk ke dalam bak mandi. Pria ini dengan telaten mulai membersihkan tubuh istrinya, wajah sayu memerahnya diam-diam memuja penuh cinta. Saat ini, pikiran Arkan masih setengah melayang, dan hatinya kacau balau dengan ucapan penuh kebencian sang istri yang terus bermain di dalam kepalanya bagaikan komedi putar. Niatnya tadi hanya ingin balas mengerjainya, tapi malah berakhir seperti ini. Helaan napas sang aktor terdengar berat, lalu mulai menggeser shower ke bagian bawah Casilda, membersihkan bagian itu dengan baik dan sangat lembut. Hati pria ini merumit. Di saat tertentu, dia sangat dendam sampai ingin menghancurkan Casilda. Tapi, di saat yang lain, hatinya melembut ingin memeluknya berlama-lama dalam rangkulannya. Kesal hatinya kacau balau seperti ini, dia segera cepat-cepat membersihkan tubuh sang istri sebelum pikiran lain menguasainya. *** Dokter Ken memijat keningnya kesal dengan mata dipejamkan menahan emosi, suara menggeram dalam. “Arkan... Arkan... Arkan... Arkan Quinn Ezra Yamazaki! Apa kamu sungguh kejam sebagai seorang pria?!” Mata sang dokter membelalak marah, menatap pria tampan dalam balutan pakaian training serba putih yang tengah duduk bersandar di tempat tidur. Di sebelahnya sendiri sudah terbaring Casilda yang tengah diinfus untuk kesekian kalinya di mansion itu. “Berisik, berikan saja dia obat, dan suruh dokter wanita yang memeriksanya tadi agar tutup mulut jika tidak mau karirnya hancur,” balasnya dingin, bersedekap angkuh dengan kepala ditundukkan ke arah lantai, menolak bertatapan mata dengan dokter Ken di depannya. Sang dokter menghela napas berat. “Tidak bisa begini. Putri orang lain bisa mati gara-gara kamu siksa terus seperti itu! Kamu tahu kalau dia itu masih perawan, kan? Untuk apa melecehkannya seperti itu? Kalau kamu dendam kepadanya, atau hanya penasaran karena dia terlihat empuk dan beda dibandingkan dengan wanita lain yang selama ini kamu tiduri, maka punyalah sedikit hati nurani! Dia itu masih bisa punya masa depan yang bagus! Jangan hanya karena kamu iseng kepadanya, maka bisa seenak itu mempermainkannya! Kamu itu masihlah seorang dokter, Arkan! Walau tidak bertugas, ilmu dan sumpahmu itu tentu masih melekat pada harga dirimu sebagai pria sejati, kan?” Hening sesaat. “Kamu sudah kelewat batas saat ini! Tidak bisa dibiarkan terus! Pecat dia begitu sudah sadar dari kondisi lemahnya. Jangan sampai ini bocor ke publik dan menjadikanmu lelucon,” peringat sang dokter dengan wajah serius. Arkan yang sedari tadi hanya diam saja, menaikkan pandangan kesalnya. “Tidak bisa. Dia adalah milikku.” “Dia bukanlah barang, Arkan! Dia itu manusia! Punya perasaan dan bisa merasakan sakit! Kamu sungguh tidak peduli padanya sama sekali? Kalau memang tidak peduli sedikit pun kepadanya, lain kali saat dia sekarat, sekalian saja tidak usah panggilkan dokter! Biarkan saja dia mati!” “DIAM! Berhenti mengatakan kata ‘mati’ terus menerus! Aku tidak suka mendengarnya!” bentak sang aktor dengan wajah menggelap penuh kemarahan. Dokter Ken menggelengkan kepala heran. “Apa yang sebenarnya kamu inginkan darinya? Apakah dia itu punya kesalahan begitu besar sampai kamu harus membuatnya seperti itu? Arkan, kamu tidak mau membunuhnya, kan? Atau kamu ingin menyiksanya secara perlahan-lahan sampai menderita dan mati? Rantai saja dia seperti anjing tanpa makan dan minum. Aku yakin kamu pasti puas melihatnya tersiksa sampai mati!” Nada suara sang dokter penuh emosi, gemetar oleh amarah melihat perbuatan kejam sang aktor. Tidak habis pikir dia melecehkan asisten pribadinya sampai seperti itu. “Dia adalah istriku.” Hening. Dokter Ken melongo bodoh detik berikutnya, merasa salah dengar hingga menggaruk lubang telinganya menggunakan kelingking kanan, terkekeh keringat dingin. “Maaf, sepertinya tadi aku salah dengar.” Arkan yang masih duduk bersandar di kepala tempat tidur dan bersedekap angkuh, menatapnya kesal, menimpali ucapannya dengan nada dingin dan malas, “tidak salah dengar. Wanita gendut di sebelahku ini memang adalah istriku.” Dokter Ken tertegun syok. “Ja-jangan main-main kamu, ya! Kamu pikir aku ini bodoh bisa dibohongi seperti itu? Kemustahilan semacam itu juga ada batasnya, Arkan sang Top Star!” teriak dokter Ken dengan wajah tidak percaya, tangan kanan mengepal setinggi bahu. Kesal dengan ucapan Arkan yang dikiranya hanya ingin mempermainkannya saja. Dengan pembawaan malas, Arkan segera membuka laci berpassword di sebelahnya, lalu menyerahkan sebuah dokumen kepada sang dokter. “Kami baru menikah minggu ini, tapi belum tercatat oleh negara.” Dokter Ken segera meraih dokumen itu, melihat beberapa bukti surat dan foto-foto pernikahan keduanya. “Ka-ka-kalian menikah kemarin?” gagap sang dokter terbengong hebat, sangat heran melihat dua manusia yang bagaikan langit dan bumi itu ternyata sudah menjadi pasangan suami-istri sah secara agama. “Kenapa? Tidak suka? Nada suaramu sungguh membuatku kesal,” sarkas Arkan dingin. Sesaat, sang dokter kembali memeriksa dokumen pernikahan siri sang aktor. “Arkan! Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan? Bagaimana dengan Lisa?” cerocosnya cepat, maju ke depan. Arkan segera meraih dokumen dari tangan lawan bicaranya, menyimpannya kembali dengan sangat hati-hati. “Itu hanya pernikahan bisnis. Lagi pula, belum tentu akan berlanjut sampai akhir. Punya istri dua, juga tidak begitu buruk, kan?” Dokter Ken mendengus tak percaya, menatapnya heran dan linglung. “Kamu sungguh menyukai Casilda, atau hanya ingin memanfaatkannya saja? Tindakanmu benar-benar tidak masuk akal!” “Apanya yang tidak masuk akal, hah?” Arkan tanpa sadar berdiri dari duduknya, berhadapan dengan sang dokter. Wajahnya dipenuhi badai, tidak suka mendengar perkataannya yang dipikirnya tidak masuk akal menikahi Casilda. “Kamu gila, ya? Atau sudah bosan jadi playboy? Bosan jadi selebriti? Pernikahan itu bukan permainan, Arkan sang Top Star! Itu adalah hal sakral untuk pasangan di dunia ini! Ceraikan dia kalau hanya ingin menyiksanya seperti sekarang! Lagi pula, kalau seluruh penggemarmu tahu, dan Lisa syok mendengarnya, hidup Casilda bisa lebih hancur dibanding karirmu sendiri!” Arkan mengerutkan wajah kesal, tampak sangat tersinggung mendengarnya. Memangnya menikahinya sungguh buruk? Bukankah dapat suami aktor itu luar biasa? “Kamu tidak mengerti, ya? Otakmu ke mana? Casilda bisa menjadi sasaran kebencian seluruh negeri kalau sampai kabar tentang pernikahan kalian ini bocor keluar!” “Aku sudah mengatasi itu. Tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang tahu kalau kami berdua adalah pasangan suami istri, kecuali orang-orang yang hadir di acara pernikahan itu.” Dokter Ken menatapnya horor. “Arkan, kamu dan wanita itu sebenarnya ada hubungan apa? Kenapa kamu sampai sejauh ini hanya untuk membuatnya menderita?” Arkan terdiam, wajah tampannya mendingin hebat. “Bukan urusanmu. Seorang dokter tidak perlu ikut campur pada kehidupan pribadi pasiennya. Tugasmu sudah selesai, kan? Keluar dari sini,” titah Arkan dingin, mengedikkan kepalanya ke arah pintu. Dokter Ken menggertakkan gigi marah, kening bertaut kencang. “Aku benar-benar tidak memahami cara berpikirmu, Arkan!” “Aku tidak butuh. Lakukan saja tugasmu sebagai dokter, dan tutup mulut semua hal yang kamu ketahui di ruangan ini. Paham? Jangan sampai aku menuntutmu dan rumah sakit tempatmu bekerja.” “Arkan!” bentaknya marah, kesal mendengar nada dingin cuek sang aktor. “Aku ingin beristirahat, sudah terlalu larut. Istriku juga butuh ketenangan. Jangan sampai dia terbangun,” balasnya lagi, segera naik ke kasur dan memeluk Casilda erat. Dokter Ken kaget, tidak menyangka Arkan akan melakukan hal itu meski sudah menyiksa sang istri tanpa perasaan. “Cepat keluar. Apa tidak malu melihat suami istri berduaan di atas ranjang?” sindir Arkan dingin dengan nada rendah, terdengar mulai bersahabat, tidak berbalik menatap sang dokter, terus memeluk sang istri mesra. Sang lawan bicara tertohok keras, memerah kesal antara malu dan marah, suara memakinya terdengar jelas seiring kakinya melangkah keluar ruangan, “dasar aktor gila!” Arkan yang semula memejamkan mata, perlahan membuka matanya untuk menatap wajah sang istri. Denyar aneh, tapi lembut meliuk di kedua bola mata pria tampan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD