Bab 133 Dia Tidak Akan Pernah Mau Memberikan Hatinya

1994 Words
*** WARNING: RATE 21 PLUS *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA! SEMUA INI HANYALAH IMAJINASI DAN KARANGAN AUTHOR. YANG J E L E K DAN BURUK, JANGAN DITIRU! MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA! ---------------------------------------------- Ratu Casilda Wijaya membuka mata keesokan hari. Seluruh tubuhnya terasa sakit, tapi jauh lebih nyaman daripada sebelumnya. Lantai di bawahnya tidak terasa dingin dan bau karat lagi, malahan sudah berganti dengan wangi sangat harum dan menenangkan. Juga empuk dan sangat nyaman, hangat, sangat familiar, dan membuat hatinya menjadi lebih tenang dan damai. Casilda yang setengah sadar ini, teringat kalau dirinya sempat bermimpi aneh. Dengan masih memejamkan mata, ingatan wanita ini bermain memutar mimpi di mana Arkan datang kepadanya, dan meninggalkan wanita cantik yang tengah bermesraan dengannya di tiang tempat parkiran studio itu. Dalam mimpinya, Casilda meronta dan melawan, serta memaki Arkan yang dicapnya sebagai suami menjijikkan karena sudah berselingkuh dengan wanita lain tepat di depan matanya sendiri, tapi mau seperti apa pun dia menolaknya, suami aktor sialannya itu malah meraihnya masuk ke dalam pelukannya, dan bodohnya dia luluh dalam ciuman memabukkan sang suami hingga di gudang itu sempat terjadi hal panas yang membuat darah siapa pun berdesir. Casilda yang masih terpejam dan merasa kesal ketika ingat dirinya di dalam mimpi begitu bodoh menerima suaminya yang sudah selingkuh itu, tiba-tiba mengerutkan kening. Hatinya sangat jengkel berputar-putar, lalu karena tidak mau memikirkan dirinya yang bahkan masih saja terpesona di dalam mimpi terhadap suami sialannya, wanita ini memiringkan tubuhnya, berniat memeluk sesuatu yang empuk dan hangat di sebelahnya. 'Um...? Apa ini? Kenapa hangat, lembut, dan keras di saat yang sama? Ukurannya juga seperti bantal guling? Memangnya di gudang ini ada bantal guling?' batin Casilda aneh, masih dengan mata terpejam. Dengan kening dikerutkan dalam, jari-jarinya kemudian meraba-raba pelan dan hati-hati benda yang ada di dekatnya: halus, lembut, dan panas. Juga sangat kenyal dan permukaannya sangat luas, agak berotot dan kokoh. 'Tunggu! Ke-kenapa ini seperti kulit manusia?' batin Casilda bingung. Seingatnya, dia masih ada di dalam gudang, tertidur di lantai yang dingin dan kotor. Semua hal di sekitarnya saat ini sangat aneh! Mata Casilda cepat-cepat terbuka begitu menyadari ada yang tidak beres, dan syok mendapati wajah tampan Arkan berada tepat di depannya. Pria itu tidak mengenakan pakaian apa pun, hanya menutupi tubuhnya dengan sebuah selimut yang dipakai bersama oleh mereka berdua. Bola mata Casilda melotot hebat, dan baru sadar kalau di tubuhnya juga hanya ditutupi oleh selimut tanpa ada apa pun di baliknya! Ketika dia panik dan bungkam tidak paham apa yang terjadi semalam, Casilda merasakan bagian pribadinya sedikit sakit, persis ketika Arkan sudah memasukinya sedikit saat pingsan di mobil usai menyeretnya keluar dari klub malam Elric. Bedanya, saat ini sedikit lebih nyaman dan lebih lembut seolah baru saja diolesi salep di sana. 'Tidak mungkin! Tidak mungkin mimpi semalam itu benar-benar kenyataan!' batin Casilda panik, memucat kelam mengingat dirinya yang sudah lumer oleh ciuman lembut Arkan di gudang jelek dan bau karat itu, dan dirinya malah membalas kemesraan dan kelembutannya penuh antusias, sebelum akhirnya dia memberontak ketika Arkan mulai menindih tubuhnya kuat-kuat. Hening. Otak Casilda tiba-tiba langsung kosong. 'A-apa yang terjadi? Apa yang terjadi setelah itu? Kenapa aku tidak ingat sama sekali?" batin Casilda lagi untuk kesekian kalinya. Hatinya tenggelam, sama sekali tidak bisa mengingat kelanjutan kemesraannya dengan sang aktor yang dikiranya hanyalah mimpi semata. Dia bahkan tidak ingat mereka bicara apa semalam di gudang sialan itu! 'Ke-kenapa begini? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku dan pria sialan ini malah berada di satu ranjang yang sama, dan tidak memakai apa pun? Yang lebih penting lagi, kenapa aku tidak ingat kelanjutannya?!' batin Casilda ngeri. Semakin panik, semakin bingung dengan keadaannya. Wajah menggelap kelam, pucat bagaikan bubur busuk. Saat Casilda diam-diam mencoba turun dari ranjang dengan menahan seluruh sakit di tubuhnya, lengan panjang dan kokoh sang suami segera menangkapnya. “Kamu mau ke mana setelah meraba-raba seenaknya tubuhku, hah?” sindir Arkan dingin, mata masih terpejam. Casilda yang sudah setengah hendak bangun dari baringnya, kontan saja membeku syok, tidak berani berbalik menatap ke arah Arkan yang tidur di dekatnya. Dia bisa merasakan kasur di sebelahnya bergerak, dan kedua lengan sang aktor segera menariknya masuk ke dalam dadanya yang bidang dan polos. “Kamu mau ke mana?” tanya sang aktor dengan wajah kesal, kening bertaut kencang. Casilda menarik selimut kuat-kuat menutupi tubuh bagian depannya, menciut di dadanya. Ekspresinya semakin memucat melihat wajah tampan sang aktor, tidak tahu harus berkata apa. Namun, hal yang membuat Casilda bingung adalah ekspresi Arkan sedikit berbeda. Apa, ya, yang berbeda? Kenapa dia tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata? Pokoknya sangat berbeda! Dagu sang istri lalu dicubit keras, saling tatap dengan ekspresi berbeda, “apa kamu bodoh? Tidak bisa pulang sendirian dan malah tidur di tempat kotor itu?” Jantung Casilda bagaikan tertusuk pisau es, dingin dan menyakitkan. Kontan saja meringis kesal menatapnya. “Ka-kamu yang bodoh! Bagaimana aku bisa pulang dengan keadaan seperti itu? Pria tidak tahu malu dan playboy sepertimu, memangnya tahu apa itu arti malu, hah?” sinis Casilda kesal, menatap Arkan marah, tapi hanya bisa menggigit bibir bengkak dan lecetnya. Kepalanya langsung ditundukkan malu, dan menggerakkan tubuhnya seolah-olah jijik dan enggan berada dalam pelukan sang suami. Sementara itu, Arkan tertegun syok dengan mata masih tertuju kepada Casilda. Tidak tahu malu? Apa-apaan dia berkata begitu kepadanya? Semalam adalah hal paling memalukan untuknya, tapi dia menahannya! Sang aktor seketika saja teringat adegan di gudang semalam di mana dia dan Casilda hampir saja melakukannya sampai akhir, tapi ketika dia sudah mulai memasuki Casilda sedikit tepat di ujungnya, wanita itu malah tiba-tiba memaki dan menyumpahinya dengan penuh kebencian tiada tara, tergugu, melawan keras untuk menghentikannya, dan menggeram hebat bagaikan orang gila yang kerasukan. Arkan sampai tertegun kaget melihat Casilda yang sangat histeris kala itu, hanya bisa mengamatinya di bawah tubuhnya selama sesaat, terus bergumam bersimbah air mata di pipi bakpaonya. Pria itu tahu kalau Casilda setengah tidak sadar, dan mengira kedatangannya hanyalah mimpi, berniat mengambil keuntungan darinya dan mengerjainya kala itu. Tapi, yang tidak disangkanya, dia malah kaget dengan ucapan yang keluar dari bibir kecilnya yang bengkak saat dirinya sudah mulai berada di pintu masuk surga dunia. Arkan menerima semua pukulan dan perlawanan Casilda yang lemah tidak karuan tanpa ada niat menahannya sama sekali. Dia sangat bingung dan linglung melihat sang istri yang semula tampak lumer, menolaknya dengan amukan luar biasa. “HENTIKAN! HENTIKAN! JANGAN MELAKUKANNYA! DASAR BAJINGAAAN! SUAMI SIALAN SEPERTIMU MEMBUATKU JIJIK! DISENTUH OLEHMU ADALAH KESIALAN! AWAS KAMU MEMASUKIKU! AKU AKAN SANGAT MEMBENCIMU SAMPAI KE LIANG LAHAT! AKU AKAN MEMBENCIMU SAMPAI KE TULANG-TULANG DAN ALIRAN DARAHKU SAMA SEPERTI DIRINYA! AKU JUGA AKAN MEMBENCIMU HINGGA KE NERAKA SEKALIPUN! PRIA BURUK SEPERTIMU, SEJAK AWAL MEMANG TIDAK PANTAS MENDAPATKAN CINTAKU! KENAPA AKU HARUS MENDERITA DAN MENERIMA SEMUA AKSI BALAS DENDAM TIDAK MASUK AKAL ITU DARI PRIA BERENGSEK DAN TIDAK TAHU ARTI CINTA DAN KESETIAAN SEPERTIMU? KENAPAAAA?!” Arkan sama sekali tidak tahu kalau kebencian Casilda terhadap dirinya akan sedalam itu. Selama ini, dia memang sudah mendengar ucapan benci darinya berkali-kali, tapi sepertinya perbuatannya yang sengaja membuat Casilda melihatnya bermain api dengan wanita lain agar membuatnya cemburu dan tahu diri, malah seperti bumerang kepadanya. Dari ucapan kata-kata benci penuh kesungguhan dari istrinya tersebut, yang membuat otaknya beku hingga syok bagaikan tersambar petir adalah kalimat Casilda yang berkata seolah-olah ada pria lain yang sangat dibencinya selain dirinya saat ini. Dia memang sempat mendengarnya dulu ketika mereka bertengkar di mobil dan menyentuhnya untuk kali pertama, dia mengira Casilda hanya asal bicara. Tapi, sekarang dia sangat yakin, ada pria lain yang dibencinya begitu dalam, meski sepertinya dia lebih membencinya ketimbang pria misterius itu sendiri. Siapa? Siapa pria yang memenuhi hati istrinya selama ini? Jika tidak istimewa di hati Casilda, dia tidak mungkin membencinya sedalam itu, kan? Dia akhirnya mendengarnya sangat jelas di antara amukan lainnya dari sang istri beberapa saat kemudian. Itu terjadi tepat ketika kala itu Casilda menjerit histeris dan menggeram murka, menghentikannya yang ingin meneruskan aksinya, kedua tangannya mencengkeram kemeja hitam Arkan yang sudah terbuka penuh. “AKU SANGAT MEMBENCI KALIAN, PARA PRIA BERENGSEK! KALIANLAH YANG MEMBUAT SEMUA WANITA YANG TULUS DI DUNIA INI KEHILANGAN KEPERCAYAAN AKAN CINTA! AKU BERSUMPAH TIDAK AKAN PERNAH JATUH CINTA LAGI! TIDAK PEDULI APA PUN! BAHKAN KALAU KAMU ADALAH SUAMIKU YANG PALING TAMPAN DAN DIGILAI OLEH SELURUH WANITA DI NEGERI INI! TERUSLAH BERMIMPI MEMBUATKU MENCINTAIMU! HATIKU ADALAH MILIKKU SENDIRI! AKU TIDAK AKAN PERNAH MAU MEMBERIKANNYA KEPADA PRIA BERENGSEK SEPERTI KALIAN BERDUA!!!” Selesai berteriak seperti itu, Arkan yang saat itu tengah terhubung sedikit dengan Casilda, tertegun hingga membeku bodoh menatap Casilda yang menangis meraung-raung menutupi wajahnya menggunakan kedua lengannya sendiri. Kemudian, mungkin karena lelah menangis dan kembali terlibat dalam permainan panasnya yang singkat, Casilda tertidur tanpa sadar dengan wajah sembab dan sangat berantakan. Mau tidak mau, antara ingin berhenti dan menyentak masuk agar menandai Casilda sebagai wanitanya seutuhnya, Arkan dengan perasaan lemas dan bingung super hebatnya, akhirnya memutuskan menarik diri dari sang istri. Dia lalu meraih tubuh Casilda dalam gendongan ala pengantin kala itu sambil terus menatapnya tanpa henti menuju taksi yang sudah menunggunya di luar. Ratu Casilda Wijaya keringat dingin melihat Arkan yang terus saja menatapnya tanpa kedip. Pria itu seolah-olah pikirannya sudah meninggalkan ruangan. 'Sedang apa dia? Melamun? Atau latihan jadi patung hias?' batin Casilda bingung, mengerutkan kening mengamati Arkan yang hanya memeluknya sejak tadi sambil menatapnya terus menerus tanpa henti. “Le-lepaskan... aku mau ke kamar mandi...” bisik Casilda lirih takut-takut, mencoba melepas pelukan sang suami hingga membuatnya kembali ke dunia nyata. Wajah Arkan sang Top Star tampak menggelap kelam, dingin dan datar. “Aku akan menggendongmu,” ucap Arkan dingin, membuat Casilda tertohok kaget dalam pelukannya. Apa dia tidak salah dengar? “Ti-tidak usah. Aku ini gendut. Karung beras, bukan? Aku bisa sendiri.” Casilda segera kembali mencoba lepas dari pelukan sang suami, tapi Arkan menahannya lagi. “Memangnya kamu sudah bisa berjalan normal?” Tepat ketika berkata begitu, Casilda yang hendak turun dari kasur, langsung terjatuh ke lantai oleh rasa sakit di bagian pribadinya. “A-apa yang terjadi?” gumam Casilda linglung, wajah panik dan malunya sangat terlihat jelas. “Jangan pura-pura lupa. Kamu pikir aku bodoh? Semalam kamu menggodaku, kan?” sinis Arkan dingin, memiringkan kepalanya angkuh. Sontak saja Casilda menoleh ke arahnya dengan tatapan murka. “SIAPA YANG MENGGODAMU, HAH?! AKU TIDAK INGAT APA PUN YANG TERJADI SEMALAM?! KENAPA KAMU JUGA TIBA-TIBA MUNCUL DAN MEMBAWAKU KE TEMPAT INI? BUKANKAH KAMU SIBUK DENGAN WANITA SELINGKUHANMU ITU?! APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN KEPADAKU?! CEPAT KATAKAN!” Baik Casilda dan Arkan sama-sama syok dan kaget begitu kalimat itu lepas di udara. Namun, keduanya kaget dengan dua alasan yang berbeda. Casilda kaget karena merasa dirinya seperti istri yang cemburu dan murka mendapati suami tercintanya selingkuh, sementara Arkan kaget karena mendengar pengakuan sang istri yang tidak ingat apa pun tentang malam dramatis dan panas mereka berdua di gudang jelek itu. Wajah sang aktor memerah malu sesaat, lalu mendadak dingin dan gelap dalam sekejap mata. “Sepertinya kamu lupa posisi dan statusmu saat ini, Ratu Casilda Wijaya.” Hening. Casilda yang masih duduk di lantai, menatapnya dari tepi kasur. Keringat gelisah dengan mata gemetar bingung terhadap sikap dingin suaminya. “Kamu adalah istriku, juga adalah alat pemuasku. Ingat itu.” Usai berkata sedingin es abadi, sang aktor turun dari tempat tidur hingga seluruh tubuh indahnya terekspos dengan jelas. Casilda tertegun syok, baru sadar ada banyak sekali hickey di tubuh polos suaminya. Pemberian dari siapa? Itu tidak mungkin darinya, kan? Pasti dari selingkuhannya itu! Seperti tidak peduli dengan sikap semberononya itu, Arkan berjalan ke arah Casilda yang ada di lantai, menatapnya super dingin dan sinis. “Kamu pikir aku akan memasukimu dengan mudah? Heh. Saat ini, aku hanya akan terus menikmati mulut kecilmu itu sampai bosan. Jangan lupa, aku tetap akan membuatmu mengemis kepadaku untuk melakukannya sampai akhir.” Casilda memucat kelam. Tubuhnya menciut sembari memeluk selimut di dadanya, mendongak ngeri menatap wajah penuh dendam dan benci dari suami aktornya. Arkan tampaknya benar-benar serius ingin membuatnya memohon agar dimasuki olehnya seperti wanita haus belaian, lalu membuatnya jatuh cinta seperti orang gila tidak tahu diri. Caranya balas dendam sungguh benar-benar keji dan tidak memiliki hati nurani!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD