Part 2 | Pelukan Pertama

1041 Words
Bagi Nada, dia tidak salah dalam hal ini, rasa cinta itu muncul begitu saja, bukan karena Nada yang menginginkan, Nada hanya berusaha agar rasa itu berbalas meski bersyarat. Tidak ada satupun perempuan yang ingin menjadi yang kedua, tetapi mau bagaimana lagi, takdir seakan menuntunnya untuk seperti itu. Nada tahu, apa yang Nada lakukan saat ini adalah salah karena ia mengambil apa yang orang lain miliki, apalagi itu adalah milik kakaknya sendiri, Melodi. Tetapi Nada hanya ingin bahagia dengan caranya sendiri. Lagipula Semesta belum menikah jadi sah-sah saja untuk ditikung, menurut Nada. Hari ini libur kuliah, jadi Nada memutuskan untuk masak, lalu membawakan makan siang untuk Semesta di kantornya. Berbicara tentang Semesta. Pria itu lebih tua empat tahun dari Nada alias seumuran dengan Melodi. Saat ini Semesta telah menjadi karyawan di salah satu perusahaan bonafit dengan jabatan yang lumayan tinggi. Setelah selesai masak makanan kesukaan Semesta, yaitu ayam bakar kecap, sambal terong, prekedel kentang, dan tidak lupa ditambahin beberapa potong timun. Nada langsung mengantar makanan itu ke kantornya. Kebiasaan ini sering ia lakukan setiap tidak ada jadwal bimbingan skripsi semenjak menjadi pacar kedua seorang Semesta dua minggu yang lalu. Miris memang menjadi yang kedua, tetapi tidak masalah yang penting Nada bisa merasakan pacaran dengan laki-lakinya yang dicintai. Resepsionis kantor pun jadi hafal dengan Nada. "Nitip makanan lagi buat Semesta ya?" tanya resepsionis yang ber-nametag Dila itu. Nada mengangguk. "Iya, Mbak. Kayak biasa." Petugas itu menerima paper bag yang berisi kotak makanan tersebut. "Lain kali bikinnya dua porsi, Mbak, biar saya juga enggak perlu beli makan di luar." Itu hanyalah basa-basi, tetapi kalau Nada membawakannya juga dia tidak akan menolak. "Kapan-kapan deh, Mbak. Ya udah saya permisi dulu." Setelah kepergian Nada. Resepsionis langsung ke ruangannya Semesta untuk memberikan makanan itu. "Nih, dapat lagi makanan dari cewek yang sama." Semesta langsung menerima makanan itu. "Dia siapa sih? Perasaan pacar lo masih Melodi, kan?" Menjalin hubungan empat tahun dengan Melodi bukan rahasia umum lagi, hampir semua karyawan kantor ini mengetahuinya, karena tak jarang Melodi main ke sini kalau ada waktu senggang. Lagipula jarak kantor ini dan kantor Melodi juga tidak terlalu jauh. "Thanks, enggak baik gosip, sana balik kerja." Setelah Dila keluar dari ruangannya, Semesta membuka kotak makanan itu, dan di dalam paper bag itu, ada sebuah note. Siang, Semesta. Aku libur kuliah nih, jadi aku masakin buat kamu. Hati-hati ada racunnya, racun cinta maksudnya. Hehe. Nada. Semesta pun menikmati makanan itu, seperti biasa selalu enak, bumbunya selalu pas di lidah Semesta. Semesta hanya menyukai masakan Nada, tetapi tidak dengan orangnya. Inilah perbedaan Melodi dan Nada, selama mereka menjalin hubungan, Melodi tidak pernah membawakannya makan siang atau sekadar memasak untuknya juga tidak. Tetapi Semesta paham karena Melodi tipe wanita karir yang sibuk dengan pekerjaannya. Namun tetap saja, cinta Semesta tidak diukur dari masakan, karena hanya Melodi perempuan yang bertakhta di hatinya selama empat tahun belakangan ini. Berbicara soal pernikahan, Semesta sudah beberapa kali mengajak kekasihnya untuk ke jenjang pernikahan, tetapi Melodi selalu beralasan belum siap, ia masih ingin menjadi wanita karir yang sibuk di kantor, belum siap mengurus rumah tangga. Nada mengirim chat ke Semesta untuk menanyakan perihal maķanannya, tapi tetap saja tidak ada jawaban seperti yang sudah-sudah. Semesta akan menjawab chat-nya kalau ia ingin, dan Semesta tidak pernah mengirim pesan terlebih dahulu. Nada sadar diri yang kedua tidak akan pernah menjadi yang utama, tetapi yang Nada inginkan hanya sekadar perhatian kecil, atau menganggap bahwa Nada ini ada. *** Malam ini setelah pulang kantor, Semesta makan malam di rumah kekasihnya, dengan terpaksa Nada turun ke bawah untuk ikut, padahal Nada sangat malas harus satu meja dengan mereka. Semesta duduk di sebelah Melodi, sedangkan Nada duduk di depan Semesta. "Bun, Yah, si Nada ini punya gebetan, lho, tapi enggak pernah cerita," ujar Melodi setelah terjadi keheningan beberapa saat. Wira mengernyit, lalu menatap Nada. "Siapa, Nad? Kamu kalau cari cowok yang kayak Semesata." Ana ikut menimpali. "Betul, Bunda setuju." Sementara Nada hanya terdiam, sembari menikmati makanannya, lebih tepatnya, berpura-pura menikmati. Beberapa kali Semesta melihat ke arah Nada yang tidak bersemangat untuka makan, padahal jelas-jelas ini adalah makanan yang enak. "Nada suka sama cowok yang enggak suka sama Nada," ujar Nada sembari menatap Semesta yang juga menatapnya. "Cowok itu sukanya ke cewek yang lebih segala-galanya dari Nada." Semesta tahu yang ia maksud adalah dirinya. "Ya udah, Nada, kalau dia enggak suka sama kamu cari yang lain aja," ujar Melodi seakan move on itu segampang itu. Nada terkekeh pelan. "Kalau aja move on segampang itu, pasti udah aku lakuin, tapi sayangnya 4 tahun rasa itu masih sama, terus aku harus gimana?" Nada menghela napas. "Kalian enggak pernah tahu rasanya bertepuk sebelah tangan kayak apa, rasanya sakit banget." Semesta yang semula berselera, akhirnya sudah tidak nafsu makan karena mendengar ucapan Nada, akhirnya ia pun buka suara. "Karena enggak semua hati bisa dipaksa, Nada, bisa aja cowok itu udah punya pacar, memangnya kamu mau menjadi yang kedua?" Wira menatap putri bungsunya. "Ayah akan kecewa sekali sama kamu kalau kamu sampai mengganggu hubungan orang lain, apalagi kamu menikungnya." Nada terdiam sejenak, kemudian ia beranjak dari tempatnya, ia tidak sanggup untuk berada di meja makan yang sama dengan Semesta dan Melodi. Ia pun ke pinggir kolam renang untuk mencari angin, tak lama kemudian Semesta muncul di samping Nada. Semesta berdeham cukup keras, lalu Nada pun menoleh. "Kenapa chat aku enggak dibalas?" tanya Nada memulai obrolan. "Lupa." Alasan macam apa itu, habis read kan bisa langsung balas. "Nada, kamu sadar enggak, apa yang kita lakuin ini bisa nyakitin Melodi dan orangtua kamu?" Nada mengangguk, tentu saja Nada sadar, tetapi ia hanya ingin membahagiakan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain. "Kamu tahu kan, aku hanya mencintai Melodi, dan kamu tahu kan suatu saat nanti saat aku nikah sama Melodi itu artinya hubungan kita harus berakhir." Nada menatap Semesta. "Aku sadar menjadi pacar kedua kamu meskipun hanya di hari mingu itu akan nyakitin Kak Melodi, ayah, bunda, dan tentu aku." Nada menyeka air matanya yang tak sengaja jatuh. "Tapi itu biar jadi urusan nanti, aku mau bahagiain diri aku sendiri sekarang." Semesta menarik Nada ke dalam pelukannya, ini adalah pelukan pertama mereka setelah resmi berpacaran dua minggu yang lalu. Meskipun hanya pelukan, tapi Nada merasakan kenyamanan, ada rasa bahagia yang menyelimuti hatinya, setidaknya ada perkembangan. "Maaf, Nada, karena aku enggak bisa mencintai kamu seperti aku mencintai Melodi." Nada mengangguk, ia menghirup aroma Semesta yang selalu ia suka. "Aku boleh minta sesuatu enggak sama kamu?" Semesta melepaskan pelukannya. "Apa?" "Kalau aku chat tolong balas, walaupun perasaanku enggak berbalas." Semesta mengangguk, lalu mencium bibir Nada, membuat gadis itu terdiam karena kaget dengan apa yang dilakukan oleh Semesta. Kalau laki-laki ini tidak mencintainya, mengapa ia menciumnya? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD