“Kamu sih, sembrono. Ngapain orang dekat sini? Udah tau istrinya biang gosip dan apalagi hobi bertengkar. Rahasia kita bisa terbongkar. Kamu bilang ke Pak Sobir dan kuncen. Biar bisa diajak kerjasama.” “Iya, ya. Kuncen bisa aku telepon, tapi kalo Pak Sobir harus ditemui langsung.” “Lakuin dah! Entar aku yang bagian anter Pak Sobir ke punden.” “Aku ikut, gak?” “Gak usah. Pengen kebongkar skandal kalian?” Akhirnya berdua mulai mengatur strategi buat mencari jalan keluar tanpa dicurigai warga lain, terutama Bu Sobir. Saimah memang sudah mengamati gerak-gerik Kesi dan Pak Sobir yang mencurigakan sebulan ini. “Kamu kapan besuk?” “Besok sore bareng Mas Parman.” “Ikut, ya?” “Kami naik motor. Gimana, sih?” “Yodah. Aku naik taksi aja.” “Gitu dong, punya inisiatif. Beres, ya. Aku mau pula

