PROLOG

214 Words
Semua orang pernah terluka Jiwa tersiksa dalam rintihan duka Kenyataan menghunuskan pedang dusta Hati tergores oleh ilusi cinta Memilih antara ragu atau bahagia Aria menatap halaman pertama buku yang ia temukan di jalan tadi sewaktu pulang sekolah. Ia tersenyum miris lalu menutup buku yang tertulis inisal A pada ujung kanan atas sampulnya. Aria duduk di samping ranjangnya, menopang tubuhnya dengan kedua tangan di belakang tubuhnya. Ia menutup mata merasakan angin yang masuk lewat jendela. Gorden menari-nari menikmati permainan angin. Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan pintu. Tetapi Aria tak menjawab dan tetap menutup matanya. Suara pintu terbuka sampai ke telinganya. "Aria, Ibumu ingin bertemu denganmu," ucap pria paruh baya berdiri di depan pintu. Wajanya menyiratkan kesenduan dengan mata berkaca-kaca. Aria menoleh sekilas lalu menyungging senyum. "Apa dia datang sendiri, Ayah?" "Tidak ... Nara juga datang," balas pria yang merupakan ayah Aria, Thomas. Ia sempat ragu menyebut nama Nara, seperti menusuk hati putrinya sendiri dengan belati. "Hm," gumam Aria bangkit lalu mendekati ayahnya dan memeluknya. "Mulai sekarang, semua akan berbeda. Jauh berbeda, kuharap ayah tak akan terluka." Usai mengucapkan kalimat tersebut Aria melangkah keluar dari kamar. Langkah kakinya tegas dengan wajah penuh keyakinan. Namun ia tahu bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja. Uang. Kedudukan. Penampilan. Ketiganya menjadi tak berarti ketika cinta muncul dan menghancurkan segalanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD