“Eva, bangunlah!” William menggoyangkan lengan Eva setelah mendengar teriakan Eva yang terdengar hingga balkon. Wajah wanita itu dibanjiri bulir-bulir keringat, dan saat membuka mata, napas Eva terengah-engah seakan-akan sudah menyelesaikan pertandingan lari. Tak hanya itu, wajahnya pucat dengan raut penuh ketakutan. "Ada apa, Sayang? Kau mimpi buruk?" tuduhnya, melihat Eva mengangguk. "Jimmy...," "Ada apa dengan Jimmy?" Kedua tangan Eva merenggut kerah kimono William. "Aku memimpikan dia menembakku, Will. Jimmy mengetahui hubungan kita! Dia pasti akan bunuh kita seperti dalam mimpiku, William!" Air matanya mengembang. Mimpinya terlalu terasa nyata. Ia bahkan ingat ucapan Jimmy dan raut wajah pria tua itu saat menatapnya penuh kebencian dan jijik. Perasaannya menjadi tak enak, dan yakin

