bc

Bertaruh Untuk Cinta

book_age18+
936
FOLLOW
5.9K
READ
family
drama
bxg
female lead
city
enimies to lovers
first love
secrets
passionate
like
intro-logo
Blurb

Saat masuk SMA, orang pertama yang Yuri benci adalah Zacky Jones. Namun, di saat bersamaan Yuri mengenal Yoga, pria tampan sekaligus perhatian. Yoga pun menjadi kekasih palsu Yuri agar gadis itu

terhindar dari kejailan Zacky. Sayangnya keadaan menjadi berbalik, Yuri menjadi kekasih Zacky, tetapi kehadiran Tania berhasil membuat kandas hubungan mereka.

Akhirnya Zacky dan Yuri pun bertemu kembali tujuh tahun kemudian, di sebuah perusahaan yang tak sengaja Yuri melamar bekerja sebagai staff. Perusahaan tempat ayah Yuri pernah bekerja. Perusahaan yang Direkturnya adalah Zacky.

Apakah Zacky akan berusaha untuk mendapatkan Yuri dan menjadikannya kekasih meski sudah mempunyai tunangan? Atau, apakah Yuri memilih menerima cinta Yoga yang selama ini menjadi sahabat?

(AKAN UPDATE JIKA MENCAPAI 500 LIKE)

chap-preview
Free preview
He is Zacky
Langkah kaki seorang gadis berseragam terhenti tepat di depan gerbang gedung sekolah yang bertingkat empat lantai. Setelah memasuki, gadis itu mendongak ke atas mengagumi model bangunan sekolah yang terlihat minimalis. Tiba-tiba tatapannya terhenti pada seorang cowok tampan yang bersandar di balkon lantai dua. Tepatnya pada cowok yang mirip dengan model ternama dari Jerman, Moritz Shawn. Cowok itu berambut sedikit kecokelatan, berkulit putih, hidungnya mancung dan bertubuh tinggi. Sempurna! Kata itu tepat untuk ia, tapi sayangnya ia menatap tajam kumpulan cewek yang berada di lantai bawah. Shit!  Gadis itu tersadar ternyata dirinya bukanlah satu-satunya cewek yang menatap dan terpana pada cowok itu. Beberapa cewek di sampingnya juga tersenyum ke arah cowok itu sambil berbisik lalu mereka tertawa kecil karena merasa kagum melihat ketampanannya.  Sial! Gadis itu beradu pandang dengan cowok tampan tadi. Dia memandangnya sambil tersenyum licik, menyunggingkan bibirnya ke atas. "Kamu kesini." Cowok itu setengah berteriak dengan suara beratnya lalu menunjuk ke bawah. Sekarang dia tidak lagi tersenyum, melainkan memasang wajah serius seperti guru BK menegur murid yang ketahuan bolos dari sekolah. Terlihat sangar. Gadis cantik berambut panjang, cantik, memiliki kulit kuning langsat dan bertubuh lumayan tinggi itu, menengok ke kanan kiri untuk melihat orang yang ia tunjuk. Semua cewek yang berdiri di dekatnya menjauh dan mereka berlari kecil menuju kelas seperti orang ketakutan. Gadis cantik itu penasaran. Kenapa mereka ketakutan seperti itu? Apa cowok itu preman sekolah? Ia pun menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari jawaban. "Iya kamu. Ngapain kamu tengak-tengok?" Seru cowok itu lagi setengah berteriak. Tiba-tiba gadis itu merasakan hawa di sekitarnya tidak enak.  Tidak ! Aku merasakan mereka yang menatapku di depan kelas berbisik membicarakan aku. Ya, aku! Gadis itu menunjuk ke wajahnya sendiri. "Aku?" Memastikan orang yang ia tunjuk. Damn! Ternyata cowok itu mengangguk setuju dan menggoyangkan jari telunjuk seakan menyuruh untuk menghampirinya di lantai dua. Gadis itu mendengus, menaikkan sebelah sudut bibirnya sambil menggerutu. "Ternyata enggak di mana-mana senior itu selalu ngerasa paling wow,"  Dengan terpaksa, ia pun berjalan dengan percaya diri seperti Miss Universe berjalan di atas panggung walau beberapa cewek lain saling berbisik dan memasang wajah iri ketika melintasi mereka. Tapi, anehnya mereka berbisik lalu tertawa kecil. Gadis itu memastikan tidak ada yang salah dengan penampilannya. Kemeja putih yang dilapisi jas berwarna navi yang setiap tepinya terdapat list berwarna emas, rok yang panjangnya dua jari di atas lutut dan kaos kaki hitam sepanjang betis. Tidak ada yang salah dan aneh. Penampilannya sama seperti mereka, bedanya tas ranselnya masih tersandang di punggung dan emblem namanya tertulis 'Yuri Santika' . Yuri melanjutkan langkahnya. Ketika ia menaiki tangga dan berpapasan dengan dua cewek yang menjadi kakak kelasnya (terlihat di saku mereka terdapat angka sebelas dalam tulisan romawi), mencibir dan berbisik walau sebenarnya Yuri bisa mendengar jelas bisikan mereka. "Enggak lama lagi dia pasti pindah dari sekolah ini," bisik cewek yang tubuhnya pendek, sedikit gendut dan berkacamata tebal melihat Yuri dari ujung kepala sampai kaki. Lawan bicaranya yang bertubuh tinggi, memiliki kulit sawo matang dan memakai kawat gigi yang berwarna warni, menyeringai menatap Yuri dan mengiyakan semua ucapan cewek tadi. Yuri tidak mengacuhkan ucapan dan pandangan mereka yang seakan meremehkannya dan ia terus menaiki tangga.  Tiba di lantai dua, beberapa siswa cowok berdiri berjejer di sepanjang koridor dengan pandangan berbeda menyambut kedatangannya. Ada yang tersenyum, mencibir, bersiul, ternganga dan membuang wajah tidak peduli. Jumlah mereka sekitar lima belas orang. Diantara ragam mereka ada cowok yang menarik perhatian Yuri.  Ya, cowok yang membawanya ke sana, alasan untuk menemuinya. Penampilan cowok itu memang berbeda dengan yang cowok lain. Ia memakai topi bisbol hitam dan jaket kulit yang melapisi kemeja sekolahnya. Selain itu, ia bertubuh paling tinggi dan tampan diantara cowok yang lain. "Hai, Cewek." Salah satu dari mereka menggoda Yuri. Cowok yang bertubuh kurus, berkulit sawo matang ketika Yuri melintasi mereka. Yuri terus berjalan menuju cowok itu, meski siulan atau sapaan mereka ia dengar untuk mendekati cowok yang tidak ia ketahui namanya itu. "Boleh juga mangsa lu, Zack," seru cowok lainnya yang berambut spike seperti anggota tentara melirik ke arah cowok tampan yang sejak tadi menyeringai melihat kedatangan Yuri. Ternyata namanya Zack. Yuri menatap ke arah pemilik nama itu. Cowok bernama Zack itu berjalan ke arahnya dan dengan cekatan ia menarik tangan Yuri lalu berbalik arah membawanya menaiki tangga dengan langkah tergesa-gesa.  "Lepasin aku." Yuri meronta tapi setengah berlari mengikuti langkahnya meski mendengar suara sorak sorai mereka saat melintas. Zack membisu, ia terus melangkah menaiki tangga hingga akhirnya langkah mereka terhenti di lantai empat yang hanya berupa bangunan kosong seperti lapangan yang hanya disekat sekelilingnya dengan beton setinggi d**a Yuri . "Lepasin!" Yuri menarik tangan dari genggamannya dan berhasil. "Kamu mau apa? Kenapa bawa aku ke sini?" tanyanya penasaran dengan dahi berkerut dan melirik ke sekeliling yang bisa dipastikan tidak ada orang lain selain mereka berdua. Zack mendekati Yuri sambil menatapnya tajam. Ia membuatnya seperti terlihat menjadi seekor ayam yang akan ditangkap untuk disembelih dan dimakan hidup-hidup. Zack menatap Yuri lekat dengan kedua mata coklatnya. Kilau mata yang memperlihatkan kehampaan. Tandus. Tak terlihat kebahagiaan di sana.  Langkah Zack terhenti tepat satu jengkal di depan Yuri yang reflek mendongak melihat wajahnya yang hanya berjarak beberapa sentimeter lalu mengejap-ngejapkan mata. Zack menyeringai lalu menanyakan sesuatu. "Siapa nama kamu?" Ia menanyakan namanya seperti seorang polisi mulai menginterogasi tersangka meski melirik emblem nama di jas Yuri. "Yuri." Yuri memundurkan kepalanya, berusaha menjaga jarak dari wajah Zack. "Namaku Yuri." Menjawab pelan tapi jawabannya tidak membuat Zack puas. "Yuri apa?" Zack menagih nama lengkapnya seperti petugas TU (Tata usaha). Yuri menelan ludah melihat bibir Zacky hampir menyentuh bibirnya. Bahkan aroma bau rokok bisa ia cium jelas dari mulutnya yang sedikit terbuka. "Yuri Santika," ucapnya lagi dan kali ini ia membesarkan volume suaranya dan terdengar jelas. Zack tersenyum. Yuri menyukai melihatnya tersenyum dari pada  menatapnya serius, karena ia semakin tampan dan membuatnya tergoda. Tergoda?! Oh Tuhan! Sadar, Yuri!  Yuri mengerjap-ngerjapkan matanya lagi. Mencoba untuk tetap tersadar. "Aku Zacky Jones, tapi kamu harus memanggilku Mister Zacky atau Mister saja," ucap Zacky memberitahu seiring senyumnya yang memudar dan kembali terlihat mengerikan.  Ya, jika ia memasang wajah serius terlihat seperti tentara yang siap perang. Mengerikan! "Kamu paham?" Zacky memastikan dan dengan cepat Yuri mengangguk dan bicara dengan suara terbata-bata. "Y--ya. Aku paham."  Apa? Mister? Memangnya dia orang bule aku harus memanggilnya Mister? Mentang-mentang dia tampan menyuruhku seenaknya saja! Ya. Yang Yuri bisa menggerutu dalam hati. Ia ingin menolak perintah Zacky tapi mulutnya terasa terkunci. Pesona cowok yang menjadi kakak kelasnya itu telah berhasil membius dengan pesona dan ketampanannya. Tapi, bukan Yuri namanya jika meleleh karena ketampanan paripurna Zacky, dia tidak boleh tergoda. Tujuannya sekolah di sekolah pilihan ibunya untuk belajar, bukan mengagumi cowok. Apalagi cowok seperti Zacky, aduh .... jangan sampai deh. Zacky memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Ia tersenyum licik dengan tatapan yang selalu berusaha menggoda Yuri. Bukan menggoda pada seorang gadis untuk dijadikan kekasih melainkan arti yang lain. "Kenapa aku baru lihat kamu sekarang? Apa kamu enggak ikut MOS?" tanya Zacky lagi. Yuri tidak tahu jabatan Zacky di sekolah itu. Entah itu sebagai ketua OSIS, pentolan sekolah atau yang lainnya, tapi ia menilai bahwa Zacky bukan cowok sembarangan. Dia terlihat berkharisma dan tangguh. Tubuhnya terlihat kuat dan kekar tidak seperti cowok seumuran dia yang lainnya, yang sama sekali tidak menarik. Terlihat kekanakan dan biasa saja. Astaga! Aku ngomong apa tadi? Please Yuri, kamu enggak boleh terpesona sama Zacky! Tidak boleh! Yuri berdehem, mencoba bersikap biasa lalu menjawab pertanyaannya lagi. "Ya, aku baru keluar dari Rumah sakit dua hari yang lalu." Menjawab lugas dan jujur, karena itulah realita yang ia jalani selama berapa hari sebelumnya. Jawaban Yuri membuat Zacky mengangguk paham, tapi Yuri merasa Zacky takkan membiarkannya pergi begitu saja. Dari tatapannya berusaha menahan Yuri di sana. Di bangunan kosong yang hanya ada mereka berdua. Yuri memeluk tubuhnya sendiri, merasakan angin pagi terlalu dingin hari ini. Rambut panjangnya berkibar dan terlihat berantakan. Zacky kembali mendekatinya sambil membuka jaket kulitnya. Ia menaruh jaket itu tepat di kedua bahu Yuri dari belakang. "Jaket ini cocok untuk kamu," ucapnya dengan suara lembut dan penuh perhatian. Senyum Yuri mengembang lebar dan bahagia bukan kepalang. Wajahnya merah padam dan merasa Zacky seperti pangeran yang memakaikan jubah pada seorang putri. Setidaknya seperti cerita novel terjemahan yang sering ia baca. "Terima kasih." Yuri membalas ucapannya dengan PD. Entah kenapa Zacky tertawa terbahak-bahak menatapnya setelah mendengar ucapan Yuri tadi. Menurut Yuri tidak ada yang lucu. Sama sekali tidak ada.  "Kamu pikir itu untuk kamu?" Zacky memastikan ucapan Yuri tadi.  Tentu saja Yuri mengangguk karena dengan jelas tadi Zacky mengatakan bahwa jaket ini cocok untuknya. Dan itu memang benar. Meskipun usia Yuri baru memasuki enam belas tahun, tinggi badannya seratus enam puluh delapan sentimeter. Orang lain tidak akan menyangka ia pelajar yang masih duduk di kelas satu SMA mungkin karena ia terlihat lebih tua dari umurnya. Atau karena ayahnya yang blasteran Eropa. Mengenai jaket itu, sangat cocok di tubuhnya yang berukuran sedang. Dengan terpaksa, Yuri memastikan ucapan Zacky lagi. "Bukankah tadi kamu bilang ini cocok di tubuh aku? Kenapa kamu tertawa?" Terheran melihat Zacky membulatkan mata dan Yuri teringat satu hal. 'Mister'. Ya, Mister! Yuri harus memanggilnya dengan panggilan itu. Zacky melangkah maju mendekatinya sementara Yuri melangkah mundur dan langkahnya terhenti tepat pada dinding menuju tangga turun. Punggung Yuri beradu dengan dengan dinding dan lagi-lagi Zacky menatapnya seperti seorang pembunuh bayaran yang siap menghabisi korbannya. Kepala Yuri tertunduk. Mencari aman. "Sudah aku bilang kalau kamu harus sopan ke aku. Semua siswa baru di sini harus menuruti perintahku kalau tidak….," Zacky mengangkat dagu Yuri dengan ibu jari dan jari telunjuk, membuat Yuri kembali menatap bola matanya yang berwarna coklat muda. Indah. Bola matanya indah sekali. "Ma--maaf, Mister." Yuri terpaksa mengatakan itu. Anggaplah ia mengambil jalan damai kali ini. Jika saja tubuhnya sehat dan tak lemah sehabis seminggu lamanya terbaring di Rumah sakit, mungkin sudah menantang Zacky bertanding renang.  Ya, renang adalah keahlian Yuri selama tiga tahun terakhir. Saat SMP ia adalah atlet yang sering mewakili sekolah untuk bertanding dan ia selalu menang. Tidak, maksudnya selalu membawa piala atau tanda bukti kemenangannya. Untuk sekarang, Yuri tidak bisa menantangnya. Zacky tersenyum ketika Yuri memanggilnya Mister. Lalu ia bicara lagi. "Aku kasih tahu kamu kalau jaket ini….," Ia menepuk bahu Yuri yang masih dilapisi jaket miliknya. "Cocok untuk kamu cuci." 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

My Secret Little Wife

read
96.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook