Manusia dan Sang Matthamm

1003 Words
Menurut kamu... hal apa di dunia ini yang akan jadi sangat jauh lebih buruk ketimbang segala macam dan jenis p*nderitaan yang sudah terasa bagai neraka? Benar sekali. Hal itu adalah curahan kebahagiaan yang kelewat batas hingga membuat hidup seorang manusia jadi terasa bagaikan surga. Mengapa seperti itu? Apa yang membuat kebahagiaan bisa menjadi sebuah s*njata makan tuan? Apa penyebabnya? Tentu saja itu semua karena jika sesuai dengan kodrat-"nya". Dunia ini, hidup ini memanglah suatu perjalanan akan berbagai macam ujian bahkan tidak berlebihan jika disebut kesengsaraan. Keseimbangan yang alam semesta miliki akan auto rusak hancur berantakan ketika diberi kebahagiaan yang terlalu berlebihan. Tentu saja hal sama juga akan berlaku untuk p*nderitaan. Seluruh urutan untuk keseimbangan di alam semesta akan rusak di kala tercipta ketidakseimbangan antara kebahagiaan dan juga kesedihan. Antara hitam dan juga putih. Bahkan di antara d*minasi kutub positif dan juga kutub negatif. Semua akan rus*k jika tidak terjadi suatu keseimbangan. Dan dalam kisah ini. Kita akan membahas suatu ketidakseimbangan yang diakibatkan oleh munculnya sesuatu yang "merus*k" semua yang telah ditata secara ideal dan berkesinambungan selama jutaan tahun sejarah dunia. Mulai dari manusia pertama yang ada di muka bumi. Sampai detik ini di mana kita semua bernafas juga menjalani hidup. Ningen no ou to Mattham... [Manusia dan Sang Mattham...] Di tengah sebuah kota kecil yang terletak di daerah cukup pedalaman di provinsi Jawa Timur, Pulau Jawa, Indonesia. Seorang gadis belia yang mengenakan pakaian gamis kependekan. Tampak jelas sudah kurang layak pakai dikarenakan berlubang di sana sini. Yang dedel (jahitannya terlepas) nyaris di segala tempat sampai membuat aurat tersingkap. Tidak lupa sehelai jilbab tipis nan lusuh juga sedikit kotor menutupi aurat di kepala. Tidak disatukan rapat menggunakan jarum atau peniti. Melainkan hanya disampirkan ke pundak seadanya. Gadis itu berjalan setapak demi setapak dengan sepasang kaki super kurus. Tep... tep... tep... Sangat pelan lengkap dengan pandangan mata hampa. Begitu kosong seolah tak lagi memiliki gairah untuk hidup maupun masa depan. Gadis itu menyusuri jalanan yang sangat sepi tanpa satu buah pun kendaraan. Dengan mimik wajah tanpa dosa. Bagai "tidak ada" beban derita yang pernah menimpa ia selama hidupnya. Kalau boleh jujur... gadis "malang" itu telah kehilangan hati serta jati diri sejati untuk menatap realita yang sedang menghadapi realita diri. Ia menatap ke terik matahari di balik komplek perbukitan sejauh mata memandang. Ia berkata dengan suara yang teramat lirih, "Wahai Tuhan Maha Kuasa yang tengah bertahta di langit ketujuh sana..." Bukan karena apa ia menggunakan suara yang lirih. Tapi, karena ia yakin bahwa "objek" yang ia ajak bicara. Pasti mendengar panggilannya di mana pun saat ini Ia berada. Tidak diragukan lagi. Karena Ia merupakan Yang Maha Kuasa, bukan? Tuhan penguasa alam yang sangat mencintai manusia. Maupun seluruh makhluk ciptaan-Nya yang lain. Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Esa tidak akan membiarkan para ciptaan-Nya bertindak sekehendak hati., sesuka diri mereka sendiri Dengan memutuskan takdir kehidupan melalui sebuah "permainan" dadu. Bukankah memang seperti itu adanya? Atau malah... tidak mungkin seperti itu, bukan? Gadis itu menolehkah kepalanya yang lemah serta lelah ke arah kiri. Menyaksikan di mana terdapat sebuah gedung sekolah berlantai lima yang berdiri dengan megah. Dulu. Kini bangunan itu tinggal reruntuhan gedung yang hampir ambruk seutuhnya. Akan benar-benar hancur dan tinggal menunggu waktu. Untuk menjadi satu dengan tanah. Kembali ke bumi di mana semua hal berawal. Dan juga bumi di mana semua hal berakhir. Kehilangan bentuk "sejatinya". Sekalipun sebenarnya tidak ada apa pun yang sejati di dunia ini. Kecuali kehilangan serta kelahiran kembali. Sepanjang mata memandang. Jalan raya lurus dan cukup lebar yang memiliki nama Bathara Katong itu tampak seperti jalan mati. Gadis itu tersenyum dikulum dibuatnya. Coba mengingat tentang betapa ramai jalan vital di kota yang terkenal sebagai "kampung halaman REOG" itu di masa lalu. Nama Bathara Katong sendiri diambil dari nama pendiri sekaligus adipati pertama kota tersebut, Raden Bathara Katong. Yang memiliki nama Asli Lembu Kanigoro (Raden Joko Piturun atau disebut juga sebagai Raden Harak Kali). Salah seorang putra Prabu Brawijaya atau Bhre Kertabhumi dengan seorang garwo pangrambe atau selir yang memiliki kedudukan tinggi. Selir itu sendiri memiliki nama Putri Campa yang menganut ajaran agama Islam Gadis itu coba berdiam diri dan merasakan kembali kehadiran dari orang-orang yang pernah menghabiskan atau sekedar numpang lewat hidup di jalan itu. Suatu lokasi yang pastinya penuh makna juga cerita. Tak seharusnya hanya berakhir sebagai reruntuhan kota tua yang tak memiliki makna. Di jalan itu setiap tahunnya (dulu) selalu rutin diadakan pawai kebudayaan serta parade yang diisi oleh berbagai sekolah menengah atas di sepenjuru kota. Naik ke atas kendaraan bermodel bak. Mengenakan beragam pakaian yang indah serta berbagai ornamen penghias. Bukan hanya itu saja ceritanya. Di jalan itu juga (dulu) terdapat berbagai macam sekolah dari jenjang yang paling kecil seperti taman kanak-kanan (TK) maupun kelompok bermain (playgroup). Sampai ke jenjang yang paling besar. Berbagai macam tempat bimbingan belajar. Berbagai macam warung makan yang menawarkan berbagai macam jenis hidangan. Dari makanan sampai minuman. Mulai dari tradisional dan khas kota tersebut seperti pecel, petis, dawet jabung, rawon, es cao, atau pindang. Sampai yang berasal dari berbagai tempat di manca negara. Mulai dari makanan khas Inggris, Italia, Perancis, India, Jepang, Korea Selatan, sampai negeri-negeri Timur Tengah. Semua ada. Begitu juga dengan toko pakaian. Mulai dari yang menjual berbagai macam pakaian islami. Sampai butik-butik yang menjajakan beragam jenis pakaian pop masa kini. Begitu banyak kehidupan yang pernah terhambur tumpah ruah di jalan tersebut. Akan tetapi... kini semua sejarah sekaligus kenangan itu sudah tidak lebih dari sekedar reruntuhan. Reruntuhan sekolah menengah atas mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas Muhammadiyah 1. Reruntuhan toko baju Red Bone. Tidak lupa reruntuhan dari tempat bimbingan belajar legendaris ternama Indonesia bernama Primagama dan juga Ganesha Operation yang sudah beroperasi sejak dulu kala. Kini semua itu sudah tidak ada. Bahkan bukan di kota itu saja. Tapi, "seluruh" tempat di muka bumi ini. Yang tidak cukup beruntung untuk turut serta dalam prosesi permainan yang dikocok oleh dadu semesta. Benda kubus persegi empat yang sejak beberapa tahun lalu resmi menjadi lambang dari awal segala kehancuran. Awal dari segala peperangan yang terjadi di muka bumi saat ini. Sang Mattham.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD