Innovator dalam Pertunjukan Opera [1-A] - [1-B] & [1-C]

1561 Words
Innovator dalam Pertunjukan Opera 1 (babak A) [Sei kageki no Innovator (Innovator dalam pertunjukan Opera) Part Pertama – Dimulai] ....... Lima belas tahun telah berlalu. Sejak awal ditemukannya sumber daya yang memiliki kemampuan luar biasa pengendalian “semesta” yang kemudian akan diberi nama sebagai Ceaen Treated. Profesor Oozaki dari Jepang bersama dengan Insinyur Mahesa dari negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara itu berhasil menutup rapat hal “berbahaya” yang mereka temukan di dalam penggarapan proyek All Dice. Akan tetapi, apa yang mereka dapat setelah itu hanyalah suatu pengkhianatan. Informasi mengenai Ceaen Treated bocor ke khalayak luas. Sampai meletuskan perang dunia ketiga untuk memperebutkannya. Profesor Oozaki, Profesor Mahesa, dan seluruh anggota proyek All Dice yang lain juga langsung ditawan oleh pihak yang merasa dirinya sebagai juru adil dunia. Yah, kalian tau “siapa” yang dimaksud dalam kisah mereka. Profesor Oozaki, Profesor Mahesa, dan seluruh anggota proyek All Dice yang lain langsung dihakimi sebagai pelaku dari tindakan pengkhianatan terhadap kemanusiaan. Ketujuh belas anggota tim All Dice Project diancam dengan hukuman mati dan tidak akan diberi keringanan atau amnesti. Sebelum kematiannya Profesor Oozaki sempat berkata, “Tak seorang pun bisa membangkitkan daya Ceaen Treated. Tak ada guna kalian semua berusaha keras untuk perebutkannya. Ceaen Treated adalah dadu yang dikirimkan oleh semesta tanpa disertai oleh pengocoknya.” Akan tetapi, namanya juga manusia. Mereka tidak akan disebut sebagai manusia kalau tidak punya sikap yang serakah dan hanya mementingkan kebaikan untuk diri sendiri. Alhasil ucapan terakhir ilmuwan laki-laki berusia paruh baya yang sekaigus merupakan “peringatan” terakhir darinya itu. Berujung sama sekali tak membawa dampak atau efek yang ia harapkan. Sama sekali tidak berhasil dipakai untuk menyurutkan niat orang-orang di seluruh dunia. menciptakan suatu medan perang. Dan kehancuran tak berkesudahan yang rasa putus asanya jauh lebih buruk ketimbang semua bayangan soal cerita akhir dunia yang popular di kalangan masyarakat sejak jaman dahulu kala. Kalau (kita) coba pikirkan lagi mengenai fenomena yang tengah terjadi di dunia dewasa ini. Pikiran yang mungkin berada dalam otak kecil mereka; para negara adi kuasa dan maju itu takut sampai negara lain atau pihak lain mendominasi kuasa Ceaen Treated. Hal itu pun pada akhirnya mereka berperang dalam ketakutan. Kekhawatiran yang sangat berdasar. Sebenarnya. Namun, itu berarti sebaliknya. Mereka hanya memperebutkan Ceaen Treated untuk kepentingan diri mereka sendiri dan bukan untuk seluruh umat manusia. Apabila suatu negara berhasil menemukannya. Maka ia sudah pasti akan sok berlagak sebagai penguasa alam semesta yang memiliki wewenang mutlak sebagai pemegang dadu dunia. ....... Bagaimanakan kelanjutannya? Cobaan akan invasi terbesar yang menimpa manusia rupanya tidak datang dari para alien atau makhluk ekstraterestrial lain seperti yang selama ini sudah dibayangkan dan dikhawatirkan oleh para umat manusia. Lantas... memangnya apa? Sanggupkah mereka semua menghadapinya? * Innovator dalam Pertunjukan Opera 1 (babak B) [Sei kageki no Innovator (Innovator dalam pertunjukan Opera) Part Pertama – Dimulai] ....... Setengah tahun telah berlalu. Waktu akhirnya menapaki tengah tahun 2051. Kecanggihan teknologi yang manusia gunakan dengan salah telah menyebabkan begitu banyak penderitaan bagi seluruh penduduk bumi. Bukan hanya para manusia rakyat jelata tentu saja. Tapi, juga para hewan dan juga tumbuhan. Siapa Saja yang menguasai alam semesta ini pasti benar-benar sedang memainkan dadu di telapak tangannya. Huuufftt... Ia jauhkan sejenak pikirannya dari t***k bengek perang yang semakin terasa merusak pikiran. Ia sendiri hanyalah seorang siswa SMA biasa yang tinggal di suatu prefektur atau kota yang memiliki luas dua ratus tujuh belas koma empat kilometer persegi yang memiliki nama Saitama-ken atau dikenal secara global sebagai Saitama saja di negara Jepang. Walau setiap hari terdengar bunyi ledakan. Dan juga bayangan akan tangis orang yang merasa sangat ketakutan. Ia sudah "memutuskan". Bahwa hal seperti itu sama sekali tak akan membuatnya terpengaruh. Jabatan sebagai seorang setto kaichou alias ketua OSIS saja sudah cukup menjadi beban sebenarnya. Masalah perang, perebutan kekuasaan, dan segela macam t***k bengeknya jadi masalah orang dewasa saja sudah. Bisa dibilang bahwa anak remaja itu adalah seseorang yang cool guy typed. Dengan kata lain sok cool. BLAAAARRRRR!!!!! Sore itu ia melihat ledakan di kejauhan dari jendela kelas di kelasnya yang mulai terasa sepi. Karena para anak lain tengah berusaha untuk berlari dari kenyataan kelam tentang dunia penuh dengan kematian yang mereka pijaki kini. Ada yang coba "berlari" dengan cara bermain baseball. Ada juga yang coba "berlari" dengan cara berkumpul bersama teman-teman dan pergi ke karaoke yang masih beroperasi. Berusaha untuk sama sekali tak memikirkan perang juga merupakan salah satu cara yang mereka percaya bisa meredam gejolak depresi dan juga post traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pasca trauma. “Setto Kaichou!” panggil seorang gadis dengan suara kencang. Melabrak ketenangan pemuda berambut lurus yang potongannya tak sampai bahu itu. “Shihara san, hito no mimi de sakebu no wa sukijanai! Mimi ga kikoenaku nattara dō shimasu ka? (Shihara san, jangan suka berteriak di telinga orang! Kalau aku jadi tuli bagaimana, hah?!)” peringat si setto kaichou. Sepanjang hidup rasanya sudah ratusan kali. Gadis teman masa kecilnya itu mengulangi larangan yang sama. Gadis itu ikut menyenderkan tubuh di kaca jendela. “Menomaede shi ni chokumen shite iru toki, anata wa sonoyōni totemo ochitsuku koto ga dekimasu (Kau bisa begitu tenang seperti itu ya saat tengah menghadapi kematian di hadapanmu sendiri).” “Kono jidai ni ikiru daremoga-sō subekidesu yo ne? Yakyū senshu no yō ni. Ima, nanijin no ningen ga nakunatta ka ni tsuite, dare mo kangaerubekide wa arimasen (Semua yang hidup di zaman ini harus melakukan hal itu, bukan? Seperti para pemain bola baseball. Tak seorang pun 'harus‘ memikirkan berapa banyak manusia yang sudah mati saat ini),” ia menjawab santai. Gadis itu nyelonong mendekatkan wajahnya ke wajah remaja laki-laki bernama Shun itu. Ia bertanya, “Soreni wa anata ni totte kachinoaru hito mo fukuma remasu ka? (Apakah itu juga termasuk orang yang berharga untukmu?)” Pemuda dingin dan datar itu menyibakkan poninya ke udara. Tsaahh. Dengan pede ia berkata, “Watashi no yōna kakkoī otoko wa, sono yōna koto ni wa mattaku nayamasa remasen. Yappari watashi ni mo taisetsunahito wa imasen (Cowok keren seperti aku ini sama sekali tak akan merasa terganggu karena hal seperi itu. Lagipula aku juga tidak punya orang yang berharga).” Gadis remaja bernama Touki itu langsung menonjok perut Shun. DBHUG! Rasa pede orang itu terkadang harus dibatasi oleh rasa sakit sesekali. UHUK. “Shihara chan… yakusoku shita… nidoto bōryoku o furū koto wanai… (Shihara chan… kau kan sudah berjanji untuk… tidak akan pernah melakukan k*******n padaku lagi…)” Pluk. Kepala si pemuda malang langsung terjatuh koleps di tempat saat itu juga. Sementara si gadis malah mencoel ujung hidung anak remaja laki-laki itu dengan jempol sambil tersenyum cerah ceria bin riang gembira, "Tee hee hee..." * Innovator dalam Pertunjukan Opera 1 (babak C) [Sei kageki no Innovator (Innovator dalam pertunjukan Opera) Part Pertama – Dimulai] ....... Yamamoto Shihara adalah nama dari pendiri Shihara Gakuen. Bangunan besar di belakang komplek perguruan Shihara adalah kediaman keluarga besar Shihara. Saat di mana ia harusnya berlatih panahan tradisional Jepang, Touki malah menggotong tubuh Shun ke rumahnya. Ibu Touki melihat kedatangan putrinya bersama Shun dengan raut tatapan yang sangat kurang nyaman. Shun anak keluarga kurang terpandang. Walau catatan sipil keluarganya baik, tak seharusnya ia membiarkan keturunannya terlalu dekat dengan pemuda yang tak berasal dari keluarga bintang. Keluarga bintang adalah julukan yang merujuk keluarga berada dengan sejarah panjang. Walaupun cukup kaya, keluarga Oozaki tak punya catatan yang mampu dibanggakan. “Touki chan,” panggilnya saat Touki keluar dari kamar. Shun masih tak sadarkan diri dalam kamarnya. “Sebaiknya kau jauhi anak itu.” “Oka sama, aku akan bertanggung jawab akan apa yang telah aku putuskan sendiri. Aku merasa sudah cukup dewasa untuk kepercayaan tersebut. Tolong jangan usik hal itu lagi!” katanya tegas. Bahkan ia rela dikeluarkan dari keluarga Shihara saat memutuskan untuk mengikat dirinya dalam sebuah pertunangan dengan Shun satu tahun lalu. “Kau bahkan tidak meminta persetujuan kami akan hal sebesar itu!” amuk ibunya lagi. “Seenaknya menjalin hubungan dengan pria yang berasal dari keturunan tidak jelas. Kau merupakan satu-satunya anak perempuan kami. Kau harus mendapatkan pendamping yang bisa mengangkat derajatmu di kemudian hari, Nak.” Kakak laki-lakinya telah membawa kehormatan dan nama besar keluarga Shihara. Tinggal dialah yang masih goyah, putri pemilik nama besar Shihara. Kenapa orang tua harus memikirkan hal merepotkan? Touki saja tak pernah peduli ucapan orang lain. Biarlah waktu meninggalkan kenangan menyebalkan. Ia mencintai Shun, teman masa kecil yang selalu ia jumpai diam-diam. Sebelum nafas terakhir berhembus, tak ada kata menyerah. “Walau harus melawan dunia...,” katanya lirih. Ditengok ibunya yang tak percaya sudah membesarkan seorang gadis pemberontak. “Aku tak akan tinggal diam saja sampai kalian benar-benar melakukan sesuatu yang buruk pada Shun kun.” Pemuda yang masih merasa sakit di perutnya itu memandang semua yang terjadi. Ia tetap tenang. Karena ia tahu kapan harus menggila – segila-gilanya. Kirika mengangkat telepon genggamnya menghubungi nomor orang kepercayaan keluarga Shihara. “Kanon-kun, lenyapkan…” Pemuda berusia delapan belas tahun yang sehari-hari menjabat sebagai waketos SMA Shihara itu menjawab, “Yes, My Lady.” Kanon adalah pelayan yang Kanbara berikan pada keluarga Shihara untuk menebus utang yang ditinggalkan perusahaan ayahnya sebelum meninggal. “Setto kaicho, semua orang memang membenci perang. Tapi kita harus terus berperang jika ingin tetap bertahan,” katanya menatap langit yang mulai tertelan kegelapan. [Sei kageki no Innovator (Innovator dalam pertunjukan Opera) Part Pertama – Berakhir]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD