Part 3 | Kencan

1036 Words
Merebut pacar kakak sendiri apakah salah? Ah, bukan. Nada bukan merebut, Nada hanya ingin memiliki Semesta, bukan merebutnya. Itulah yang Nada pikirkan. Nada hanya berusaha agar rasa itu berbalas meski bersyarat. Tidak ada satupun perempuan yang ingin menjadi yang kedua, tetapi mau bagaimana lagi, takdir seakan menuntunnya untuk seperti itu. Nada tahu, apa yang Nada lakukan saat ini adalah salah karena ia mengambil apa yang orang lain miliki, apalagi itu adalah milik kakaknya sendiri, Melodi. Tetapi Nada hanya ingin bahagia dengan caranya sendiri. Lagipula Semesta belum menikah jadi sah-sah saja untuk ditikung, menurut Nada. Nada ini perempuan 21 tahun yang sedang berjuang untuk menyelesaikan skripsinya, dan juga ia bercita-cita ingin menjadi suaminya Semesta setelah wisuda nanti. Gila, bukan? Sudah jadi pacar kedua alias selingkuhan dan sekarang ingin memiliki Semesta lebih dari pacar alias menjadi istrinya. Mungkin kalau Melodi tahu hal ini, ia tak lagi menganggap Nada itu adiknya. Entahlah. Namun, Nada tidak ingin mengumbar hubungan mereka, bahkan Tara pun tidak tahu rahasia ini. Namanya juga jadi selingkuhan mana boleh diumbar, yang ada dihujat masyarakat, dan dilabrak korbannya nanti. Dalam hal ini apakah Semesta bersalah? Tentu saja iya. Namun, laki-laki setia di zaman sekarang itu amat sangat langka. Laki-laki kalau sudah ketemu yang bening dikit langsung lupa kalau punya pacar, digoda dikit sama cewek, katanya jomlo, dan hanya sekian persen laki-laki yang tahan iman kalau terus digoda. Semesta awalnya menolak Nada, tetapi lambat laun ia jadi jatuh kepada pesona perempuan itu. Apalagi menurut Semesta Nada ini cantik, lebih cantik dari Melodi malahan. Semesta teringat kejadian kejadian semalam, ternyata memeluk dan mencium Nada adalah candu untuknya, ia ingin merasakan bibir manis itu lagi, bahkan lebih dalam. Ah, s**t, Semesta, stop thinking about that. I hate my mind. Ia merogoh ponselnya dari dalam sakunya, lalu mengirim pesan kepada Nada. Galenio Semesta: kamu di mana, Nad? Tak lama kemudian muncul balasan. Nada Saquila: kampus, baru aja selesai bimbingan. Siang ini Semesta ingin makan di luar bersama gadisnya, kemudian ia langsung menjemputnya di kampus. Setelah melihat mobil Semesta, Nada pun tersenyum.  Dan, senyuman Nada memang memikat, membuat Semesta terpaku beberapa detik. Mereka yang mengatakan Melodi lebih cantik dari Nada, itu karena mereka tidak ingin mengakui kecantikannya Nada saja. "Hai, Ta," sapa Nada setelah masuk ke dalam mobilnya. "Ini bukan hari minggu, kan?" Semesta meraih jemari Nada. "Sejak semalam aku terus kepikiran sama kamu, bisa enggak kalau waktu pacaran kita enggak dibatasi sama hari lagi?" Nada mengernyit. "Maksudnya?" "Semua hari adalah milik kita." Semesta langsung menarik tengkuk Nada, dan memagutnya lebih dari semalam. Tidak peduli itu area kampus atau bukan. Tak jauh dari sana, seseorang memperhatikan mobil Semesta, dan tadi ia melihat Nada masuk ke dalam mobil itu. Nada ngapain ya sama Kak Semesta di situ? Karena rasa penasaran, akhirnya Tara puh melangkah kaki ke arah sana. Namun, langkahnya terhenti saat mobil itu segera beranjak. Tangan sebelah Semesta memegang setir mobil, dan tangan sebelah Semesta memegang tangan Nada. "Tara, tadi lihat enggak ya? Kalau dia lihat terus ngadu ke Kak Melodi gimana?" Semesta menggeleng. "Enggak, kaca mobil aku gelap, jadi enggak bisa kelihatan." Rasanya Nada ingin menghentikan waktu di sini saja, agar ia bisa memiliki Semesta seutuhnya, tanpa Melodi. Katakanlah Nada jahat, tetapi yang Nada pikirkan hanya mendapatkan apa yang ia mau, selagi Semesta tidak menolak. Mobil Semesta berhenti di sebuah restoran, bisa dibilang ini adalah kencan pertama mereka. Butuh waktu dua minggu untuk meluluhkan Semesta, dan menganggap kalau Nada juga adalah kekasihnya bukan hanya Melodi. "Ta, bentar lagi kan aku wisuda," ujar Nada setelah mereka duduk di salah satu meja. "Apa?" "Nikahin aku setelah wisuda nanti." Mata Semesta langsung membulat mendengar pertanyaan Nada, sementara dirinya saat ini adalah kekasih dari kakaknya. Kalau Semesta melakukan hal ini, bisa-bisa dibunuh sama ayahnya Melodi, dan Nada akan dibenci sama keluarganya. "Nada, kamu kan tahu hubungan kita cepat atau lambat akan berakhir, dan cewek yang ingin aku nikahi itu bukan kamu, tapi Melodi." Nada menghela napas. "Kenapa bukan aku? Karena aku enggak seperfect Kek Mel?" "Bukan gitu, i love your sister, not you. Kita hanya saling membutuhkan, kamu butuh aku untuk jadi pacar kamu, dan aku butuh kamu untuk mendapatkan perhatian yang mungkin enggak bisa Melodi kasih karena kesibukannya." Seharusnya Nada sadar dari awal hubungan ini tidak sehat, Semesta tidak mencintainya, dan Nada hanya menjadi orang ketiga di sini. "Apa kamu masih mau bertahan?" tanya Semesta. Nada mengangguk dengan senyuman manis. "Tentu aja, kenapa harus mundur? Sebelum ada kata sah, aku masih punya waktu buat nikung." "Dasar, enggak ada cewek yang seberani kamu, Nada!" Nada menghela napas. "Kak Mel selalu mendapatkan apa yang dia mau, Ta. Dari kecil ayah bunda selalu memberikan apa yang Kak Mel mau karena dia berprestasi, sementara aku? Aku makhluk tak kasat mata bagi mereka, mungkin." Semesta mengeratkan genggamannya. Ia tahu betul bagaimana keadaan Nada, karena ia mengenal keluarga Nada bukan sehari dua hari. "Makanya aku enggak peduli kalau harus mengambil milik Kak Mel, karena hidup Kal Mel udah terlalu sempurna." Semesta tersenyum tipis. "Walaupun akhirnya akan dibenci?" "Iya, kalau aku dibenci sama semua orang, aku bisa lari ke kamu, kan?" Semesta hanya terdiam, ia tidak ingin memberikan harapan yang lebih untuk Nada, tapi ia juga butuh gadis ini. Entah karena senyumannya yang manis, masakannya yang enak, tingkahnya yang lucu, atau perhatian yang selalu ia berikan, yang jelas Semesta sadar bahwa ia juga menginginkan gadis ini. Namun, perempuan lebih ingin ia nikahi adalah Melodi. Apa poligami aja kali, ya? *** Siang ini Melodi ke kantornya Semesta, niatnya ingin mengajak kekasihnya untuk makan di luar. Namun, saat sampai kantor ia tidak menemukan Semesta. Melodi pun menghubungi Semesta. "Halo, Ta, kamu di mana? Aku lagi di kantor kamu, mau makan siang bareng." "Sorry, Mel, aku pulang sebentar, karena ada berkas yang harus aku ambil." "Oh kalau gitu, aku susul kamu ke rumah ya." "Enggak usah, ini aku udah mau balik ke kantor." "Oke aku tunggu." "Sip, love you." "Love you too." *** Ada rasa kesal yang dirasakan Nada saat mendengar Semesta berkata seperti itu, ia tidak suka kalau Semesta mencintai cewek lain. Namun, yang bisa Nada lakukan hanya menarik napas dalam-dalam untuk mengusir rasa sesaknya. Tak lama kemudian pesanan mereka datang. "Nad, aku balik ke kantor ya, Melodi udah nunggu." "Mana bisa, kan makanannya baru datang." "Sorry, aku makan bareng Melodi. Makanannya buat kamu aja, atau sekalian kamu bawa pulang." Semesta langsung beranjak dari tempatnya, tetapi sebelumnya ia sudah meninggalkan uang beberapa lembar yang warna merah di atas meja. Nada memandangi punggung Semestanya yang semakin menjauh, di sini Nada sadar bahwa Melodi masih yang utama untuk Semesta. Ia menatap makanan di atas meja yang belum disentuh itu, ia jadi tidak berselera makan. Hm, punya pacar, tapi berasa jomlo. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD