Pahlawan Palsu

1091 Words
20 tahun yang lalu, suara tembakan beruntun terdengar di kediaman mewah milik keluarga Wilson. Mereka pemegang bisnis perhiasan dan batu alam terbesar di dunia. Namun, semua itu luluh lantah karena sebuah konspirasi besar, hingga hampir seluruh anggota keluarga tersebut kehilangan nyawa mereka. "Bos, bagaimana dengan dia?" tanya pengawal pribadi yang tidak jauh keji dengan tuan besarnya. "Bawa saja dia, Sam! Cuci otaknya dan jadikan senjata pelindung bagi saya! Orang yang sudah membantai keluarganya, bahkan seluruh keturunan Wilson. Ha ha ha ha ha." "Baik, Tuan." Sam menggendong bocah yang sudah tidak dapat bergerak tersebut. Setelah satu minggu dari hari pembantaian, bocah kecil berusia lima tahun yang mengalami luka serius di sekujur tubuh dan wajahnya, masih terus menyembunyikan diri di sudut ruangan. "Kemari!" bujuk tuan Jack Williams sambil tersenyum dan menyodorkan coklat kesukaan anak-anak. Bocah tersebut mendekat, "Suka?" Bocah tampan tersebut mengangguk. "I-iya ... ." "Mulai sekarang, jangan banyak bicara! Kamu akan menjadi pengawal, sekaligus senjata bagi saya. Berlatihlah! Saya akan memberikan kamu apa pun, termasuk coklat dan es krim." "Iya," sambungnya yang terus mengangguk. "Nama kamu adalah Arogan. Bertindaklah sesuai namamu!" ***** Indonesia, 2015. Awan kelam menyelimuti keluarga Banyu Azwara. Nada-nada penuh rintihan ketakutan pun, terdengar jelas dari balik jendela. Di sana, gadis belia yang cantik jelita mengintip pembicaraan papanya. Di ruangan yang sama, dengan posisi saling berhadapan, laki-laki berambut ikal kecoklatan dan bibir yang hitam, tengah duduk dengan mengangkat kaki kanan yang ia timpa di atas kaki kirinya. Sembari menggerakkan ujung sepatunya dengan cepat, ia mengisap cerutu mahal dan beraroma khas yang berat. Sementara tangan kirinya disandarkan pada kursi sofa milik keluarga Banyu Azwara. Tuan Jack Williams, usianya sekitar 40 tahun. Ia adalah laki-laki yang terkenal kaya raya dan merupakan raja bisnis yang ditakuti karena kekejamannya. Mata Jack Williams tajam menatap kolega bisnisnya yang sudah tumbang, akibat ulah dan akal piciknya. Tujuannya hanya satu, yaitu merenggut anak gadis keluarga Azwara yang tampak begitu molek, tinggi, dan berkulit halus seperti seorang super model kenamaan, serta masih tampak suci di mata tuan Jack. "Saya tidak suka basa-basi." Tuan Jack memulai pembicaraannya. "Jika ingin mendapatkan suntikan dana dari saya, serahkan dia!" sambungnya seraya menunjuk jelas ke arah Bianca Azwara, putri satu-satunya milik keluarga Azwara. "Tidak, Tuan besar. Mohon jangan seperti itu!" pinta tuan Banyu dengan tubuh yang sudah sangat membungkuk dan merendah. "Putri saya masih terlalu muda, bahkan ia harus menyelesaikan sekolahnya hingga bangku kuliah," jelasnya dengan bibir yang bergetar. "Pa ... ." Bianca berlari dan mendekat. Saat ini, tubuhnya terasa dingin karena ketakutan. "Bi, nggak mau, Pa. Pleaseee!" mohon Bianca hampir menangis sembari memeluk papanya. "Tuan-tuan, maaf. Nyonya, Tuan. Penyakit jantung beliau kambuh, sekarang pingsan di dalam kamar," kata bibi sambil berlari ke arah ruang tamu yang isinya juga sudah ludes karena disita. Dengan cepat, tuan Banyu berlari ke arah kamar dan mengangkat kepala sang istri dengan tangan yang tampak bergetar. "Ya Tuhan, bagaimana ini?" 'Tidak ... Mama tidak boleh dibiarkan seperti ini!' kata Bianca di dalam hatinya, sambil berdiri di ujung pintu dan menangis tanpa suara. Dengan sigap, tanpa pikir panjang, Bianca berlari ke arah ruang tamu dan bersujud di bawah kaki tuan Jack Williams. "Om, tolong mama! Apa pun akan saya lakukan demi mama. Please!" Bianca melupakan ketakutannya dan meminta bantuan kepada iblis berwujud manusia tersebut. "Saya hanya ingin satu hal saja, yaitu kamu. Silakan pikirkan sendiri! Lagipula, kamu sudah mendengarkan pembicaraan antara saya dan juga papa kamu." "Baik, Om. Bianca ikut dan akan melakukan apa pun. Tapi tolong, selamatkan mama!" pintanya sambil meneteskan air mata. "Sepakat?!" Tuan Jack mendapatkan mainan baru favoritnya dan ia sangat merasa bahagia. Bianca menunduk, lalu mengangguk. "Sepakat," jawabnya dengan bibir yang bergetar hebat. "Kalau begitu, silakan tanda tangan pada surat perjanjian ini!" perintah tuan Jack sambil melempar pulpen mahal di atas meja kaca berukuran besar, hingga suaranya terdengar nyaring, seperti mengoyak rongga telinga Bianca. *** Satu bulan kemudian, setelah aksi penyelamatan Bianca terhadap kedua orang tuanya. Jepang, dalam nuansa dingin bersalju. Tuan Jack berjalan ke arah Bianca. Setibanya di dalam bilik kayu yang tampak elegan, ia meminta gadisnya untuk menari erotis sembari mengenakan pakaian tipis. Bianca tidak suka dan menolak. Namun ia harus mengikuti perintah laki-laki yang sudah membeli dirinya dengan sejumlah uang yang mampu mengobati mamanya dan menjadi modal bagi usaha baru papanya. "Lakukan!" perintah tuan Jack sambil mencambuk punggung Bianca dengan ikat pinggangnya yang terbuat dari besi asli. Bianca menangis sambil bergerak lincah. Di dalam hati, ia mengutuk perbuatan laki-laki yang pernah terlihat begitu menginginkan dirinya. Namun bukan hal itulah yang membuat gadis belia itu kesakitan dan menangis. Melainkan, ada perempuan lain yang ikut menikmati waktu bersama mereka. Tampaknya tuan Jack ingin menghabiskan waktu bercinta bertiga dan Bianca merasa jijik untuk melakukannya. Hingga diakhir tarian, Bianca diminta untuk memberikan sentuhan mesra pada wanita lainnya yang berada di ruangan, bersama tuan Jack. "Tidak!" tolak Bianca tegas. "Anda boleh melakukan apa saja kepada saya, tapi tidak untuk hal menjijikkan seperti ini." Pack-pack. Tamparan kuat mendarat dikedua sisi pipi Bianca yang merona. "Siapa kamu berani mengatakan hal seperti itu kepada saya? Kamu pikir, kamu adalah satu-satunya?" tuan Jack menampar sekali lagi, hingga hidung Bianca mengeluarkan darah segar. "Saya tidak suka, saya jijik, saya benci," kata Bianca tanpa memperdulikan tamparan berikutnya. "Anda memang tidak memiliki hati." Tubuh tuan Jack bergetar hebat, "Sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang, sebelum saya membunuhmu!" Tuan Jack mendorong tubuh mungil Bianca dengan keras, hingga dahinya membentur kayu siku di ujung pintu keluar. "Auh," keluh Bianca sembari memegang dahinya. Kemudian dengan cepat, ia membuka pintu dan berlari keluar. Brack. Bianca menabrak seseorang, tapi ia tidak terjatuh. Laki-laki itu berhasil menangkap tubuh Bianca dan menahannya. "Anda baik-baik saja, Nyonya?" tanya Aro, pengawal terbaik tuan Jack sambil menatap baju kemeja putih miliknya yang sudah ternodai oleh darah dari lubang hidung Bianca, ketika menangkapnya. Belum sempat menjawab, tubuh Bianca hilang kendali dan otaknya melemah. Tiba-tiba saja Bianca menghilang dan Aro memutuskan untuk menggendongnya kembali ke dalam kamar. Sebelum meninggalkan bagian depan kamar tuan Jack, Aro terlebih dahulu menatap pintu kamar tuan besarnya tersebut. Lalu ia kembali memperhatikan si malang Bianca yang sudah terluka dengan pakaian tipis tembus pandang, hingga dapat memperlihatkan bentuk tubuhnya yang indah. "Apa yang terjadi kepada Anda, Nyonya?" tanyanya yang tidak mengharapkan jawaban sambil membawa tubuh muda Bianca ke dalam kamar. Aro mengurus Bianca seperti seorang perawat yang handal. Padahal ia terkenal sebagai sosok yang keras, bengis, kejam, dan juga jahat. Namun ketika sedang bersama Bianca, tiba-tiba saja sikap dinginnya mencair dan ia juga dapat merasakan sakit yang sama dengan gadis tersebut. Bersambung. Jangan lupa tab love, tinggalkan komentar, dan follow aku ya. Makasih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD